Berebut Pemilih, Adu Visi dan Misi Capres
Hampir tak ada perbedaan visi dan misi dua pasang calon presiden dan calon wakil presiden yang berkontestasi di Pemilu 2019, yakni pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Keduanya sama-sama menggagas terwujudnya manusia Indonesia yang berkualitas sejalan dengan perbaikan sistem birokrasi dan hukum agar tercapai ekonomi yang berdaulat dan berdaya saing.
Perbedaan mulai ditemui dalam pemaparan program. Setiap pasangan calon punya program khas untuk meraih simpati calon pemilih. Perbedaan juga tampak dari kedetailan topik dan cara pasangan calon membumikan program kerjanya.
Secara umum ada tiga hal yang menjadi garapan kedua pasangan calon, yakni manusia, sistem, dan perekonomian yang menyejahterakan. Hasil analisis teks menunjukkan ”ekonomi” menjadi kata yang paling banyak muncul baik di pasangan calon nomor 1 (75 kali) maupun pasangan calon nomor 2 (33 kali). Ini belum termasuk kata-kata lain yang termasuk dalam bidang ini. Di bidang ekonomi inilah perbedaan prioritas kerja tampak dari keduanya.
Bagi Jokowi-Ma’ruf, selain melanjutkan pembangunan infrastruktur, sektor ekonomi yang akan diperhatikan adalah sektor informal, UMKM, dan koperasi. Ekonomi kerakyatan juga akan dikembangkan dengan dipadukan kemajuan teknologi, misalnya pengembangan offshore aquaculture dalam budidaya ikan. Sementara itu, Prabowo-Sandiaga menawarkan penguatan industri di sektor hulu dengan pembangunan industri hulu yang memanfaatkan bahan baku lokal dan industri yang memproduksi barang-barang modal dan pengolahan bahan mentah. Sebagai dampak lanjutannya adalah penyerapan tenaga kerja dan peningkatan daya beli masyarakat.
Perbaikan penyelenggaraan pemerintahan, terutama terkait reformasi birokrasi, juga diangkat dalam program setiap pasang kandidat. Untuk tujuan ini, kedua pasangan sama-sama menggunakan teknologi digital untuk menjamin transparansi birokrasi dan peningkatan kualitas layanan.
Jokowi-Ma’ruf akan melanjutkan money follow program yang akan mengontrol penyesuaian anggaran dengan kegiatan prioritas. Untuk menciptakan birokrasi yang bersih dari korupsi, pasangan calon ini akan memanfaatkan whistle blower system.
Dalam peningkatan kualitas manusia, Jokowi-Ma’ruf akan memperkuat sistem yang ada, misalnya memastikan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia
Sehat. Di bidang pendidikan, akses atas Program Indonesia Pintar akan diperluas berbarengan dengan penyediaan beasiswa afirmasi.
Sementara itu, Prabowo-Sandiaga akan memperbaiki tenaga pendidik, yaitu dengan mengangkat guru honorer dan tenaga honorer K2 menjadi aparatur sipil negara. Di bidang kesehatan, mereka menggagas membangun basis data terpadu yang akurat dan terintegrasi.
Pemilih potensial
Mengacu pada daftar pemilih tetap hasil perbaikan Komisi Pemilihan Umum (16/9/2018), jumlah pemilih di dalam negeri dan luar negeri mencapai 187 juta orang. Secara khusus ada tiga kategori kelompok pemilih yang potensial disasar, yakni kelompok pemilih perempuan, milenial, dan Muslim.
Untuk menggaet suara maksimal, program populer yang berdampak langsung bagi masyarakat ditawarkan setiap calon. Prabowo-Sandiaga menyasar persoalan pajak dengan penghapusan Pajak Bumi dan Bangunan bagi rumah tinggal pertama dan menaikkan batas pendapatan tidak kena pajak yang akan mengurangi beban pajak masyarakat. Pasangan calon ini juga akan menyediakan perumahan bagi rakyat yang belum memiliki tempat tinggal melalui land bank. Hal lain yang juga masuk program pasangan ini antara lain penghapusan kebijakan outsourcing, peningkatan upah minimum buruh, dan memberikan kepastian hukum untuk kendaraan roda dua sebagai transportasi.
