JAKARTA, KOMPAS — Swing voters menjadi target dari Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin untuk optimalisasi tambahan suara selama sisa waktu sekitar lima bulan ini. Respons terhadap hoaks dan perang ungkapan yang belakangan terjadi berupaya untuk tidak lagi ditanggapi kubu petahana ini.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma\'ruf, Abdul Kadir Karding, menyampaikan hal ini seusai penutupan workshop TKN dan Tim Kampanye Daerah Koalisi Indonesia Kerja 34 Provinsi se-Indonesia, di Jakarta, Sabtu (8/12/2018). Upaya menyasar swing voter merupakan langkah krusial mengingat target yang ingin dicapai adalah 70 persen perolehan suara nasional.
”Di politik kalau sudah die hard artinya dia pemilih kuat sehingga tidak perlu digarap. Kami garap yang swing voter atau daerah-daerah yang masih mengambang. Informasi yang solid dan valid akan diberikan. Karena untuk daerah yang masih lemah, artinya belum mendapatkan informasi yang betul,” ujar Karding.
Keberadaan calon anggota legislatif partai politik koalisi yang berada di daerah juga dimanfaatkan untuk menjalani door to door campaign. Penguatan tim media sosial juga dibahas dalam kegiatan kali ini. ”Kami mendorong agar terbangun tim media sosial yang kuat di daerah dengan langkah sesuai kaidah. Untuk yang door to door campaign, tim caleg akan dilatih dan bergerak terus ke rumah-rumah terus-menerus sehingga mengisi ruang pemilih yang penting untuk dimenangkan,” tutur Karding.
Sisa waktu selama beberapa bulan ke depan pun, lanjut Karding, tidak akan dibuang-buang oleh TKN Jokowi-Ma’ruf hanya untuk menanggapi hoaks dan perang ungkapan yang selama ini terjadi. Dari hasil workshop, penyampaian kinerja Jokowi selama menjabat sebagai Presiden RI akan diutamakan selain program kerja yang diusung.
”Kita ini memiliki banyak potensi, mulai dari kinerja Jokowi yang akan dimodifikasi. Daripada bicara hoaks, menanggapi hoaks mereka. Kami akan glorifikasi capaian-capaian kinerja. Walaupun penjelasan tentang fitnah juga perlu dilakukan, fokus kami pada capaian kerja itu,” kata Karding.
Secara terpisah, pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Gun Gun Heryanto, menuturkan, kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden sudah saatnya menekankan program kerja dan langkah nyata yang mungkin sudah dicapai. Terlebih lagi apabila bertujuan menggaet swing voters.
Sebab, upaya untuk menggarap swing voters selama kampanye berjalan ini dinilai belum efektif. ”Berbagai macam istilah yang dikeluarkan dari masing-masing calon yang menjadi gimmick ini hanya dimakan oleh barisan pasangan calon yang sudah pasti. Masyarakat lain tidak peduli. Karena itu, sebaiknya fokus pada program. Seperti persoalan ekonomi, kebijakan luar negeri, pemberantasan korupsi, hingga pengentasan dari kemiskinan yang riil,” ujar Gun gun. (IAN)