NATUNA, KOMPAS - Satuan TNI Terintegrasi di Natuna, Kepulauan Riau, diresmikan. Pembangunan kekuatan ini menunjukkan respons TNI terhadap perkembangan geopolitik di kawasan, terutama eskalasi di Laut China Selatan.
Hal itu disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat meresmikan Satuan TNI Terintegrasi Natuna di Pelabuhan Faslabuh TNI Angkatan Laut, Selat Lampa, Natuna, Selasa (18/12/2018).
Hadi mengatakan, satuan yang menggabungkan matra darat, laut, dan udara ini adalah bentuk pembangunan kekuatan TNI agar bisa memberikan daya tangkal terhadap ancaman di perbatasan. Panglima TNI didampingi Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Siwi Sukma Adji, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Yuyu Sutisna.
Menurut Hadi, tujuan pembangunan Satuan TNI Terintegrasi adalah sebagai bentuk respons atas situasi geopolitik di Laut China Selatan yang terus mengalami eskalasi. ”Meskipun Indonesia bukan negara pengklaim, ada batas-batas maritim Indonesia yang bersentuhan dengan negara lain,” katanya.
Satuan TNI Terintegrasi mulai dibangun tahun 2016. Hadi menjelaskan, ke depan Satuan TNI Terintegrasi direncanakan menjadi Komando Gabungan Wilayah Pertahanan. Ia menambahkan, walaupun sudah diresmikan, menurut rencana akan banyak pengembangan dilakukan di Natuna.
Respons positif
Pengembangan pertahanan di Natuna mendapat respons positif dari Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari yang juga hadir menyaksikan peresmian tersebut bersama Gubernur Kepulauan Riau dan Bupati Natuna. Abdul mengatakan, DPR mendukung pembangunan kekuatan pertahanan di Natuna, baik secara politik maupun anggaran. Ia mengakui faktor anggaran masih menjadi kendala mengingat kebutuhan pertahanan belum pernah dipenuhi seluruhnya.
Satuan TNI Terintegrasi Natuna masih akan terus berkembang sesuai peningkatan eskalasi ancaman. Menurut Abdul, perencanaan ke depan dimungkinkan untuk menyempurnakan Satuan TNI Terintegrasi menjadi organisasi permanen dan terintegrasi dalam satu komando.