Latihan Kartika Yudha 2019 dinilai berhasil menguji interoperabilitas 15 kecabangan yang ada di TNI AD. Selain itu, sistem komando dan pengendalian juga mendapat perhatian khusus untuk ditingkatkan di masa depan.
Oleh
Edna Carolina
·3 menit baca
BATURAJA, KOMPAS — Latihan Kartika Yudha 2019 dinilai berhasil menguji interoperabilitas 15 kecabangan yang ada di TNI AD. Selain itu, sistem komando dan pengendalian juga mendapat perhatian khusus untuk ditingkatkan di masa depan.
Hal tersebut disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Senin (19/8/2019), seusai memantau Kartika Yudha di daerah latihan Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI AD, Baturaja, Sumatera Selatan, didampingi Kepala Staf TNI AD Jenderal Andika Perkasa dan Komandan Kodiklat TNI AD Letnan Jenderal AM Putranto.
Hadi menilai, latihan Kartika Yudha ini mengalami banyak peningkatan, terutama dari sisi interoperabilitas antar-kecabangan. Dalam latihan ini dicoba berbagai persenjataan baru dan battle management system.
Putranto mengatakan, puslatpur telah melaksanakan penambahan daerah latihan manuver brigade dengan pembaruan fasilitas serta lorong manuver baru bagi satuan tank dan mekanis. Selain itu juga ada rencana pembangunan tactical operation center untuk mendukung komando pengendalian pasukan yang tengah berlatih.
Hadi mengatakan, latihan ini ditujukan untuk menguji coba kemampuan personel dan peralatan. Selain itu, latihan ini juga untuk menguji doktrin TNI AD, Kartika Eka Paksi, beserta turunan-turunannya.
Hadi mengatakan, ke depan TNI AD akan terus memperkuat persenjataannya. Saat ini, persenjataan TNI AD baru memenuhi 62 persen dari kebutuhan pokok minimum. Menurut rencana, pembangunan battle management system akan terus dilakukan sehingga pergerakan semua unit TNI AD bisa dipantau dari Pusat Komando dan Pengendalian Operasi. Saat ini, persenjataan Arhanud sudah memiliki kecepatan 2,6 Mach dengan jangkauan 30 kilometer. Sementara untuk artileri medan telah mencapai jangkauan 300 kilometer.
Selain itu, ke depan TNI AD akan terus mengembangkan batalyon infanteri mekanis. Sementara terkait artileri modern yang jangkauannya semakin jauh, TNI AD akan latihan tidak lagi di daratan semata, tetapi juga di pulau. Pasalnya, dengan jangkauan persenjataan mencapai 300 km, latihan tidak bisa lagi diadakan di Baturaja karena bisa mengenai masyarakat.
Komando dan pengendalian
Berbeda dengan latihan-latihan sebelumnya, latihan yang mencakup komando dan pengendalian terlihat. Oleh karena itu, latihan berlangsung cukup panjang, yaitu pukul 07.00-13.00, berbeda dari biasanya yang berlangsung sekitar dua jam yang menunjukkan kekuatan senjata (fire power) semata.
Dalam berbagai manuver, terlihat sistem serangan dan bantuan yang mendukung. Misalnya, baterai artileri pertahanan udara Atlas melindungi artileri medan Astros yang menyokong pergerakan infanteri. Astros melakukan beberapa tembakan untuk melindungi infanteri yang lintas ganti. Di lain manuver, peleton kavaleri, yaitu MBT Leopard, bergerak mengimbangi infanteri, sementara tank MBT yang lain bergerak maju di bawah tembakan musuh. Salah satu manuver yang menarik adalah manuver Caesar, senjata artileri medan yang bisa bergerak dengan cepat karena diletakkan di atas kendaraan. Setelah menembak, Caesar bisa menghindari serangan musuh dalam waktu maksimal satu menit.
Hadi menggarisbawahi bahwa kemampuan perang konvensional, yaitu perang hutan dan kota, harus tetap ditingkatkan karena itulah kemampuan dasar. Akan tetapi, ia mengingatkan, perang ke depan didominasi oleh siber sehingga TNI harus adaptif dengan kemajuan teknologi informasi. Salah satu kombinasinya adalah memperlengkapi diri dengan peralatan perang yang modern.
”Teknologi meningkatkan presisi tembakan,” kata Hadi.