Eva Bande dan Sedulur Sikep Raih Yap Thiam Hien 2018
Oleh
Susana Rita
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Aktivis hak asasi manusia Eva Bande dan kelompok masyarakat adat Sedulur Sikep terpilih sebagai penerima Yap Thiam Hien Award tahun 2018. Kedua dinilai pantas meraih penghargaan di bidang penegakan hak asasi manusia atau HAM tersebut atas perjuangan mereka untuk menjaga, merawat, dan mempertahankan tanah adat dari kerusakan lingkungan dan ancaman pembangunan tambang serta pabrik-pabrik.
Eva Bande merupakan aktivis HAM di bidang reforma agraria yang dikenal karena perjuangannya membela dan mendampingi petani Toili mempertahankan tanah adat di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Sementara Sedulur Sikep adalah kelompok masyarakat adat di wilayah Pegunungan Kendeng di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang bejuang melawan pembangunan pertambangan dan industri semen di Jawa Tengah.
Keduanya berhasil menyingkirkan 25 kandidat lainnya yang dikumpulkan oleh Dewan Juri Yap Thiam Hien Award sejak Mei 2018. Adapun Dewan Juri kali ini terdiri atas, diplomat senior Makarim Wibisono, pegiat HAM Clara Joewono, Ketua Dewan Pers Yosep Stanley Adi Prasetyo, aktivis Pendidikan Henny Supolo, wartawan senior Maria Hartiningsih, mantan Ketua Komnas HAM 2016-2017 Imdadun Rahmat serta aktivis hukum dan HAM Haris Azhar.
Tahun ini, anugerah yang diberikan sejak 1992 itu diberikan kepada dua pemenang. Tahun lalu, pemenang Yap Thiam Hien Award biasanya hanya satu pihak. Terakhir kali penghargaan ini diberikan kepada dua pemenang dilakukan pada 2001. Kala itu, Ester Indahyani Jusuf dan Suraiya Kamaruzzaman dinobatkan sebagai pemenang atas perjuangannya mewujudkan masyarakat tanpa diskriminasi ras dan membela hak asasi perempuan korban kekerasan di Aceh.
Ditemui di Gedung Dewan Pers di sela-sela Konferensi Pers Pengumuman Pemenang Yap Thiam Hien Award 2018 pada Rabu (12/12/2018) siang, salah satu anggota Dewan Juri Imdadun Rahmat mengungkapkan, pemilihan pemenang didasarkan pada sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia sepanjang tahun 2018. Banyaknya bencana alam yang menerjang Indonesia merupakan tanda peringatan bahwa masyarakat tidak boleh mengabaikan kelestarian alam apalagi merusaknya.
Selain itu, pemilihan dua nama tersebut sebagai pemenang dianggap akan semakin memberi makna terhadap perjuangan masyarakat adat di Indonesia. Selama ini, mayarakat adat merupakan kelompok minoritas yang hak-haknya kerap dipinggirkan dan menjadi korban persekusi, represi, dan ujaran kebencian.
"Perjuangan para pemenang diharapkan dapat menjadi pesan moral bagi pemerintah dan wakil rakyat yang nantinya terpilih untuk merancang pembangunan yang memiliki dasar HAM yang kuat,” ujarnya.
Tidak menyangka
Dihubungi dari Jakarta,, Perwakilan masyarakat Sedulur Sikep Gunretno mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Dewan Juri dan Yayasan Yap Thiam Hien sebagai penyelenggara. Ia mengungkapkan, masyarakat Sedulur Sikep merasa diberikan kepercayaan dan tanggung jawab lebih sebagai pemenang penghargaan.
Kendati demikian, ia menyatakan perjuangannya dan seluruh warga Sedulur Sikep belum usai. Seluruh warga akan terus melawan pihak-pihak yang dapat merusak kelestarian alam di wilayahnya hingga usai.
Hal sama juga diungkapkan oleh Eva. Ia mengaku tidak menyangka akan mendapatkan penghargaan yang mulai diberikan sejak tahun 1992 tersebut. Eva berharap dirinya layak menerima apresiasi ini.
Eva menambahkan, penghargaan yang ia terima bukan hanya untuk dirinya. Pengakuan yang diterimanya merupakan bagian dari perjuangan rakyat Luwuk dan pihak-pihak lain yang bekerja sama untuk mempertahankan tanah adat.
“Saya tidak akan berhenti untuk memperjuangkan mereka. Saya harapkan, pemerintah memiliki komitmen yang jelas untuk menuntaskan perkara reforma agraria yang saat ini masih banyak yang belum rampung,” tutur Eva saat dihubungi dari Palu, Rabu sore.
Yap Thiam Hien Award merupakan anugrah yang diberikan kepada pihak-pihak yang dinilai punya dedikasi luar biasa dalam penegakan HAM di Indonesia. Nama penghargaan ini diambil dari sosok advokat Yap Thiam Hien (1913-1989) yang semasa hidupnya gigih memperjuangkan HAM.
Yap Thiam Hien Award pertama kali diberikan pada tahun 1992. Sempat terhenti pada rentang waktu 2005 hingga 2007, penghargaan ini kembali diberikan mulai tahun 2008 hingga sekarang.