Kepala Bakamla yang baru dilantik, yakni Laksamana Madya Aan Kurnia, akan menghadapi banyak pekerjaan rumah, termasuk sumber daya manusia. Natuna akan menjadi salah satu fokus operasi pengamanan Bakamla.
Oleh
Edna C Pattisina
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Ada beberapa wilayah perairan yang akan menjadi fokus operasi Badan Keamanan Laut atau Bakamla, salah satunya perairan Natuna di Kepulauan Riau. Rencananya, Kepala Bakamla yang baru dilantik, yakni Laksamana Madya Aan Kurnia akan segera mengunjungi Natuna di awal masa tugasnya.
Hal ini disampaikan Aan usai upacara serah terima jabatan Kepala Bakamla dari Laksdya (Purn) Achmad Taufiqoerrochman, di Kantor Bakamla, Jumat (14/2/2020). Taufik mengatakan, ada banyak pekerjaan rumah yang menanti Aan. Ia mengatakan, permasalah utama Bakamla ada pada sumber daya manusia, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.
Taufik yang telah menjabat selama setahun mengatakan, Bakamla belum menjadi entitas yang mumpuni karena sejak awal belum ada konsep yang jelas tentang fungsi Bakamla sebagai Penjaga Pantai.
”PR nya Pak Aan masih banyak karena selama setahun ini yang telah saya lakukan paling-paling 3 persen,” katanya berseloroh.
Aan mengatakan, ia juga melihat adanya masalah keterbatasan fasilitas dan sumber daya manusia. Untuk mengatasi hal itu, Aan mengatakan, ia telah merencanakan sebuah strategi yang akan diterapkan berangsur-angsur guna mendapatkan dukungan sumber daya manusia dari institusi-institusi lain yang juga menangani keamanan maritim.
Dengan keterbatasan yang ada, Aan mengatakan, ia akan bekerja dengan kondisi yang ada saat ini. Beberapa wilayah perairan yang berdasarkan informasi harus dipantau keamanan lautnya akan menjadi titik perhatian.
”Salah satunya Natuna. Minggu depan saya akan ke Natuna. Nanti kita lihat, bagaimana sinergi itu bisa dilakukan,” kata Aan.
Adapun, Natuna, beberapa pekan lalu, menyedot perhatian publik di Indonesia karena masuknya kapal nelayan dan kapal milik Pemerintah China di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Laut Natuna Utara. Pemerintah Indonesia saat itu melayangkan nota protes kepada Pemerintah China. Selain itu, Bakamla dan TNI juga berpatroli di perairan tersebut.
Sinergi menjadi kunci
Aan mengatakan, sinergi adalah kunci keamanan laut. Tidak mungkin keamanan seluruh perairanan Nusantara ditangani secara terpisah-pisah, atau hanya dengan satu institusi. Ia mengatakan, di awal ia akan membuktikan diri terlebih dahulu bahwa dia mampu menjadi Kepala Bakamla sebelum meminta dukungan yang lebih dari pemerintah.
Sebelumnya, saat melantik Aan sebagai Kepala Bakamla, Presiden Joko Widodo mengatakan, pemerintah akan membuat aturan sapu jagat (omnibus law) keamanan laut. Dengan aturan tersebut, pengamanan laut akan dilakukan satu badan, yaitu Bakamla RI. Adapun, saat ini operasi pengamanan laut dilakukan oleh 13 institusi.
Aan mengatakan, untuk menyatukan SDM dari berbagai instansi, Bakamla akan melakukan standardisasi. Dengan demikian, mereka miliki pengetahuan dan persepsi yang sama. Tidak tertutup kemungkinan akan ada semacam akademi untuk para personel Bakamla di masa mendatang.
Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta, Iis Gindarsah, mengatakan, pekerjaan terbesar bagi Aan adalah menegakkan hak berdaulat Indonesia di wilayah zona ekonomi eksklusif.
”Bakamla dituntut mengembangkan kredibiltias dan kemampuannya sebagai satuan penjaga pantai,” kata Gindarsah.