Amankan Obyek Vital, Alutsista dan Kesiapan Personel Harus Terus Ditingkatkan
Latihan peperangan laut dilakukan agar pasukan siap diturunkan di situasi krusial dan genting. Kesiapan alat utama sistem persenjataan dan profesionalitas personel jadi kunci utama TNI AL menjaga obyek vital di perairan.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kesiapan alat utama sistem persenjataan dan profesionalitas personel menjadi kunci utama bagi TNI Angkatan Laut menjalankan tugas menjaga obyek vital yang ada di wilayah perairan Indonesia. Oleh karena itu, kedua hal tersebut harus terus diperkuat.
”Karena itu, diperlukan latihan untuk menghadapi berbagai tugas di masa damai ataupun saat perang,” kata Panglima Komando Armada (Koarmada) I Laksamana Muda Ahmadi Heri Purwono dalam Upacara Gelar Pasukan Latihan Peperangan Laut Khusus Koarmada I di Dermaga JICT II Tanjung Priok, Jakarta, Senin (29/6/2020).
Dia mengungkapkan, Koarmada I memiliki tugas menjaga obyek vital dari Sabang sampai sebelah barat Nias, Laut Natuna Utara, Selat Sunda, hingga wilayah Kalimantan Barat. Obyek tersebut sangat dibutuhkan atau memengaruhi hajat hidup orang banyak. Apabila obyek tersebut terganggu, akan memengaruhi transportasi dan komunikasi massal. Bahkan, jika mereka terganggu, akan berdampak pada jalannya pemerintahan. Salah satu obyek tersebut adalah pelabuhan.
Heri mengatakan, ancaman ke obyek vital tersebut pada umumnya terjadi karena adanya kesalahan posisi kapal. Untuk mengantisipasi persoalan tersebut, kapal-kapal yang melintas harus mengikuti regulasi yang ada. Selain itu, mereka juga melakukan pemetaan terhadap pemasangan dan pengeboran pipa agar tidak terjadi kebocoran akibat kapal yang melintas.
Untuk menunjang tugas itu, mereka melakukan latihan rutin secara parsial. Sementara latihan khusus dilakukan tiga bulan sekali. Latihan yang dilakukan di antaranya pertempuran jarak dekat, pengeboman, dan terjun payung. Latihan tersebut biasa digunakan untuk melawan teroris dan sabotase.
Kesiapan situasi genting
Kepala Dinas Penerangan Koarmada I Letnan Kolonel Fajar Tri Rohadi menjelaskan, latihan khusus dilakukan agar pasukan siap diturunkan dalam situasi krusial dan genting.
Sementara itu, Komandan Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) Koarmada I Kolonel Laut (P) Johan Wahyudi mengatakan, saat ini pasukannya cukup untuk menjaga wilayah Koarmada I. Mereka siap diturunkan dalam operasi sepanjang tahun ataupun sewaktu-waktu dibutuhkan.
Sepanjang 2019 hingga pertengahan 2020, Kopaska lebih banyak melakukan operasi penanganan bencana alam dan kecelakaan di laut.
Heri juga mengungkapkan, untuk persenjataan, pihaknya masih akan mencoba memperbarui yang ada. Ia akan mengusulkan senjata terbaru untuk mengawal pasukan khusus.
Peneliti Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia, Alman Helvas Ali, mengatakan, TNI AL memiliki banyak kapal perang, tetapi dari kesiapan operasional masih rendah. Menurut dia, TNI AL punya tantangan dalam hal alutsista untuk kebutuhan operasi yang sewaktu-waktu dilakukan. Alman juga melihat masih ada celah antara persyaratan operasional dan kesiapan operasional. Oleh karena itu, pengadaan kapal perang baru harus sesuai dengan kebutuhan.
Secara terpisah, peneliti Centre for Strategic and International Studies, Jakarta, Iis Gindarsah, mengungkapkan, secara organisasi TNI telah membentuk Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I untuk kepentingan pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia I, termasuk Selat Malaka dan Laut Natuna Utara.
Akan tetapi, kendala maritim dan ruang udara oleh TNI cenderung belum optimal akibat kendala materiil dan personel. Idealnya, kesiapan alat utama sistem persenjataan dapat ditingkatkan dalam Rencana Strategis Pembangunan Kekuatan Pokok Pertahanan 2020-2024.