Ketidaktahuan Pengetahuan Jadi Penyebab Kekerdilan Masa Tumbuh Anak
Wakil Presiden Ma\'ruf Amin menyatakan masih tingginya preferensi stunting di sejumlah provinsi tak hanya karena kurangnya gizi tetapi juga karena ketidaktahuan warga soal kesehatan serta pernikahan hingga melahirkan.
Oleh
Suhartono
·3 menit baca
PANGKALPINANG, KOMPAS - Wakil Presiden Republik Indonesia Ma\'ruf Amin menyatakan masih tingginya preferensi stunting di sejumlah provinsi Indonesia bukan hanya karena kurangnya gizi tetapi juga karena ketidaktahuan masyarakat terkait kesehatan dan pernikahan dini serta kesiapan melahirkan dan membesarkan bayi. Hal itulah yang membuat hingga kini rata-rata prefensi stunting di sejumlah privinsi Indonesia masih di 27,6 persen.
Oleh karena itu, salah satu fokus pemerintah di samping pendidikan juga sosialisasi dan upaya produktivitas untuk mencegah dan penanganan tendensi kekerdilan atau disebut juga tengkes saat masa tumbuh anak. Menjawab pertanyaan peserta dialog penanganan stunting di Pantai Pasir Padi, Pangkalpinang, Provinsi Bang Belitung, Rabu (26/2/2020), Wapres Amin menyatakan, pengetahun penting karena banyak warga tidak tahu bahwa tendensi stunting dimulai 1.000 hari sejak kehamilan sampai menyusui anak, bahkan sebenarnya juga harus lebih disiapkan sejak dimulai masa pranikah.
“Jadi, dengan sosialisasi dan pengetahuan, kita harapkan upaya kita menggenjot preferensi stunting menuju 14 persen dapat terwujud. Saat ini, rata-rata nasional preferensi stunting mencapai 26,7 persen," ujarnya.
“Jadi, dengan sosialisasi dan pengetahuan, kita harapkan upaya kita menggenjot preferensi stunting menuju 14 persen dapat terwujud. Saat ini, rata-rata nasional preferensi stunting mencapai 26,7 persen"
Dialog penanganan kekerdilan juga dihadiri Istri Wapres Ibu Wury Ma’ruf Amin, Menteri Kesehetan Terawan Agus Putranto, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainuddin Amali, Gubernur Kepulauan Babel Erzaldi Rosman dan ratusan kader PKK, bidan desa, kepala desa serta lainnya.
Terkait dengan sosialisasi dan pengetahuan tentang pencegahan stunting, Menkes Terawan juga menaruh perhatian besar. “Pengetahuan tentang persiapan dari masa pranikah hingga melahirkan dan usia bayi mendapat air susu ibu pertama kali hingga dua tahun, penting bagi masa pertumbuhan anak dan mencegah terjadinya stunting,” ujarnya kepada Kompas seusai acara dialog.
Gubernur Provinsi Bangka Belitung Erzaldi Rosman menyatakan siap untuk terus menggenjot capaian keberhasilan penurunan stunting dari 23 persen menuju ke 14 persen. "Dengan sosiliasasi dan pengetahuan lewat kader-kader dan kepala desa, kita harapkan upaya kita berhasil," tuturnya.
Babel termasuk berhasil
Sementara itu, terkait juga dengan capaian Provinsi Babel yang kini preferensi stuntingnya mencapai 23 persen, Wapres Amin sangat mengapresiasi keberhasilan menekan kekerdilan di wilayah tersebut.
"Saya sangat senang mendengarkan laporan Gubernur Kepulauan Babel yang capaian \'stunting\' (kekerdilan)-nya sudah lebih rendah dari nasional yang 27,6 persen," kata Wapres Amin.
Menurut Wapres Amin, hal ini usaha yang luar biasa dan patut dihargai. “Meskipun begitu, usaha penurunan \'stunting\' ini harus dilakukan sedemikian rupa secara optimal karena target yang ingin dicapai adalah 14 persen," tambah Wapres.
“Meskipun begitu, usaha penurunan \'stunting\' ini harus dilakukan sedemikian rupa secara optimal karena target yang ingin dicapai adalah 14 persen"
Wapres Amin menyatakan, pemerintah ingin membangun sumber daya manusia yang unggul, sehat, cerdas, terampil, produktif, berdaya saing, dan berakhlak mulia. SDM dari masyarakat yang sehat itu, termasuk bebas dari kekerdilan masa tumbuh anak.
"Kalau terkena \'stunting\' itu tidak sehat atau kerdil. Oleh karena itu, jangan sampai masyarakat Indonesia yang kerdil supaya mereka bisa berpikir cerdas, berdaya saing," katanya.