Akibat wabah Covid-19, Banten dan Jawa Barat dinilai wilayah yang paling tak siap menghadapi Covid-19, yang puncaknya diperkirakan pada April-Mei. Penyebab utamanya, kurangnya kondisi layanan dua wilayah itu.
Oleh
Edna C Pattisina
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Banten dan Jawa Barat dinilai sebagai wilayah yang paling tidak siap menghadapi coronavirus disease 2019 atau Covid-19 yang puncaknya diperkirakan pada April-Mei. Penyebab utamanya, kurangnya kondisi layanan ke kedua wilayah yang lokasinya paling dekat dengan Jakarta sebagai episentrum. Berbagai pihak pun gotong royong menyiapkan fasilitas kesehatan di daerahnya.
Hal ini disampaikan Direktur Riset Katadata Mulya Amri, Jumat (3/4/2020), di Jakarta. Mulya mengatakan, konektivitas ketiga provinsi ini sangat baik sehingga menyebabkan mobilitas penduduk sangat tinggi. ”Ini berpotensi menyebarkan virus dari DKI ke dua provinsi tersebut,” kata Mulya dalam Webinar Katadata dengan tema ”Kesiapan Daerah Hadapi Pandemi Covid-19–Indeks Kerentanan Provinsi”, Jumat (3/4/2020).
Beberapa kepala daerah, yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, juga mengakui wilayahnya mengalami kekurangan fasilitas kesehatan karena selama ini memang tidak menyiapkan diri untuk wabah penyakit menular tersebut.
Ini berpotensi menyebarkan virus dari DKI ke kedua provinsi tersebut.
Ganjar Pranowo mengakui, masyarakat memang belum punya kedisiplinan yang tinggi. Jawa Tengah telah melakukan langkah kuratif, yaitu menyiapkan 13 rumah sakit di lini satu, 48 RS di lini dua, dan kabupaten/kota juga diminta untuk menyiapkan. Saat ini, menurut Ganjar, Jawa Tengah telah memiliki 303 kamar untuk isolasi. ”Solo dan Semarang kami siapkan, Banyumas juga sudah mulai karena banyak yang beremigrasi masuk ke wilayah-wilayah itu,” ujarnya.
Terkait anggaran, Ganjar mengatakan, pihaknya telah berusaha menghitung terkait biaya perawatan dan jaring pengamanan sosial. Diperkirakan, orang-orang yang tidak bekerja yang harus didukung harian ada 1,8 juta jiwa. Untuk awal, diperkirakan anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp 1,4 triliun. ”Setelah itu, perlu Rp 3,6 triliun lagi, sudah saya komunikasikan ke kabupaten kota, ada yang perlu kami tunda, seperti infrastruktur, perjalanan dinas, dan sebagainya,” ujarnya Ganjar.
Ganjar mengakui, dari sisi politi,k anggaran tidak cukup. Oleh karena itu, ia akan mengerahkan badan zakar serta pihak-pihak swasta. Di desa, gotong royong harus dikuatkan, seperti lumbung makanan. Dengan demikian, kalau keadaan memburuk, masyarakat siap.
Persiapan matang
Sementara Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak mengatakan, 30 persen masyarakat Jawa Timur bekerja di industri. Oleh karena itu, pihaknya telah survei ke 100 pabrik terbesar untuk memastikan protokol keamanan Covid-19, seperti masker dan jaga jarak, dilaksanakan. Untuk mengurangi risiko penyebaran, juga telah dilakukan beberapa langkah, seperti pegawai negeri sipil diminta masuk selang seling harinya, serta mengurangi kegiatan ekonomi.
Emil mengakui, fasilitas kesehatan tidak disiapkan untuk wabah ini. Oleh karena itu, bersama-sama swasta pihaknya telah meningkatkan beberapa gedung untuk menjadi rumah sakit. Dengan demikian, saat ini peningkatan ruang untuk observasi mencapai dua kali lipat. ”Di Menur, Surabaya, juga di Madiun, ada rumah sakit baru,” katanya.
Jangan ada yang bias. Ikuti instruksi dari kepala negara sebagai yang tertinggi.
Selain bantuan swasta yang membantu berupa alat pelindung diri dan ventilator, masyarakat desa juga sudah mulai taat. Orang-orang yang baru datang dari luar desa sudah banyak yang diminta mengisolasi diri selama 14 hari. Bahkan, para kepala desa menyiapkan tempat khusus di balai desa.
Ketua Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menegaskan, pejabat-pejabat di daerah diharapkan melakukan persiapan yang matang. Mereka diminta menyusun strategi untuk pemenuhan kesiapan alat dan perlengkapan. Ia mengatakan, sistem yang berjalan dilandaskan persatuan akan bisa mengatasi wabah Covid-19 ini. ”Jangan ada yang bias. Ikuti instruksi dari kepala negara sebagai yang tertinggi,” kata Doni.