Jumlah kasus positif Covid-19 melonjak. Keterbukaan pemerintah dalam penanganan penyakit yang disebabkan virus korona baru itu akan meredakan kepanikan masyarakat.
Oleh
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Penyebaran penyakit Covid-19 di Indonesia terus meluas menyusul bertambahnya jumlah kasus positif penyakit yang disebabkan virus korona baru itu, dari 6 kasus menjadi 19 kasus, Senin (9/3/2020). Langkah pemerintah yang lebih transparan dan adanya upaya mengintensifkan kolaborasi dalam menemukan kasus Covid-19 akan mengurangi kepanikan di masyarakat.
Penambahan kasus positif Covid-19 diumumkan juru bicara pemerintah terkait penanganan korona, Achmad Yurianto, di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin. Kasus positif Covid-19 ditemukan berdasarkan hasil pemeriksaan dengan reaksi polimerasi berantai atau polymerase chain reaction (PCR) diperkuat dengan pengurutan genom.
”Berdasarkan hasil laboratorium, lanjutan pemeriksaan dengan PCR dan dikonfirmasi genome sequencing, ada 13 kasus positif lagi. Jadi, 19 kasus positif,” kata Yurianto.
Terkait perkembangan kasus ini, menurut Yurianto, Presiden Joko Widodo meminta masyarakat tenang. ”Tadi kami mendapat pengarahan dari Presiden agar masyarakat tenang karena kecenderungan penyakit ini secara klinis tak seperti yang kita bayangkan di Wuhan,” katanya.
Rendahnya kemampuan berpikir kritis warga Indonesia membuka jalan banjirnya hoaks Covid-19 di media sosial.
Transparansi pemerintah dalam penanggulangan penyakit Covid-19 diyakini akan meredakan kepanikan masyarakat. Masyarakat akan memercayai informasi salah atau hoaks jika komunikasi pemerintah tidak transparan.
Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia Septiaji Eko Nugroho mengatakan, sifat menakutkan dari virus yang mudah menyebar dan vaksin ataupun obat yang belum ditemukan ilmuwan jadi pemicu masifnya hoaks terkait virus korona baru. ”Rendahnya kemampuan berpikir kritis warga Indonesia membuka jalan banjirnya hoaks Covid-19 di media sosial,” kata Septiaji.
Dalam dua bulan terakhir, sekitar 100 topik hoaks menyebar di Indonesia. Dari jumlah itu, 34 atau sepertiga dari total hoaks kategori laporan salah di Indonesia mengacu kabar kasus Covid-19.
Dari 13 kasus baru Covid-19 yang kemarin diumumkan, hanya tiga pasien positif Covid-19 yang terkait Kasus 1, dua di antaranya merupakan warga negara asing (WNA) berusia 29 tahun dan 55 tahun.
Saat ini dua pasien yang disebut Kasus 10 dan 11 dalam kondisi sakit ringan menuju sedang, tanpa memakai alat bantu. Satu kasus lain, yakni pasien perempuan berusia 16 tahun, merupakan hasil pengembangan dari Kasus 3 dan disebut Kasus 13.
Sepuluh pasien positif Covid-19 lain yang tidak terkait Kasus 1 dan 2 disebut kluster Jakarta. Mereka terinfeksi virus SARS-CoV-2 pemicu Covid-19 sepulang dari luar negeri. ”Dari tiga negara,” kata Yurianto.
Kondisi kesehatan 8 dari 10 pasien Covid-19 itu dilaporkan baik. Mereka mengalami gejala klinis ringan, seperti demam tak terlalu tinggi dan batuk tak terlalu berat. Dua pasien Covid-19 harus memakai alat bantu pernapasan dan infus, yakni pasangan suami-istri berusia 56 tahun dan 59 tahun yang baru pulang dari luar negeri.
Mereka terinfeksi virus SARS-CoV-2 pemicu Covid-19 sepulang dari luar negeri.
Saat ini pasien positif Covid-19 tidak hanya dirawat di Rumah Sakit (RS) Penyakit Infeksi Sulianti Saroso dan RS Persahabatan, Jakarta, tetapi juga di beberapa RS di daerah. Pemerintah tak mengungkap nama RS daerah yang menangani pasien itu.
Yurianto yang juga Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan itu menegaskan, RS daerah punya fasilitas memadai menangani pasien Covid-19. Ia juga menyatakan, pasien positif Covid-19 yang tidak memiliki penyakit kronis dalam kondisi baik. Hampir semua pasien positif yang diisolasi di RS bisa mandiri, menjalankan aktivitas tanpa bantuan perawat.
Para prajurit TNI Angkatan Laut (AL) yang bertugas di KRI dr Soeharso-999 dan Satgas Evakuasi yang mengevakuasi 188 WNI dari kapal pesiar World Dream dalam kondisi sehat. Hal itu dipastikan Kepala Staf TNI AL Laksamana Siwi Sukma Adji seusai mengunjungi KRI dr Soeharso.
Laporan kasus
Beberapa kasus terduga Covid-19 dilaporkan sejumlah daerah, seperti Pontianak, Solo, dan Bandung. Di RSUD Moewardi, Solo, dua pasien dirawat di ruang isolasi dan sampel usap tenggorokan mereka dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Di RS Hasan Sadikin, Bandung, lima pasien dalam pengawasan.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Ede Surya Darmawan menyatakan, pemerintah pusat dan daerah serta semua pemangku kepentingan terkait harus secepatnya memitigasi risiko penyebaran Covid-19 secara komprehensif. Hal itu bisa dimulai dengan penelusuran informasi dari pasien yang positif dan terduga Covid-19.
Keterlambatan penapisan Covid-19 di Indonesia bisa berbahaya. Karena itu, pemerintah mesti mengubah cara penanganan kasus ini menjadi berupaya menemukan sebanyak mungkin kasus itu. Kolaborasi dengan semua pihak terkait, termasuk laboratorium di perguruan tinggi dan lembaga riset, mesti dilakukan.
”Meski ada kemajuan penapisan dengan ditemukannya sejumlah kasus positif, ini belum cukup,” kata Pandu Riono, ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Sementara itu, untuk mencegah meluasnya Covid-19, sejumlah daerah memperkuat kapasitas RS dan sosialisasi pencegahan penyakit itu. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, misalnya, menambah jumlah RS rujukan dari tiga RS menjadi delapan RS dengan jumlah total kamar isolasi 125 unit.
Penanggung Jawab Posko Covid-19 DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, RS rujukan terbaru adalah RS Umum Pusat Fatmawati, RS Polri Bhayangkara, dan RS Angkatan Laut Mintohardjo. Sebelumnya, RS rujukan hanya RS Persahabatan, RS Angkatan Darat Gatot Soebroto, dan RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso. RS Umum Daerah Pasar Minggu dan RS Umum Daerah Cengkareng juga jadi RS rujukan.
Adapun RSUD Suradadi, Tegal, Jawa Tengah, menyiapkan fasilitas penunjang, seperti alat perlindungan diri, instalasi radiologi, dan membentuk satgas Covid-19 keliling untuk mempercepat respons atas aduan terkait Covid-19. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Barat mewajibkan guru dan siswa mengaktifkan gerakan cuci tangan dengan sabun serta mengimbau mengurangi kegiatan di luar ruangan.