logo Kompas.id
Politik & HukumPara "Buzzer" di Antara...
Iklan

Para "Buzzer" di Antara Pertarungan Narasi

Kemunculan ”buzzer” di media sosial kerap dikaitkan dengan penggiringan opini publik yang politis. Karena sebagian tindakan ”pendengung” itu tak dilakukan dalam koridor etis, hal ini bisa merusak adab demokrasi.

Oleh
Rini Kustiasih
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/gDfGodH5jQwhnXt7tYdTrCP9peE=/1024x1128/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2F20191004-ANU-Alur-kerja-Industri-Buzzer-mumed_1570203899.jpg

Perspektif dalam memahami fenomena buzzer atau pendengung ini beragam, tergantung pada sudut pandang yang diambil. Namun, apabila ditarik ke belakang, posisi buzzer dan situasi media sosial saat ini sebenarnya sejalan dengan teori lama dalam ilmu komunikasi yang berkembang sejak akhir tahun 1920-an.

Mazhab behaviourism dari teori komunikasi menyimpulkan, massa sebagai the sitting duck atau bebek yang sekadar diam menerima pesan dari media massa. Audiens yang diasumsikan sebagai bebek yang diam ini dipandang sebagai sasaran tembak yang empuk untuk proyek propaganda dan kampanye narasi politik tertentu. Harold Lasswell, dalam bukunya Propaganda Technique in The World War (1927), adalah pakar yang pertama kali menggambarkan teknik komunikasi ini sebagai the bullet theory atau teori peluru, yang mengandaikan pesan dari media ”mengenai” langsung audiens, dan diterima mentah-mentah.

Editor:
Antony Lee
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000