BANTUL, KOMPAS - Semangat keberagaman harus dipegang teguh oleh segenap masyarakat dalam pesta demokrasi. Masyarakat tidak boleh dengan mudah dipecah belah demi menjaga keutuhan bangsa.
Hal ini disampaikan calon wakil presiden nomor urut 01, KH Ma’ruf Amin, dalam kunjungan ke kompleks Pondok Pesantren Krapyak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (14/10/2018). Ma’ruf Amin mendampingi calon presiden petahana, Joko Widodo.
”(Politisi) jangan membawa isu agama. Masyarakat Indonesia, kan, plural. Yang harus dilakukan adalah mengimbau bagaimana keutuhan bangsa terus kita jaga dan bagaimana pemberdayaan ekonomi ke depan,” kata Ma’ruf.
Selain itu, Ma’ruf mengungkapkan, setiap pasangan calon hendaknya tidak berkampanye dengan cara negatif sebagai upaya mewujudkan pemilu damai.
”Jangan saling menjelekkan. Enggak usah memaki-maki dan mendiskreditkan. Masing-masing punya program. Masing-masing jualan programnya saja. Jualan tokohnya saja,” kata Ma’ruf.
Hal serupa diungkapkan oleh cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno, seusai menemui Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, Jumat (12/10/2018). Sandiaga mendampingi calon presiden Prabowo Subianto.
Sultan HB X berpesan kepada Sandiaga agar perdamaian senantiasa dijaga meski tensi politik nanti meninggi. ”Pilpres ini harus tetap damai dan sejuk.
Bagaimana caranya pilpres ini tidak memecah belah masyarakat. Hal ini harus dijaga. Jangan sampai nanti di pengujung, begitu eskalasi kegiatan sosialisasi, benturan di masyarakat jangan sampai meruncing,” kata Sandiaga.
Menemui ulama
Dalam kunjungan ke DIY, Ma’ruf menemui KH Atabik Aly Maksum, Pemimpin Yayasan Pondok Pesantren Aly Maksum; Nyai Ida Fatimah Zainal Abidin, istri KH Zainal Abidin Al-Munawwir, mantan Pemimpin Yayasan Pondok Pesantren Al-Munawwir; dan KH Najib Abdul Qadir, Pemimpin Yayasan Al-Munawwir.
Saat mengunjungi KH Najib Abdul Qadir, Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Helmy Faishal Zaini turut hadir. Helmy menuturkan, Ma’ruf menyampaikan komitmen memperkuat pendidikan.
”Basis pendidikan agama sebagai pembentukan karakter harus diperkokoh. Kita menghadapi gerakan transnasional dan radikalisme global. Ini membutuhkan penguatan pendidikan,” kata Helmy. (NCA)