Tahun 2019 menjadi momen menyematkan harapan bagi perbaikan kondisi berbangsa. Publik berharap tahun politik berjalan damai, tanpa perpecahan, dan membawa kesejahteraan.
Suasana pesta demokrasi semakin terasa memasuki Tahun Baru 2019. Pemilihan Umum 2019 akan menjadi catatan baru dalam sejarah Nusantara. Pemilu legislatif dan pemilu presiden akan dilaksanakan secara serentak untuk pertama kalinya dan menjadi asa rakyat Indonesia.
Hasil jajak pendapat Kompas menyimpulkan, lebih dari 85,7 persen dari 532 responden yang diwawancarai melalui telepon merasa yakin pemilu tahun depan berjalan damai. Hal ini menunjukkan bentuk optimisme publik yang menjadi modal positif di tengah riuh perdebatan di kalangan elite politik.
Di tengah segala dinamika politik yang berlangsung, kualitas demokrasi di Indonesia terus diuji. Pemilu seharusnya tidak hany menjadi momen perebutan kekuasaan oleh partai politik atau kelompok tertentu, tetapi juga momen memperjuangkan kepentingan seluruh rakyat.
Mayoritas publik berharap hajatan demokrasi dapat memajukan bangsa. Tidak kurang dari 45 persen responden dalam jajak pendapat ini menginginkan Pemilu 2019 membuahkan pemimpin terbaik.
Tidak hanya itu, sekitar sepertiga responden ingin pelaksanaan pemilu menjadi proses penguatan demokrasi dan mempererat persatuan. Sebagian terbesar publik mengaku jengah dengan pertarungan elite politik yang dinilai cenderung tidak mencerdaskan.
Ancaman hoaks
Sebagian publik menilai, narasi yang kerap dikemukakan elite politik cenderung minim esensi. Suasana perayaan demokrasi yang terbangun belakangan ini marak diwarnai ujaran kebencian, kebohongan (hoaks), serta ego kelompok (suku, agama, ras, dan antar-golongan/SARA).
Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, setiap bulan setidaknya ada lebih dari 60 berita bohong yang menyebar dengan pesat. Hal itu berarti, dalam sehari setidaknya ada dua hingga tiga hoaks baru yang dengan cepat memapar publik, terutama melalui media sosial.
Memasuki masa kampanye dalam pemilu, penyebaran hoaks menjadi ancaman yang paling dikhawatirkan publik. Sedikitnya 43 persen responden merasa khawatir penyebaran hoaks akan meningkat pada masa pemilu.
Selain itu, publik juga khawatir terjadi konflik yang dipicu perbedaan pandangan politik, berita bohong, dan fitnah. Hal itu diungkap lebih dari 42 persen responden yang khawatir suasana pemilu berpotensi mengganggu semangat kebersamaan di lingkungan warga yang selama ini terjaga.
Perilaku bermedia sosial juga menjadi sorotan yang harus diperhatikan secara serius karena sangat rentan memicu konflik. Penyebaran dan produksi hoaks kian masif, terutama melalui media digital.
Berdasarkan hasil survei Jakpat Mobile Survei Platform terhadap 2.032 pengguna telepon pintar, Facebook menjadi kanal yang paling banyak digunakan untuk menyebarkan hoaks, yaitu 82,25 persen.
Indonesia merupakan negara pengguna Facebook terbesar keempat di dunia dengan jumlah akun terdaftar lebih dari 130 juta. Tak heran, potensi konflik yang dipicu informasi bohong pun cenderung tinggi.
Satu dari tiga responden dalam jajak pendapat Kompas menilai, salah satu upaya melawan berita bohong adalah dengan tidak bersikap reaktif dan mengecek kebenarannya saat menerima informasi itu melalui media sosial.
Kesejahteraan ekonomi
Suasana pesta demokrasi yang semakin hangat juga tidak menyurutkan perhatian publik terhadap isu ekonomi pada tahun depan. Publik berharap rangkaian proses pemilu beserta dinamikanya bisa berdampak positif bagi perekonomian negara.
Ketersediaan lapangan pekerjaan paling mendapat perhatian dari responden (37 persen). Sejalan dengan hal itu, publik sangat berharap geliat ekonomi kerakyatan dapat semakin baik. Sedikitnya 35 persen publik berharap perekonomian rakyat akan tumbuh lebih baik.
Secara umum, publik optimistis melihat masa depan perekonomian Indonesia. Sekitar 78 persen publik menyatakan yakin perekonomian Indonesia akan jauh lebih baik pada tahun depan.
Di tengah keriuhan suasana politik nanti, optimisme publik untuk hidup sebagai bangsa yang damai dan lebih sejahtera tidak boleh terkoyak. Ada asa damai dan hidup sejahtera dari rakyat pada tahun depan. (Eren Marsyukrilla/Litbang Kompas)