Doni Monardo: Bersama Melawan Covid-19

Pasca-Presiden Jokowi memimpin penanganan pandemi Covid-19, BNPB pun ditunjuk untuk menangani di lapangan. Seperti saat menangani ”Citarum Harum”, melawan Covid-19 ibarat ”perang” melawan musuh tak kelihatan.

KOMPAS/RENY SRI AYU

Doni Monardo

Sejak dipercaya Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 9 Januari 2019, Doni Monardo tidak pernah berhenti bergerak menangani berbagai bencana di Tanah Air. Kini, ia harus menangani bencana non-alam, yaitu pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus korona baru.

Baca juga: Penyemprotan Disinfektan di Stasiun Gambir

Sehari sebelum ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Kepala Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020, letnan jenderal TNI itu menyatakan, melawan Covid-19 ibarat perang melawan musuh yang tidak kelihatan. ”Musuh yang tidak kelihatan ini tidak hanya dilawan oleh pemerintah, tetapi juga oleh semua komponen bangsa, dari pusat hingga daerah,” ujarnya.

Musuh yang tidak kelihatan ini tidak hanya dilawan oleh pemerintah, tetapi juga oleh semua komponen bangsa, dari pusat hingga daerah.

Bagaimana strategi menghadapi Covid-19?

Saya pernah melakukan pembersihan Sungai Citarum di Jawa Barat yang saya sebut Citarum Harum. Saya melibatkan semuanya, dari pemerintah provinsi, kota, kabupaten, tokoh masyarakat, pengusaha, hingga aktivis lingkungan. TNI, Polri, kementerian terkait, masyarakat, dan perguruan tinggi juga saya ajak. Saat itu, Citarum menjadi harum. Seperti Citarum Harum, perang melawan Covid-19 akan kita hadapi bersama, dari pusat hingga daerah, karena ”perang” melawan Covid-19 ini adalah sebuah upaya bela negara.

KOMPAS/AGUS SUSANTO

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo berbincang dengan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Sosial Juliari Batubara, dan Mendagri Tito Karnavian (tidak terlihat) sebelum memberikan keterangan pers seusai rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (3/1/2020). Dalam rapat tersebut dibahas penanganan bencana yang terjadi di sejumlah daerah dan antisipasinya.

Bela negara seperti apa?

Bela negara tidak hanya menghadapi ancaman militer, tetapi juga nirmiliter. Ancaman nirmiliter tidak hanya ideologi, sosial, politik, ekonomi, dan budaya, serta keamanan, tetapi juga bencana yang terdiri dari bencana alam dan non-alam. Virus korona baru merupakan bencana non-alam yang harus segera ditangani, dicegah, dan dikalahkan.

Ada yang menjadi tanggung jawab pusat, ada juga tanggung jawab daerah. Jadi, kita bergerak bersama-sama dengan semangat kebersamaan untuk berperang melawan virus korona baru.

Namun, virus korona baru sudah menyebar ke mana-mana. Bagaimana menanggulanginya?

Dalam sistem desentralisasi, di antaranya, ada pelayanan umum. Pelayanan umum ini membagi tugas dan tanggung jawab. Ada yang menjadi tanggung jawab pusat, ada juga tanggung jawab daerah. Jadi, kita bergerak bersama-sama dengan semangat kebersamaan untuk berperang melawan virus korona baru.

Baca juga: BNPB Kirim 10.000 Masker untuk WNI di China

Jika nanti BNPB jadi pengendali dari perang melawan korona baru, langkah apa yang akan dilakukan?

Kami undang semua kementerian dan lembaga terkait, termasuk para kepala daerah dan pihak lain, untuk ikut maju berperang. Banyak dokter dan paramedis yang akan kami sertakan dan mereka juga siap ikut berperang.

KOMPAS/DAHLIA IRAWATI

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa ditemani Kepala Badan Nasional Penanggulangan bencana (BNPB) Doni Monardo memeriksa pasukan dalam peringatan Hari Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Jawa Timur tahun 2019, Selasa (30/4/2019). Kegiatan yang diselenggarakan oleh BNPB tersebut mengajak masyarakat mengenali potensi bencana, mengetahui cara menangani bencana, berinvestasi untuk pencegahan bencana, dan rutin melakukan simulasi penanggulangan bencana. Tahun ini BNPB mengajak masyarakat melakukan mitigasi bencana melalui vegetasi atau menanam pohon. Pohon dipercaya mampu meredam dampak bencana tsunami hingga 80 persen.