JAKARTA, KOMPAS - Kepolisian Negara RI memperketat pengawasan terhadap jaringan kelompok teroris seiring potensi aksi teror pada akhir tahun. Dalam sepekan terakhir, satu anggota jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah ditangkap di wilayah Sleman, Yogyakarta, karena diduga merencanakan serangan pada perayaan Natal dan Tahun Baru.
Kepala Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Mohammad Iqbal, Sabtu (15/12/2018), di Jakarta, menuturkan, puluhan ribu personel kepolisian telah dipersiapkan untuk mengamankan situasi pada perayaan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Dalam operasi akhir tahun yang diberi sandi Operasi Lilin, Polri mengedepankan upaya pencegahan.
Hal itu berlaku pula dalam salah satu ancaman terbesar setiap akhir tahun, yaitu serangan kelompok teroris. Atas dasar itu, Iqbal mengatakan, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri telah menahan satu tersangka teroris berinisial MI yang ditangkap di wilayah Sleman, Yogyakarta. Penangkapan terhadap MI dilakukan pada awal pekan ini.
Ketika ditanya terkait rencana MI mengganggu perayaan Natal dan Tahun Baru, Iqbal berkata, ”Iya. Ia juga terafiliasi dengan jaringan teroris yang pernah merencanakan penyerangan terhadap Markas Kepolisian Resor Indramayu, Jawa Barat, Juli 2018”.
Selain MI, tim Densus 88 Antiteror juga sempat memeriksa empat saksi lain. Dari hasil pemeriksaan sementara, keempat orang tersebut dinilai tidak memiliki hubungan langsung dengan MI yang pernah terlibat dalam perencanaan aksi teror. Adapun MI memiliki hubungan dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Jawa Barat.
Pengamat terorisme, Al Chaidar, menilai, anggota dan simpatisan jaringan teroris yang terafiliasi dengan JAD merupakan individu-individu yang tidak hanya intoleran, tetapi juga tidak mengakui perbedaan pandangan dalam beragama. Momen-momen akhir tahun, tambahnya, dianggap sebagai waktu penting untuk menunjukkan eksitensi mereka.
Al Chaidar apresiasi langkah pencegahan yang telah dilakukan tim Densus 88 Antiteror untuk sedini mungkin meredam potensi aksi teror. Akan tetapi, ia mengingatkan, pendekatan yang lebih bersifat jangka panjang telah dibutuhkan untuk mengantisipasi penyebaran paham radikal.
”Mereka yang rentan terhadap kelompok teroris dan paham radikal harus didekati dengan pendekatan humanis. Negara harus menunjukkan kepedulian kepada mereka untuk menjauhi mereka dari jeratan radikalisme,” ujarnya.
Ancaman lain
Selain terorisme, Polri juga memberikan perhatian kepada gangguan keamanan lain, seperti narkoba, minuman keras, aksi premanisme, dan pelanggaran lalu lintas. Untuk itu, tutur Iqbal, semua satuan kewilayahan Polri diperintahkan untuk melakukan upaya preventif dengan melakukan razia di pusat-pusat berbagai gangguan keamanan itu.
Polri juga melibatkan Tentara Nasional Indonesia serta sejumlah organisasi kepemudaan untuk menjamin keamanan selama perayaan Natal di gereja-gereja seluruh Indonesia.
”Kita libatkan semua komponen masyarakat itu untuk melakukan operasi yang sifatnya antisipatif,” urai Iqbal.