Perlawanan yang dilakukan anggota dan simpatisan kelompok teroris terhadap aparat keamanan menjadi bahan evaluasi Kepolisian Negara RI untuk meningkatkan antisipasi terhadap ancaman serangan teror.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perlawanan yang dilakukan anggota dan simpatisan kelompok teroris terhadap aparat keamanan menjadi bahan evaluasi Kepolisian Negara RI untuk meningkatkan antisipasi terhadap ancaman serangan teror. Di sisi lain, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri masih mengejar penyerang personel kepolisian di Jambi dan Sulawesi Tengah yang terjadi pekan lalu.
Rabu (18/12/2019), personel kepolisian, yaitu Brigadir Dua (Bripda) Saud, diserang terduga teroris, WF, ketika Saud dan rekannya, Bripda Dedi, hendak mengamankan WF di wilayah Kabupaten Tebo, Jambi. Namun, tanpa diduga keduanya, WF melawan, yang menyebabkan Saud mengalami luka tusuk senjata tajam di bagian perut dan kaki.
Sebelumnya, Jumat (13/12/2019), Bhayangkara Satu M Saepul M meninggal setelah diserang anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur di kawasan Parigi, Sulawesi Tengah.
”Tim Densus 88 Antiteror Polri terus mengejar terduga pelaku. Kami bekerja maksimal untuk segera mengungkap peristiwa itu,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Argo Yuwono, Senin (23/12/2019), di Jakarta.
Selama 2019, berdasarkan catatan Kompas, terdapat dua peristiwa serangan teroris lain yang menyasar langsung anggota Polri. Pertama, April 2019, empat personel Kepolisian Daerah Jawa Barat ditusuk anggota teroris SHS. Kedua, Agustus 2019, Ajun Inspektur Satu Agus Sumarsono juga diserang dengan senjata tajam oleh anggota teroris di Markas Kepolisian Sektor Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur.
Lebih lanjut, Argo memastikan, melalui Operasi Lilin 2019, Polri mengedepankan sejumlah langkah pencegahan untuk menjamin rasa aman dan nyaman bagi masyarakat dari berbagai ancaman kejahatan, termasuk terorisme.
Seluruh satuan kewilayahan kepolisian, tambahnya, telah memperkuat pengamanan di rumah ibadah dan titik keramaian. Operasi pengamanan itu dilakukan bersama Tentara Nasional Indonesia, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi keagamaan.
Untuk menjamin keamanan itu, kata Argo, Kepala Polri Jenderal (Pol) Idham Azis bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto melakukan kunjungan ke Kupang, Nusa Tenggara Timur, dan Manado, Sulawesi Utara. Dalam kegiatan itu, keduanya memberikan motivasi kepada seluruh aparat keamanan serta berdialog dengan seluruh elemen masyarakat.
”Langkah preventif yang dilakukan tidak hanya melibatkan aparat keamanan, tetapi kami juga membuka dialog dengan masyarakat agar mampu menciptakan sistem deteksi dini dari berbagai potensi gangguan keamanan,” ucap Argo.
Jadi target
Pengamat terorisme Al Chaidar menilai tren serangan kepada aparat keamanan oleh simpatisan dan anggota kelompok teroris belum akan menghilang.
”Aparat keamanan, terutama kepolisian, dinilai sebagai penghambat utama untuk mewujudkan keinginan mereka. Atas dasar itu, mereka akan terus menunggu aparat lengah untuk melakukan serangan balasan atas penangkapan pemimpin dan rekan mereka,” tutur Chaidar.
Meski begitu, Chaidar berharap pendekatan keras melalui penangkapan yang dilakukan tim Densus 88 Antiteror Polri dapat dikombinasikan dengan pendekatan lunak untuk melakukan program kontraradikal kepada kelompok masyarakat yang rentan terpapar radikalisme, juga kepada terpidana terorisme dan keluarganya.
Sebab, menurut dia, pemberantasan terorisme tidak bisa hanya dengan mencegah aksi teror, tetapi juga dengan mengantisipasi terhadap penyebaran radikalisme dan ekstremisme yang menjadi awal individu bergabung dengan kelompok terorisme untuk melakukan amaliyah atau aksi teror.