JAKARTA, KOMPAS - Daya tahan Indonesia dalam menghadapi ancaman bencana penting untuk dielaborasi dalam debat presidensial keempat pada 30 Maret mendatang. Ini termasuk sejumlah isu geopolitik mutakhir yang juga penting untuk dibahas dalam perdebatan dengan tema ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta hubungan internasional tersebut.
Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Fadli Rahmdanil, mengungkapkan, khusus untuk daya resiliensi Indonesia, penting untuk dilakukan pemeriksaan mengenai daya tahan Indonesia terhadap ancaman bencana di seluruh wilayah. Di dalamnya, termasuk aspek-aspek yang terkait dengan mitigasi, alat-alat yang berhubungan dengan mitigasi dan penanggulangan bencana, serta pengetahuan masyarakat. Hal lain yang juga penting dibahas adalah bagaimana memeratakan pembangunan yang bukan hanya bersifat fisik.
“Tapi juga sarana dan penyebaran sumber daya manusia untuk tujuan negara Indonesia,” ujar Fadli, Selasa (19/3/2019).
Berkaca dari penyelenggaraan debat ketiga, Fadli mengatakan alur yang terjadi relatif sudah baik. Ini terbukti dengan adanya ruang perdebatan lepas selama lebih dari delapan menit untuk saling menanggapi dan melakukan tanya jawab.
“Untuk hal ini, harusnya betul-betul bisa memunculkan adu gagasan yang lebih mendalam. Pasangan calon harusnya merespon, bukan lagi berpidato,” kata Fadli.
Adapun secara teknis, Fadli menyebutkan bahwa suara para pendukung masih relatif mengganggu. Ia menyebutkan, mestinya para pendukung dimungkinkan untuk tidak hadir. Debat cukup dihadiri para pemimpin partai politik saja.
Pendukung, imbuh Fadli, cukup memberikan dukungan dari layar televisi. Ia mengatakan, hal ini untuk menjamin debat berlangsung lebih tertib dan terfokus. Moderator debta, dengan demikian bisa lebih berkonsentrasi mengatur alur debat tanpa disibukkan untuk meminta para pendukung agar diam.
Evaluasi
Sementara itu, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pramono Ubaid Tanthowi memimpin rapat pembahasan evaluasi kegiatan debat ke-3 dan persiapan debat ke-4 dan ke-5 di Gedung KPU, Jakarta. Pramono dalam bagian pembukaan rapat yang berlangsung tertutup itu menyatakan, dari sejumlah masukan yang diterimanya, penyelenggaraan debat ke-3 dinilai lebih baik dibandingkan debat sebelumnya.
“Cukup baik dari metode dan waktu (bagi) kandidat (untuk) menjawab, dan banyak hal positif dibandingkan (debat) sebelumnya,” sebut Pramono.