JAKARTA, KOMPAS — Perempuan memiliki peran sentral untuk menentukan langkah masa depan bangsa. Di tengah perkembangan globalisasi dan arus deras digitalisasi, sumbangsih perempuan sebagai sosok ibu menjadi penentu kualitas generasi masa depan Indonesia.
Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam pembukaan Kongres Muslimah Indonesia Ke-2 di Jakarta, Senin (17/12/2018). Sebagai salah satu pembicara kunci dalam agenda itu, Sri menekankan, perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat generasi muda tidak memiliki sekat-sekat dalam menerima informasi dan ide-ide yang dikonsumsi untuk pikirannya. Karena itu, peran ibu diperlukan untuk meletakkan dasar-dasar pemikiran yang penting diterima bagi anak-anak.
”Perempuan harus menjadi obor penerang, jangkar yang menenangkan, penjuru yang memiliki kepercayaan diri untuk membuka jalan dan mendorong generasi yang akan datang untuk maju,” ujar Sri di hadapan sekitar 200 peserta kongres. Tema kongres itu ialah ”Ketahanan Keluarga dalam Membentuk Generasi Berkualitas di Era Globalisasi”.
Menurut Sri, membentuk generasi masa depan bangsa adalah perjuangan panjang. Di sisi lain, anak muda saat ini, tambahnya, memiliki tantangan yang lebih rumit karena era digitalisasi yang membuat mereka harus mampu berdaya saing dan berinovasi melawan perkembangan teknologi.
Meski begitu, Sri yakin para Muslimah mampu memberikan bekal kehidupan yang diperlukan bagi generasi muda untuk menghadapi tantangan zaman yang cepat berubah. Dalam sejarah bangsa Indonesia, lanjutnya, perempuan telah menunjukkan peran nyata dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mewujudkan bangsa Indonesia yang berdaulat.
”Oleh karena itu, Muslimah akan menentukan arah republik, menentukan kualitas generasi ke depan, dan menentukan Indonesia menjadi bangsa pemenang atau pecundang,” katanya.
Ketua Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia Amany Lubis mengatakan, pesatnya pertumbuhan globalisasi dan digitalisasi membuat keluarga Indonesia menjadi lemah dan rentan. Atas dasar itu, ia menekankan, perlu ada penguatan kembali nilai-nilai karakter kebangsaan dan agama untuk mengantisipasi dampak buruk dari digitalisasi, di antaranya hoaks.
”Kongres Muslimah Indonesia ingin memberikan wawasan dan pandangan untuk masyarakat dalam memajukan bangsa, bukan menghancurkan bangsa. Karakter bangsa Indonesia menekankan saling menghargai dan menghormati dengan kesetaraan yang adil bagi seluruh masyarakat,” tutur Amany.
Adapun Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid menilai, perempuan memiliki posisi sentral dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Keterlibatan perempuan dalam sektor publik, tambahnya, semakin besar. Alhasil, peran perempuan dalam memperkuat arah kemajuan dan inovasi bangsa juga semakin besar.
Selain memberikan sumbangsih bagi masyarakat, bagi kehidupan keluarga, perempuan menjadi penentu dalam pembangunan nasional, terutama pembangunan sumber daya manusia.
”Kodrat perempuan sebagai ibu dan istri diharapkan mampu menghasilkan generasi penerus yang berkualitas yang berorientasi masa depan serta memiliki semangat kebangsaan yang tinggi. Sebab, perempuan adalah guru pertama dalam kehidupan manusia,” tutur Zainut.