JAKARTA,KOMPAS – Calon Wakil Presiden Sandiaga Salahuddin Uno mulai intens berkampanye di Jawa Tengah sebagai bagian dari strategi memfokuskan kampanyenya di daerah yang merupakan basis kompetitor, calon presiden Joko Widodo dan PDI-Perjuangan. Kubu Jokowi mencermati pergerakan Sandi, strategi penangkal disiapkan.
Sejak Kamis (13/12/2018), Sandi kampanye di Jawa Tengah (Jateng). Dia kampanye di sejumlah titik di Kebumen. Kemudian Jumat (14/12), dia kampanye di Cilacap dan Banyumas. Selanjutnya, Sabtu (15/12) dan Minggu (16/12), Sandi rencananya kampanye di Purwokerto, Purbalingga, Banjar, dan Semarang.
Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sudirman Said, Jumat, mengatakan pada Minggu (16/12), Sandi direncanakan akan memberikan pengarahan di rapat koordinasi Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi Daerah Jateng. Rapat dihadiri partai politik pengusung Prabowo-Sandi bersama elemen sukarelawan pendukung Prabowo-Sandi.
“Mungkin saja di kesempatan itu beliau akan mengumumkan secara resmi rencana penguatan pos perjuangan di Jateng, termasuk kepindahan beliau ke Jateng,” tambahnya. Namun di mana lokasi markas di Jateng, belum diputuskan.
Dengan fokus di Jateng, Sudirman menekankan, bukan berarti daerah-daerah lain kemudian diabaikan. Sandi akan tetap mengatur supaya bisa mengunjungi daerah lain di luar Jateng.
Lagipula menurutnya, yang bergerak kampanye bukan hanya kandidat tetapi simpul-simpul jejaring pendukung yang bergerak secara mandiri. “Ditambah lagi sudah beberapa kali komunikasi dengan pendukung dilakukan menggunakan teknologi video conference, termasuk dengan masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri seperti Eropa dan Amerika,” katanya.
Wakil Sekjen Partai Demokrat Renanda Bachtar mengingatkan, di Pilpres 2004 dan 2009, Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono meraih suara terbanyak di Jateng dari kompetitornya, Ketua Umum PDI-P Megawati Sukarnoputri. Ini sekalipun di dua pemilu itu, PDI-P menjadi partai peraih suara terbanyak di Jateng.
“Itu menunjukkan sekalipun Jateng merupakan basis PDI-P, PDI-P tidak solid mendukung capres/cawapres yang diusung PDI-P. Kondisi ini sangat mungkin terulang di 2019,” katanya.
Pertemuan Prabowo-SBY
Demokrat pun menjanjikan akan mengerahkan seluruh kekuatannya untuk membantu pemenangan Prabowo-Sandi di Jateng dan juga di daerah-daerah lain, mulai akhir Februari. Ini termasuk menurunkan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan puteranya yang menjabat Komandan Satuan Tugas Bersama untuk Pemilu 2019 Agus Harimurti Yudhoyono.
“Sebelum itu, SBY bersama AHY fokus keliling daerah-daerah untuk mengkonsolidasikan kekuatan partai. Jadi ketika waktunya tiba, mereka sudah siap all out untuk memenangkan pilpres sekaligus Demokrat di pemilu legislatif,” tambahnya.
Terkait strategi Demokrat memenangkan Prabowo-Sandi, Renanda melanjutkan, kemungkinan besar akan ada pertemuan khusus antara Susilo Bambang Yudhoyono dan Prabowo dalam waktu dekat.
Sementara Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang juga bagian dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Muhammad Romahurmuziy, masih melihat rencana Sandi di Jateng sebagai bagian dari trik politik. Trik untuk mengganggu konsentrasi kubu Jokowi-Ma’ruf yang fokus kampanye di daerah-daerah yang dimenangkan Prabowo di Pilpres 2014.
Strategi penangkal
Meski demikian, kubu Jokowi-Ma’ruf tetap mencermati pergerakan Sandi beserta timnya. “Kalau memang betul serius, kami sudah punya strategi menangkalnya,” jelasnya.
Penilaian keseriusan dilihat tidak sebatas dari dibuatnya markas pemenangan Sandi di Jateng. Lebih dari itu, akan dicermati frekuensi kampanye Sandi dan kubunya. Kemudian seberapa banyak alat peraga kampanye disebar.
Strategi menangkalnya menurut Sekretaris TKN Jokowi-Ma’ruf yang juga Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto, dengan mengoptimalkan jajaran struktur sembilan partai pengusung Jokowi-Ma’ruf di Jateng, para calon anggota legislatif (caleg) dari sembilan partai, dan barisan relawan.
“Apalagi partai-partai pengusung Jokowi-Ma’ruf, seperti PDI-P, PPP, dan Partai Kebangkitan Bangsa, memiliki basis pemilih yang loyal di Jateng,” tambahnya.
Mengacu pada hasil Pilpres 2014, Jokowi unggul di seluruh daerah pemilihan di Jawa Tengah, yang terdiri dari sepuluh dapil. Perolehan suara terendah Jokowi-Jusuf Kalla adalah 59,9 persen di dapil Jateng VI yang saat itu terdiri atas Purworejo, Wonosobo, Magelang, Temanggung, dan Kota Magelang. Untuk 2019, suara di daerah-daerah itu ditargetkan 65 persen.
Di dapil lain, suara Jokowi rata-rata di atas 60 persen. Ia memperoleh suara tertinggi, 77,7 persen di dapil Jateng V, yang saat itu terdiri dari Boyolali, Klaten, Sukoharjo dan Kota Surakarta. Untuk 2019, target suara di daerah tersebut sama dengan perolehan Pilpres 2014, yaitu 77,7 persen suara.
Berkaca pada hasil Pilpres 2014 itu pula, Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf Arsul Sani meyakini, pertahanan suara dari Jokowi masih kuat di Jateng. Apalagi, selama tiga bulan terakhir, tim kampanye daerah beserta partai-partai pendukung dan relawan sudah intens berkampanye di masyarakat.
“Kami tetap waspada, tetapi tidak menempatkan (rencana Prabowo-Sandi di Jateng) itu sebagai ancaman besar. Karena pertahanan Jokowi di Jateng kuat, dan barisan mesin politik kami sekarang juga siap menggempur dengan kuat,” kata Arsul.