Presiden Jokowi mengingatkan, tantangan parpol dan politisi kian besar, terutama dalam menjaga kepercayaan rakyat kepada organisasi politik dan proses politik.
JAKARTA, KOMPAS - Tantangan partai politik di masa depan semakin kompleks. Tidak hanya dituntut untuk menjaga kepercayaan rakyat kepada organisasi politik, parpol juga punya pekerjaan rumah untuk mengembalikan kepercayaan rakyat pada proses politik serta keseluruhan politik.
Oleh karena itu, parpol dan politisi semestinya tidak hanya meminta rakyat untuk mendengar, tetapi juga bersedia mendengarkan keluhan serta aspirasi masyarakat. Selayaknya para politikus selalu ada di samping masyarakat, tidak hanya saat menjelang pemilihan umum.
Pesan itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat berpidato pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-45 Partai Golkar di Jakarta Internasional Expo, Kemayoran, Jakarta, Minggu (21/10/2018). Di hadapan para elite dan kader Partai Golkar, Presiden mengingatkan bahwa tantangan parpol semakin berat, terutama menyangkut tugas mengembalikan kepercayaan rakyat.
”Saya perlu mengingatkan, pekerjaan besar kita ke depan adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat pada partai politik, pada proses politik, dan pada keseluruhan politik,” kata Presiden.
Hadir dalam acara itu sejumlah pemimpin parpol, seperti Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo, serta para sekretaris jenderal partai pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin. Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf, Erick Thohir, beserta wakilnya, Moeldoko, juga hadir dalam peringatan HUT Golkar. Terlihat pula sejumlah menteri, seperti Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut B Pandjaitan, dan Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dakhiri.
Jokowi menyampaikan, pekerjaan besar tersebut tidak akan berhasil dilakukan jika para politikus terus mengisi ruang-ruang publik dengan caci maki, saling mencela, saling fitnah, dan sering mengadu hoaks. Hal itu justru akan semakin memperlebar jarak antara rakyat dan parpol. ”Ini (parpol dan politisi) harus hati-hati. Karena itu, kita harus menjaga betul kepercayaan yang ada,” ujarnya.
Tidak hanya itu, politikus juga diingatkan untuk selalu turun menemui masyarakat. Politikus, menurut Presiden, harus selalu ada bersama rakyat.
”Jangan hanya pas mau pilpres (pemilu presiden), pas mau pileg (pemilu anggota legislatif), dekat-dekat dengan rakyat. Hati-hati, sekarang masyarakat melihat itu. Kita juga jangan hanya berdiri di depan rakyat, tetapi juga harus menunjukkan karya dan kekaryaan kepada rakyat,” katanya.
Akhiri kebohongan
Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi juga mengajak semua parpol dan politikus untuk menghentikan kebohongan hanya demi memenangi pemilu. Sebab, menurut dia, pemilu bukanlah perang demokrasi, melainkan perayaan demokrasi. Karena itu, sudah selayaknya pesta demokrasi diisi dengan adu gagasan, adu program, adu ide, adu rekam jejak, dan adu prestasi.
Selain itu, politik merasa benar sendiri juga harus dilupakan dan diganti dengan politik luhur yang ditujukan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Golkar sebagai parpol senior, kata Presiden, bisa menjadi panutan bagi parpol-parpol lain. Parpol lain bisa mencontoh khususnya dalam pendidikan politik bagi rakyat, menghadapi demokrasi dengan kedewasaan, serta menciptakan kehidupan kebangsaan yang rukun dan bersatu.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto juga menyampaikan bahwa partainya menganut prinsip semua bersaudara. Oleh karena itu, seperti yang disampaikan Presiden, Golkar memahami bahwa pemilu bukanlah ajang peperangan. Tak ada musuh dalam demokrasi, melainkan lawan tanding.
Dalam kaitannya dengan itu, Golkar akan menjadikan Pemilu 2019 sebagai festival kedaulatan rakyat. ”Sebuah momen akbar yang meriah, seru tetapi akrab, tajam tetapi tetap hangat dan bersahabat,” ujarnya.
Perayaan HUT ke-54 itu juga dijadikan ajang meneguhkan komitmen Golkar untuk meraih kemenangan pada Pemilu 2019.