JAKARTA, KOMPAS — Kontestasi Pemilu 2019, terutama pemilihan presiden, diharapkan tidak meruntuhkan kekuatan bangsa Indonesia, yaitu persatuan dan kebersamaan. Dua nilai itu merupakan warisan para pendiri bangsa yang menjadi modal untuk menghadirkan bangsa Indonesia yang merdeka.
Ketua Umum Legiun Veteran RI (LVRI) Letnan Jenderal (Purn) Rais Abin menuturkan, setiap warga negara memiliki hak politik, tetapi hak itu jangan mengabaikan kewajiban warga negara yang harus menjaga persatuan dan tidak membawa perpecahan karena perbedaan pilihan politik itu. Oleh karena itu, ia berharap demokrasi dan reformasi yang telah berjalan tidak mengabaikan hakikat Indonesia sebagai bangsa yang bersatu.
”Demokrasi memang penting, tetapi persatuan lebih penting. Reformasi penting, tetapi yang terpenting mereformasi persatuan dan kesatuan sebagai sebuah bangsa,” ujar Rais Abin dalam penyampaian pandangan para veteran dan purnawirawan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Jakarta, Senin (25/3/2019).
Dalam kesempatan itu sejumlah veteran dan purnawirawan TNI hadir, seperti Ketua Dewan Pertimbangan Pusat LVRI Letjen (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo, Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat Letjen (Purn) Kiki Syahnakri, Ketua Umum Persatuan TNI Angkatan Laut Laksamana (Purn) Ade Supandi, dan Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Udara Marsekal (Purn) Djoko Suyanto.
Menurut Rais, polarisasi di masyarakat sudah sangat terasa seiring kontestasi pemilihan presiden. Atas dasar itu, ia mengingatkan, moralitas harus dikedepankan agar persaingan politik tidak mengorbankan keutuhan bangsa.
Sayidiman menambahkan, setiap warga negara harus mengingat kembali perjuangan para bapak bangsa, salah satunya Panglima Besar Sudirman yang telah menyatukan bangsa, sehingga tentara dan rakyat menyelamatkan bangsa Indonesia dari serangan Belanda. Hasilnya, pada 27 Desember 1949, dunia mengakui kedaulatan bangsa Indonesia.
Ia menekankan, setiap warga negara harus mengesampingkan ambisi pribadi pada Pemilu 2019. ”Janganlah ambisi pribadi begitu berlebihan sehingga bersedia mengorbankan persatuan dan kebersamaan. Sebab, persatuan dan kebersamaan adalah kunci kehidupan bangsa Indonesia di masa kini dan masa mendatang,” katanya.
Lebih lanjut, Sayidiman mengingatkan, persatuan bangsa Indonesia merupakan bekal untuk mengarungi jalan panjang demi mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa sebagai bangsa yang adil dan sejahtera.
Kiki mengatakan, keterbelahan akibat perbedaan pilihan politik juga terjadi di kalangan para purnawirawan. Ia menegaskan, semua purnawirawan TNI harus mengamalkan tujuh poin Saptamarga untuk menjaga keutuhan bangsa.
Netral
Untuk menjaga agar tidak terjadi keterbelahan dan penggunaan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), Kiki mengingatkan agar netralitas dikedepankan oleh aparat keamanan, TNI-Polri, serta penyelenggara pemilu. Khusus utuk TNI-Polri, Kiki berharap para pemimpin kedua institusi itu melakukan pengawasan dan kontrol untuk memastikan semua personel menjamin netralitas pada penyelenggaraan Pemilu 2019.
”Kepada TNI-Polri agar sungguh-sungguh bersikap netral, melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap satuan di bawah dan anggota perseorangan,” ujar Kiki.