Muhammadiyah: Tunjukkan Rasa Kemanusiaan di Tengah Pandemi
Persyarikatan Muhammadiyah meminta semua elemen masyarakat menunjukkan rasa kemanusiaan dan kebersamaan hadapi wabah Covid-19. Empati pada warga terkena virus SARS-Cov-2 harus ditunjukkan dengan memberi dukungan moral.
Oleh
Anita Yossihara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persyarikatan Muhammadiyah meminta semua elemen masyarakat menunjukkan rasa kemanusiaan dan kebersamaan menghadapi wabah Covid-19. Empati kepada warga yang terjangkit virus SARS-Cov-2 harus ditunjukkan dengan memberikan bantuan serta dukungan moral.
”Semua pihak diminta berkorban dan menunjukkan keluhuran sikap kemanusiaan dan kebersamaan di tengah wabah Covid-19,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir melalui pesan singkat, Kamis (2/4/2020).
Permintaan agar semua elemen bangsa lebih mendahulukan rasa kemanusiaan dan kebersamaan disampaikan menanggapi adanya penolakan warga terhadap pemakaman jenazah pasien Covid-19. Haedar mengatakan, pasien yang meninggal karena Covid-19 merupakan saudara sebangsa yang harus diperlakukan dengan penghormatan yang baik. Mereka berhak dimakamkan di mana pun di negerinya sendiri.
Semua pihak diminta berkorban dan menunjukkan keluhuran sikap kemanusiaan dan kebersamaan di tengah wabah Covid-19.
Menurut Tarjih Muhammadiyah, pasien Covid-19 yang meninggal akan mendapatkan pahala seperti pahala orang mati syahid atau mati karena berjuang di jalan Allah SWT. Sebab, sebelumnya, mereka telah berikhtiar untuk mencegah dan melakukan serangkaian pengobatan.
”Hadis Nabi dari Abu Hurairah (diriwayatkan) meriwayatkan, Rasullullah menyampaikan bahwa orang syahid itu ada lima, yakni orang terkena wabah penyakit, orang mati karena sakit di dalam perutnya, orang tenggelam, orang tertimpa reruntuhan bangunan, dan orang syahid di jalan Allah (mati dalam perang di jalan Allah),” tutur Haedar.
Karena itu, tidak semestinya masyarakat menolak pemakaman jenazah pasien Covid-19, apalagi sampai meminta agar makam dibongkar kembali untuk dipindahkan. Sebab, pemerintah dan para pihak juga sudah melakukan pemakaman sesuai protokol kesehatan yang berlaku.
Tak hanya itu, ia juga mengingatkan masyarakat untuk memperlakukan warga yang terserang virus korona baru dengan baik. Masyarakat hendaknya tidak menolak pasien yang melakukan isolasi mandiri di rumah. Justru yang harus dilakukan adalah memberikan bantuan serta dukungan moral agar mereka bisa bebas dari Covid-19.
Meski begitu, ia bisa memahami jika warga menolak karena panik dan belum mengerti mengenai Covid-19. Karena itu, para tokoh dan pemuka agama perlu memberikan pemahaman terkait Covid-19 dan protokol penanganannya. Dengan begitu, diharapkan masyarakat bisa menunjukkan jiwa sosial, gotong royong, dan religiositas terhadap sesama anak bangsa.
Jangan kucilkan dokter dan paramedis
Seruan yang sama disampaikan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo. Politikus Partai Golkar itu meminta masyarakat tidak mengucilkan dokter dan tenaga medis yang menangani Covid-19. ”Mereka itu justru pahlawan kemanusiaan yang berperang di barisan paling depan dengan nyawa sebagai taruhannya,” kata Bambang.
Mereka itu justru pahlawan kemanusiaan yang berperang di barisan paling depan dengan nyawa sebagai taruhannya.
Permintaan itu disampaikan menanggapi banyaknya penolakan warga terhadap dokter dan paramedis yang bekerja di rumah sakit rujukan Covid-19. Menurut dia, semestinya masyarakat memberikan apresiasi kepada para dokter dan tenaga medis karena tetap berjuang meski dengan alat pelindung diri yang masih minim.
Dalam situasi seperti sekarang ini, menurut Bambang, hal yang penting dibangun adalah optimisme bahwa Indonesia bisa melewati situasi tidak menentu akibat pandemi ini. Semua elemen bangsa hendaknya bergandengan tangan, bergotong royong, bersama-sama menghadapi Covid-19.