Istana mempertimbangkan membatasi jumlah tamu dalam berbagai pertemuan dengan Presiden Jokowi. Pembatasan dilakukan untuk menjaga Istana tetap aman setelah Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo positif Covid-19.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Istana mempertimbangkan untuk kembali membatasi jumlah tamu dalam berbagai pertemuan tatap muka dengan Presiden Joko Widodo. Pembatasan itu dilakukan untuk menjaga Istana tetap aman dari paparan virus SARS-CoV-2, menyusul adanya informasi mengenai Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo yang terkonfirmasi positif Covid-19 setelah berkunjung ke Istana Bogor, Jawa Barat.
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, saat dihubungi, Jumat (24/7/2020), mengungkapkan, protokol kesehatan ketat sebenarnya sudah sejak awal diterapkan di Istana Kepresidenan Jakarta dan Istana Bogor, Jawa Barat. Tak hanya mengenakan masker dan mencuci tangan, semua tamu serta pegawai yang akan mengikuti acara ataupun bertemu Presiden Jokowi diwajibkan mengikuti pengukuran suhu tubuh serta rapid test, selain juga menjaga jarak dengan Presiden dan antartamu lainnya.
Protokol ketat itu dilakukan agar tidak ada tamu yang menularkan Covid-19 ke Presiden. ”Setiap tamu, siapa pun juga, sudah di-rapid test dan diukur suhu tubuh. Harapannya, tidak ada tamu yang menularkan ke Presiden,” kata Pratikno.
Sebelum bertemu Presiden di Istana Bogor pada Kamis (23/7/2020), Purnomo juga mengikuti rapid test. Namun, menurut Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Nugroho, hasil tes Purnomo menunjukkan nonreaktif sehingga diperbolehkan memasuki Istana.
Setiap tamu, siapa pun juga, sudah di-rapid test dan diukur suhu tubuh. Harapannya, tidak ada tamu yang menularkan ke Presiden.
Meski begitu, Istana tetap mempertimbangkan untuk kembali membatasi jumlah tamu yang akan bertemu langsung dengan Presiden. Sebab, kemungkinan intensitas kerja Presiden tidak akan dikurangi.
”Tidak akan mengurangi intensitas kerja beliau, tetapi mungkin jumlah orangnya yang akan kami kurangi. Dengan jarak yang mungkin lebih jauh lagi,” katanya menjelaskan.
Heru mencontohkan pertemuan Presiden dengan para pedagang kecil sudah beberapa kali dilakukan di Istana Jakarta dan Istana Bogor. Jika sebelumnya Istana mengundang 30 pedagang kecil untuk menerima bantuan modal kerja, ke depan hanya 20 orang saja yang akan diundang.
Senin dua pekan lalu, saat mengundang wartawan Istana bertemu khusus untuk mendengarkan penjelasan Presiden Jokowi di ruang tengah Istana Merdeka, selain menjalani rapid test, pers juga diwajibkan tetap mencuci tangan dengan pencuci tangan disinfektan serta menggunakan face shield, masker, dan tetap jaga jarak. Padahal, dua kali pertemuan dengan Presiden Jokowi pada akhir Juni dan awal Juli lalu, dalam wawancara khusus Tim Harian Kompas dan mendengarkan hasil paparan Tim Survei Harian Kompas, masih tidak menggunakan face shield, tetapi hanya masker dan jaga jarak.
Tes rutin
Mensesneg Pratikno memastikan, Presiden Jokowi dalam kondisi sehat. Jumat malam ini, Presiden Jokowi akan kembali melakukan cek kesehatan rutin, termasuk tes usap Covid-19. ”Habis maghrib akan tes PCR lagi, hasilnya akan diberitahukan besok,” kata Pratikno.
Heru menambahkan, Presiden Jokowi memang rutin menjalankan tes kesehatan setiap pekan pada hari Jumat. Namun, jika Presiden menghendaki, tes kesehatan juga bisa dilakukan kapan pun, di luar tes rutin yang telah dijadwalkan.
”Misalnya, Bapak Presiden meminta hari Rabu, ya, dilaksanakan, tetapi beliau tetap mengikuti tes rutin di hari Jumat. Jadi, seminggu bisa juga dua kali tes,” tutur Heru.
Tak hanya itu, seluruh perangkat yang setiap hari melayani Presiden juga rutin menjalani tes kesehatan, termasuk tes usap Covid-19. ”Saya dengan Pak Deputi (Kasetpres) dan perangkat tentunya dengan Mensesneg yang selalu setiap hari bertemu Bapak Presiden, kami selalu rapid setiap hari. Saya terakhir swab itu kemarin dan alhamdulillah hasilnya negatif,” katanya.
Semua tim yang secara intensif berada di sekeliling Presiden juga rutin menjalani tes kesehatan. Dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) hingga perangkat Presiden lainnya, seperti koki Istana, diwajibkan mengikuti tes usap sebelum bekerja.
”Misalnya, besok ada jadwal pergantian dua bulan, berarti malam ini yang baru sudah kami lakukan swab. Masuk, dan dia bekerja tidak boleh berinteraksi dengan yang lain sampai dengan dua bulan berikutnya,” ujar Heru menjelaskan.
Sementara, hingga saat ini, kasus Covid-19 belum juga berhasil dikendalikan. Bahkan, setiap hari rata-rata terdapat 1.600 kasus positif baru.
Misalnya, besok ada jadwal pergantian dua bulan, berarti malam ini yang baru sudah kami lakukan swab. Masuk, dan dia bekerja tidak boleh berinteraksi dengan yang lainnya sampai dengan dua bulan berikutnya.
Karena itulah Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo meminta pemerintah, baik pusat maupun daerah, lebih mengintensifkan tes usap Covid-19. Hal yang tak kalah penting, pemerintah perlu menetapkan kembali status pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara ketat, khususnya di daerah dengan tambahan kasus harian terbanyak, seperti DKI Jakarta.
Politikus Partai Golkar itu juga mengimbau masyarakat agar benar-benar menerapkan protokol kesehatan yang ketat dengan mematuhi seluruh kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Hal yang tak kalah penting adalah pimpinan serta pengelola perkantoran untuk menerapkan pola kerja bergiliran dari rumah dan kantor, mengingat saat ini perkantoran menjadi pusat penyebaran Covid-19. Pimpinan perusahaan juga diminta untuk mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung pencegahan penularan Covid-19.