JAKARTA, KOMPAS — Aktivis hak asasi manusia Eva Bande dan kelompok masyarakat Sedulur Sikep terpilih menjadi pemenang Anugerah Yap Thiam Hien 2018. Anugerah Yap Thiam Hien merupakan penghargaan yang diberikan kepada pihak-pihak yang dinilai memiliki dedikasi luar biasa dalam penegakan hak asasi manusia di Indonesia.
Eva Bande merupakan aktivis HAM di bidang reforma agraria yang dikenal karena perjuangannya membela dan mendampingi petani Toili mempertahankan tanah adat di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Sementara Sedulur Sikep adalah kelompok masyarakat adat di wilayah Pegunungan Kendeng di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang berjuang melawan pembangunan tambang dan industri semen.
Keduanya terpilih dari 25 kandidat yang dinominasikan sejumlah lembaga dan masyarakat luas sejak Mei 2018. Dewan juri Yap Thiam Hien Award tahun ini terdiri dari diplomat senior Makarim Wibisono, pegiat HAM Clara Joewono, Ketua Dewan Pers Yosep Stanley Adi Prasetyo, aktivis pendidikan Henny Supolo, wartawan senior Maria Hartiningsih, Ketua Komnas HAM 2016-2017 Imdadun Rahmat, dan aktivis HAM Haris Azhar.
Imdadun Rahmat saat ditemui, Rabu (12/12/2018), di Jakarta, mengatakan, terpilihnya Eva dan masyarakat Sedulur Sikep didasarkan atas perjuangan mereka untuk menjaga, merawat, dan mempertahankan tanah adat dari kerusakan lingkungan dan ancaman pembangunan tambang serta pabrik-pabrik.
Tantangan
Pemilihan keduanya juga didasarkan pada sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia sepanjang tahun 2018. Banyaknya bencana alam yang menerjang Indonesia merupakan peringatan agar masyarakat tak mengabaikan kelestarian alam, apalagi merusaknya.
Pemilihan kedua nama tersebut sebagai pemenang akan semakin memberikan makna terhadap perjuangan masyarakat adat di Indonesia. Selama ini, masyarakat adat merupakan kelompok minoritas yang hak-haknya kerap dipinggirkan serta menjadi korban persekusi, represi, dan ujaran kebencian.
Perwakilan masyarakat Sedulur Sikep, Gunretno, berterima kasih atas penghargaan tersebut. Masyarakat Sedulur Sikep merasa diberi kepercayaan dan tanggung jawab lebih sebagai pemenang penghargaan. Kendati demikian, Gunretno menyatakan perjuangannya dan semua warga Sedulur Sikep belum usai.
Hal yang sama diungkapkan Eva yang tidak menyangka akan mendapatkan penghargaan. Menurut dia, penghargaan itu bukan untuk dirinya semata, melainkan bagian dari perjuangan rakyat Luwuk dan pihak-pihak yang bekerja sama mempertahankan tanah adat. (LORENZO ANUGRAH MAHARDHIKA)