LSI: Unggul dari Prabowo, Jokowi Patut Belajar dari Pilpres 2014
Oleh
Suhartono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Berdasarkan survei Lingkaran Survei Indonesia Denny JA, elektabilitas pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin dinyatakan unggul terhadap Prabowo Subianto – Sandiaga Uno di lima kantong suara penting. Namun, Jokowi – Ma’ruf harus mewaspadai kemungkinan Prabowo – Sandiaga memperkecil selisih elektabilitas seperti pada tren Pemilihan Presiden 2019 mendatang.
Pada survei yang dilakukan kepada 1.200 responden di bulan Agustus 2018 tersebut, elektabilitas Jokowi – Ma’ruf berada di angka 52,2 persen. Adapun Prabowo – Sandiaga memiliki elektabilitas sebesar 29,2 persen. Sebanyak 18,3 persen responden menyatakan belum menentukan pilihan.
Peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby, saat memaparkan hasil survei di Jakarta, Selasa (21/8/2018), menjelaskan, masih ada waktu 8 bulan untuk bagi masing-masing pasangan calon guna menjaga elektabilitasnya. Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, elektabilitas Jokowi yang unggul telak di awal mampu dikejar oleh Prabowo di akhir atau jelang pemilihan Presiden 2014 .
“Bagi petahana, masih banyak isu yang bisa diserang, dan masih banyak kesempatan bagi pasangan lawan untuk mengejar elektabilitas. Oleh karena itu Pak Jokowi harus hati-hati serta bisa merumuskan isu dan formula yang tepat untuk menjaga jarak elektabilitas tersebut,” kata Adjie.
Menurut Adjie, harus ada gebrakan yang besar dari Prabowo – Sandiaga untuk memperkecil jarak elektabilitas sekitar 23 persen. Selain harus meningkatkan strategi pemenangan dan mesin partai, isu-isu yang diangkat harus bisa mempengaruhi suara mayoritas pemilih.
Pada survei tersebut juga dijelaskan bahwa Jokowi – Ma’ruf unggul di lima kantong suara yaitu pemilih muslim, non-muslim, wong cilik, perempuan, dan milenial. Satu kantong suara berhasil diungguli Prabowo – Sandiaga yaitu dari pemilih kaum terpelajar.
“Enam kantong suara penting ini menurut LSI yang akan menjadi kunci kemenangan masing-masing kandidat,” kata Adjie.
Unggul telak
Survei tersebut menjelaskan, pada segmen pemilih muslim, Jokowi – Ma’ruf memperoleh suara sebesar 52,7 persen, sedangkan Prabowo – Sandiaga memperoleh 27,9 persen suara. Pemilih muslim ini memiliki sekitar 90 persen populasi. “Perbedaan antara kedua pasangan lebih kurang sebesar 25 persen,” kata Adjie.
Keunggulan telak Jokowi - Ma’ruf juga terjadi di beberapa kantong suara penting lainnya. Pada pemilih wong cilik atau yang memiliki pendapatan di bawah Rp 2 juta, Jokowi – Ma’ruf memperoleh suara 54,7 persen sedangkan Prabowo – Sandiaga sebesar 25,2 persen. Pada pemilih perempuan, Jokowi – Ma’ruf memperoleh 50,2 persen suara dibandingkan 30,0 persen suara dari Prabowo – Sandiaga.
Keunggulan telak terakhir yaitu pada pemilih milenial. Jokowi – Ma’ruf memperoleh suara sebesar 50,8 persen, sedangkan Prabowo – Sandiaga sebesar 31,8 persen. Pemilih milenial juga menjadi salah satu populasi terbesar yakni 44,8 persen.
Pada kantong suara non-muslim yang memiliki populasi sebesar 10,1 persen, Jokowi – Ma’ruf unggul tipis dengan perolehan suara 47,5 persen dibanding Prabowo – Sandiaga yang memperoleh 43,6 persen suara.
Adapun Prabowo – Sandiaga berhasil unggul tipis pada segmen kaum terpelajar dengan memperoleh suara 44,5 persen. Jokowi – Ma’ruf memperoleh suara 4 persen lebih rendah yaitu 40,4 persen.
“Jika dilihat dari populasi pemilih memang kecil, hanya sekitar 10 persen. Tapi yang harus diingat, segmen pemilih berpendidikan tinggi biasanya adalah penggiring opini publik,” kata Adjie.
Adjie mengatakan, LSI Denny JA juga merilis survei mengenai pengaruh pemilihan calon wakil presiden terhadap elektabilitas pasangan. Hasilnya, berdasarkan elektabilitas tanpa pasangan, Jokowi memiliki 53,6 persen suara dan Prabowo 28,8 persen.
“Pemilihan Ma’ruf Amin sebagai pasangan pengaruhnya tidak signifikan secara statistik, namun sentimennya negatif. Sebaliknya, masuknya Sandiaga sebagai pasangan memberi sedikit sentimen positif,” kata Adjie.
Adjie menjelaskan, metode yang digunakan dalam survei LSI Denny JA ini menggunakan metode sampling: multistage random sampling. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner. Adapun margin of error lebih kurang sebesar 2,9 persen. (FAJAR RAMADHAN)