JAKARTA, KOMPAS – Indonesia menyepakati konsep kebijakan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Konsep ini tidak ditujukan pada negara tertentu. Indonesia bahkan melihat ASEAN sebagai konstruksi regional utama di kawasan Indo-Pasifik.
Hal ini disampaikan Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan AS James N Mattis di Kementerian Pertahanan AS. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Totok Sugiharto, Kamis (30/8/2018) mengatakan, dalam paparannya Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menilai, kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka telah terbukti berhasil membangun stabilitas dengan mengedepankan pendekatan aspek ekonomi.
Juru bicara Pentagon Dana W White sebagaimana dilansir website resmi Kementerian Pertahanan AS mengatakan, kedua menteri pertahanan menguatkan kembali hubungan pertahanan kedua negara. Menteri Pertahanan AS Mattis menggarisbawahi banyaknya kerja sama pertahanan dan keamanan di antara kedua negara. “Keduanya sepakat untuk bekerja sama dengan negara-negara lain di kawasan untuk memperluas maritime domain awareness,” kata Dana.
Beberapa bidang kerja sama yang dibahas antara lain mengedepankan resolusi Dewan Keamanan PBB dalam rangka mengatasi ancaman-ancaman lintas batas. Beberapa ancaman lintas batas yang dominan di kawasan Indo-Pasifik adalah pembajakan, pencurian ikan, dan penyelundupan manusia
Dalam pertemuan tersebut, Ryamizard juga memajukan kepentingan dan kebijakan strategi industri pertahanan. Ia menggarisbawahi bahwa kerja sama pertahanan dengan negara-negara mitra strategis berlandaskan politik luar negeri yang bebas aktif. Tujuan dari pembangunan kekuatan pertahanan tersebut untuk perdamaian.
Ryamizard menekankan komitmen Indonesia untuk memperkuat alutsistanya lewat kemitraan dengan negara-negara sahabat termasuk AS. Terkait pemberlakuan kebijakan CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanction Act), Indonesia menyadari proses pembelian Sukhoi dinilai bermasalah.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa proses pembelian tersebut telah berlangsung sebelum ada CAATSA. Ryamizard mengatakan, ia percaya AS akan memberikan pengecualian untuk Indonesia.
“Saya khusus menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Jenderal Mattis yang telah bisa meyakinkan parlemen Amerika Serikat untuk memberikan waiver kepada Indonesia,” kata Ryamizard.
Ryamizard mengatakan, ke depan, Indonesia berencana untuk membeli beberapa produk AS seperti untuk membeli beberapa produk Amerika Serikat seperti pesawat Boeing, pesawat C-130 Herculles, serta rencana pembelian beberapa pesawat Angkut Berat lainnya.
Tiga Isu Keamanan
Dalam pertemuan ini, Ryamizard juga membahas tiga isu keamanan di kawasan yaitu Korea Utara, Laut China Selatan, dan perkembangan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Asia Tenggara. Terkait dua isu yang pertama, Indonesia mengapresiasi nuansa damai yang mengemuka.
Terkait perkembangan ISIS di Asia Tenggara, Ryamizard mengatakan, ancaman yang nyata saat ini adalah terorisme dan radikalisme. Filipina Selatan telah dijadikan sebagai salah satu basis kekuatan ISIS yang ikut memicu aksi-aksi teror lain di kawasan Asia Tenggara.
Menghadapi ancaman keamanan tersebut, Indonesia telah membangun dan meningkatkan kerjasama trilateral dengan Malaysia dan Filipina dalam menghadapi ancaman terorisme di perbatasan ketiga negara di laut Sulu.
“Kami juga akan melakukan pertemuan trilateral dengan Malaysia dan Filipina di Manila mulai tanggal 13 sampai 15 September 2018 yang akan datang guna membicarakan rencana operasi dan latihan darat bersama di wilayah Filipina Selatan,” kata Ryamizard.
Menurutnya, kemampuan teknologi AS diharapkan dapat memperkuat kerja sama trilateral itu dengan memperkuat kapasitas dan kapabilitas personil dalan memperoleh informasi strategis di dalan kerangka Our Eyes untuk diolah menjadi intelijen kuat.