BOGOR, KOMPAS - Menebar persaudaraan dan melawan intoleransi bisa dilakukan dengan berbagai acara. Pemahaman tentang keberagaman akan memperkuat sikap saling menghargai dan menjauhkan prasangka.
Presiden Joko Widodo menerima dua kelompok besar tamu di Istana Kepresidenan Bogor, Senin (12/11/2018). Tamu pertama adalah 100 peserta Indonesia Millennial Movement, pemudi-pemuda berusia 17-25 tahun yang berkegiatan bersama, mulai diskusi sampai mengunjungi tempat ibadah berbagai agama. Dari kegiatan ini, para milenial melahirkan Deklarasi Percaya Indonesia, menegaskan tekad melawan intoleransi dan ekstremisme yang mengarah kepada kekerasan.
Manajer Program Maarif Institute Pipit Aidul Fitriyana mengatakan, kaum milenial harus betul-betul tahu dan melek politik, tidak bisa sekadar sok tahu, apalagi apatis dengan politik. Meski akrab dengan gawai, sikap kritis akan membuat generasi milenial tak mudah menelan mentah-mentah ujaran kebencian dan poin-poin intoleransi. Apalagi sesungguhnya, yang dirugikan adalah kaum milenial sendiri.
Tamu kedua adalah para uskup agung bersama pemenang Pesta Paduan Suara Gerejani 2018. Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia Mgr Ignatius Suharyo menjelaskan, Pesparani adalah peristiwa kebangsaan, bukan sekadar kegiatan Katolik. Sebab, kegiatan ini memberi pesan untuk merawat isi Sumpah Pemuda.
Acara sengaja digelar di Ambon, Maluku, 27 Oktober-2 November 2018. Maluku pernah didera konflik sosial, tetapi mampu mengatasinya dengan rekonsiliasi. Persaudaraan dirawat dengan penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran pada 2012 dan kini Pesparani 2018. Kedua acara ini diselenggarakan panitia yang terdiri atas warga lintas agama.
”Ketika Maluku berhasil membangun kembali dan merawat persaudaraan, ini pesan untuk membangun dan merawat persaudaraan sejati, baik untuk orang Indonesia maupun umat Katolik,” ujarnya.
Kepada para tamunya, Presiden berpesan bahwa kerukunan, persaudaraan, dan persatuan adalah aset terbesar bangsa. Ini pula yang akan membawa Indonesia berhasil menghadapi tantangan perubahan zaman. Kenyataan bahwa bangsa ini beragam, baik suku, agama, adat istiadat, maupun bahasanya, juga akan menjadi kekuatan luar biasa apabila disertai persatuan dan kerukunan.
Saling menghargai
Saat menerima para uskup agung dan pemenang Pesparani, Presiden mengatakan, dalam paduan suara, kita banyak belajar tentang tenggang rasa, saling menghargai, dan membangun toleransi yang sangat diperlukan bangsa Indonesia sekarang ini.
”Suara sopran, suara alto, suara tenor, suara bas, semuanya harus saling menghargai. Tidak mungkin satu (suara) minta dominan terus-terusan, tetapi saling menjaga dan mengurangi ego masing-masing untuk mendapatkan suara yang padu, suara yang harmonis dan indah,” tutur Presiden.