JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan kekuatan pokok minimum TNI dilakukan untuk menjadikan TNI sebagai kekuatan militer dengan mobilitas yang tinggi dan daya pukul yang dahsyat.
Mantan Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, di Jakarta, Rabu (20/2/2019), mengatakan, implementasi kekuatan pokok minimum itu bukan hanya terdiri atas alat utama sistem persenjataan (alutsista), melainkan juga terdiri dari upaya mewujudkan profesionalitas, kesejahteraan prajurit, dan penataan organisasi dan pangkalan.
Menurut Sjafrie, pembinaan dan penataan organisasi TNI juga merupakan kebijakan yang bersifat jangka panjang. Perlu kajian yang cermat dan komprehensif dalam membuat sistem bagi organisasi TNI. Menurut dia, kebijakan untuk menambah jabatan untuk perwira tinggi perlu dikaji lebih dalam.
”Sebenarnya kalau negara konsisten mengimplementasikan kekuatan pokok minimum sesuai renstra ini sudah mencakup postur pertahanan dan organisasi TNI,” kata Sjafrie.
”SDM militer di semua strata perlu punya intelektualitas,” katanya.
Ia menyarankan agar pola pengaturan personel yang zero growth dan right sizing perlu tegas diimplementasikan dalam organisasi militer. ”Jadinya anggaran belanja bisa tidak terserap semuanya untuk anggaran rutin, seperti gaji,” katanya.
Dalam kesempatan yang berbeda, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letjen Tatang Sulaiman dalam kunjungan ke Avibras Industria Aerospacial di Brasil mengatakan, dalam pengadaan, TNI AD ingin memastikan bahwa kualitas dan kuantitas alutsista yang dibeli terjamin. Demikian juga layanan purnajualnya.
”Demikian juga prospek transfer teknologi, transfer pengetahuan dengan TNI AD dan industri pertahanan dalam negeri,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Candra Wijaya.
”Alutsista ini bagian dari strategi pembangunan kekuatan, yaitu untuk pemenuhan minimum essential force (MEF) TNI AD,” ucapnya.
Menurut dia, persenjataan ini sangat penting sebagai bagian dalam membangun profesionalisme TNI AD. ”Alutsista yang sedang dalam proses pengadaan dengan Avibras, meliputi Rantis Khusus Armed AV-RMD dan AV-FCU serta munisi Roket Astros dengan beberapa varian,” kata Candra.
AV-RMD atau Armoured Vehicle-Remuniciadora merupakan kendaraan taktis penyuplai munisi berlapis baja. Sementara AV-FCU atau Armoured Vehicle-Fire Control Unit merupakan kendaraan taktis untuk mengontrol dan melakukan tracking rocket.
Kunjungan Wakil Kepala Staf TNI AD bersama para pejabat dari Kementerian Pertahanan, Mabes TNI, dan TNI AD bertujuan memeriksa secara fisik seluruh pesanan TNI AD. Selain itu untuk memeriksa uji penembakan yang disupervisi oleh Pre-shipment Inspection Team yang terdiri dari gabungan dari Kemhan, TNI, dan TNI AD.
Pada kegiatan kunjungan itu, Tatang Sulaiman didampingi Dankodiklatad Letjen AM Putranto, Waasops KSAD Brigjen Untung Budiharto, Ses Baranahan Kemhan Brigjen Bambang Kusharto, Kapuskodal TNI Brigjen Ferry Zein, serta Athan RI di Brasil Kol (Pnb) Arif Adi Nugroho.