JAKARTA, KOMPAS — Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menjadikan media sosial sebagai media dakwah dan penyebaran konten positif. Tindakan itu dinilai penting untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain itu, dakwah melalui media sosial dianggap dapat melawan persebaran konten negatif.
”NU (Nahdlatul Ulama) menjelang satu abad memerlukan penyegaran pemikiran-pemikiran. Kami akan terus berinovasi selama itu berada dalam kaidah-kaidah yang telah kita miliki,” kata Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Miftachul Akhyar, Kamis (29/11/2018) di Jakarta.
Miftachul menyampaikan hal tersebut pada seminar bertajuk ”NU and World Peace: Friendly and Tolerant Islamic Da’wa Through Social Media”. Acara ini juga digelar untuk meluncurkan program NU Millennials yang bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel).
Sejumlah pihak hadir dalam acara ini, antara lain Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj, General Manager Corporate Social Responsibility PT Telkomsel Tubagus Husniyullah, dan Komisaris PT Telkomsel Yose Rizal.
Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini mengatakan, program NU Millennials akan dijalankan secara terus-menerus. Menurut rencana, program ini akan dijanlankan di lima kota, antara lain Banjarmasin dan Mataram.
Dalam program ini, peserta diberi pelatihan mengenai kemampuan pengolahan grafis. Para peserta yang terdiri atas para pemuda NU itu juga dibekali dengan kerangka dakwah yang baik. Helmy mengatakan, program ini dilakukan untuk memaksimalkan peran keluarga besar NU dalam menggunakan media sosial.
”Kalau ada kemungkinan kemungkaran di media sosial, kita pun harus melawan kemungkaran itu di media sosial. Sekarang para santri dan kiai juga menjadi pemain dalam media sosial,” kata Helmy.
Helmy mengatakan, melalui program ini, jumlah pelaku penyebaran hoaks diharapkan berkurang. Adanya dakwah di media sosial juga diharapkan dapat mempersempit ruang gerak kelompok penyebar fitnah. Selain itu, Helmy menegaskan, program ini sedapat mungkin akan berjalan netral tanpa unsur politik.
Pada kesempatan yang sama, Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengatakan, semua pihak sedang menghadapi tantangan besar dengan adanya perkembangan teknologi. Dakwah melalui media sosial dinilai sebagai langkah strategis untuk menghadapi tantangan tersebut.
”Dunia sedang berhadapan dengan era milenial yang secara luas dan kompleks mewujudkan perubahan-perubahan luar biasa. Di era ini, realitas-realitas baru yang belum pernah ada di peradaban umat manusia selama ribuan tahun kini hadir,” kata Yahya.
Menurut data Indonesia Digital Landscape 2018, ada 132,7 juta pengguna internet di Indonesia. Sementara itu, jumlah pengguna media sosial di Indonesia adalah 130 juta orang.
Persebaran konten negatif di internet pun terbilang mengkhawatirkan. Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, ada 48.444 pengaduan konten negatif pada Januari-Juni 2018. Beberapa konten yang paling banyak diadukan antara lain adalah fitnah, pornografi, penipuan; isu suku, agama, ras, dan antargolongan, serta konten negatif lainnya yang berdampak meresahkan masyarakat. (SEKAR GANDHAWANGI)