Di sisi lain, Jokowi-Ma’ruf memilih tetap melanjutkan program-program populer yang sudah berjalan. Program itu antara lain redistribusi aset dan legalisasi sertifikasi tanah rakyat, bantuan bergulir untuk modal UMKM, meningkatkan daya jaring pengaman sosial seperti Jaminan Kesehatan Nasional/Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan bantuan pangan nontunai.
Umat Islam yang mencapai 87,2 persen penduduk (BPS, 2010) menjadi segmen khusus yang digarap kedua pasangan calon. Jokowi-Ma’ruf akan memperkuat moderasi Islam (wasathiyyah) dan mempererat ukhuwah Islamiyah di dunia. Mereka juga menggagas perbaikan pengelolaan zakat dan wakaf agar dapat disalurkan untuk mengatasi ketimpangan.
Pengembangan wirausaha muda melalui fasilitas pelatihan dan permodalan dikelola melalui program santripreneur. Santripreneur memakai model kemitraan dunia usaha dengan pesantren atau lembaga pendidikan keagamaan sejenis. Gagasan untuk menyasar kelompok Islam juga tampak pada program kerja pasangan penantang. Prabowo-Sandiaga akan membuat ”sedekah putih” sebagai skema menghadapi ancaman gizi buruk yang berbasis solidaritas masyarakat. Mereka juga akan mendirikan Lembaga Tabungan Haji untuk penyelenggaraan ibadah haji yang berkualitas.
Program khusus lainnya menyasar kelompok pemilih muda yang dianggap signifikan dalam pemilu tahun depan. Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandiaga sama-sama mencermati perkembangan teknologi digital dan ekonomi kreatif terkait generasi ini. Jokowi-Ma’ruf menjanjikan akan memfasilitasi tumbuhnya ekonomi kreatif anak muda (youtuber, gamer, fashion/culinary/art enthusiast) serta memfasilitasi keterlibatan mereka di bidang pelestarian hidup dan olahraga.
Prabowo-Sandiaga akan menguatkan kewenangan Badan Ekonomi Kreatif. Pasangan calon ini juga ingin mendorong minat generasi muda dalam pertanian dan menumbuhkan kewirausahaan dalam kerangka ”OK OCE”. Mereka juga akan membangun model edukasi generasi muda untuk kaderisasi kepemimpinan dan tata cara pengasuhan anak.
Selain anak muda dan Muslim, kelompok perempuan yang jumlahnya separuh dari total pemilih (92,6 juta pemilih perempuan) juga bisa menjadi target suara. Jokowi-Ma’ruf menawarkan terciptanya kesetaraan jender, pemberdayaan perempuan, dan ekonomi perempuan. Lebih jauh, perempuan ditempatkan sebagai kunci keberhasilan dalam membumikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Mereka juga akan mendorong keterlibatan perempuan dalam politik dan memperbaiki ketimpangan akses yang dihadapi perempuan.
Diksi ”perempuan” tidak
ditemukan dalam naskah program kerja Prabowo-Sandiaga. Isu perempuan hanya dibahas terkait dengan kesehatan, yaitu kesehatan reproduksi dan angka kematian ibu. Padahal, di sejumlah kesempatan, mereka mengangkat isu-isu yang dekat dengan perempuan, seperti harga kebutuhan pokok dan bahan pangan.
Hal lain yang membedakan ada pada isu hak asasi manusia. Jokowi kembali mencantumkan penyelesaian pelanggaran HAM di masa lalu. Isu ini tidak disinggung Prabowo-Sandiaga.