Menangi Pemilihan Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cium Tangan KH Said Aqil Siroj
Pukul 10.00, Jumat (24/12/2021), penghitungan suara pemilihan ketum PBNU berakhir. KH Yahya Cholil Staquf raih 337 suara, unggul dari KH Said Aqil Siroj yang meraih 210 suara. Pemilihan berlangsung sejak Jumat dini hari.
Oleh
Rini Kustiasih/Iqbal Basyari
·4 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Setelah melalui rangkaian mekanisme pemilihan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang ketat, KH Yahya Cholil Staquf memimpin organisasi masyarakat Islam itu lima tahun mendatang. Yahya mengungguli KH Said Aqil Siroj dalam penghitungan yang berlangsung sejak Jumat (24/12/2021) dini hari.
Penghitungan suara berakhir sekitar pukul 10.00. KH Yahya Cholil Staquf meraih 337 suara, KH Said Aqil Siroj meraih 210 suara, dan 1 suara abstain. Jelang penghitungan 20 surat suara terakhir, Yahya Cholil yang sering disapa Gus Yahya beranjak dari ruangan menuju ke kursi di depan panggung. Sejumlah pendukung lalu bershalawat sebagai tanda syukur kemenangan Gus Yahya. Setelah itu, Gus Yahya mendatangi KH Said Aqil dan mencium tangan Said Aqil.
Gus Yahya sebelumnya merupakan Katib Aam PBNU periode 2015-2021. Ia merupakan putra dari KH Cholil Bisri, ulama NU yang bersama KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ikut mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa. Gus Yahya merupakan kakak dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, serta keponakan dari ulama kharismatik NU KH Mustofa Bisri atau Gus Mus.
Perolehan suara Gus Yahya dalam pemilihan ini tidak jauh berbeda raihan suara saat voting penjaringan calon ketua umum yang berlangsung pada Jumat dini hari. Adapun proses pemilihan ketua umum PBNU ini bergulir setelah berakhirnya pemilihan rais aam yang akhirnya diputuskan diemban oleh KH Miftachul Akhyar.
Sejumlah pendukung lalu bershalawat sebagai tanda syukur kemenangan Gus Yahya. Setelah itu, Gus Yahya mendatangi KH Said Aqil dan mencium tantangan Said Aqil.
Tahapan pemilihan ketua umum PBNU dimulai sekitar pukul 00.30 WIB. Seluruh muktamirin yang berada di gedung serbaguna Universitas Lampung diminta keluar ruangan. Hanya pemilik suara dari PW, PC, PCI, atau yang diberi mandat menyalurkan suara yang diizinkan masuk kembali ke ruangan.
Sekitar pukul 02.30 WIB, pemilik suara mulai memasuki ruangan untuk mengikuti tahap pencalonan. Setiap peserta diminta untuk menuliskan satu nama yang akan mereka ajukan sebagai calon ketua umum PBNU. Pemberian suara berlangsung selama satu jam dan dilanjutkan penghitungan suara.
Dalam tahap pencalonan, Yahya unggul dengan 327 suara, diikuti oleh Said Aqil Siroj dengan 203 suara, As’ad Said Ali dengan 17 suara, Marzuki Mustamar dengan 2 suara, dan Ramadhan Bariyo 1 suara. Sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PBNU, pihak yang dapat dimajukan sebagai calon ialah yang memperoleh dukungan sedikitnya 99 suara. Dengan hasil suara pada tahap pencalonan itu, maka hanya ada dua calon yang memenuhi syarat itu, yakni KH Yahya Cholil Staquf dan KH Said Aqil Siroj.
Keduanya menyatakan kesediaannya untuk maju sebagai calon ketum PBNU. Tahapan selanjutnya ialah kesempatan untuk musyawarah mufakat dan berkonsultasi dengan Rais Aam terpilih, KH Miftachul Akhyar. Setelah tidak tercapai musyawarah mufakat, kedua calon memutuskan untuk melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni pemilihan dengan suara terbanyak atau voting.
Tahap pemilihan dimulai pada pukul 05.30 WIB. Dalam tahap pemilihan ini, setiap pemilik hak suara memberikan suaranya dengan mencontreng nama calon pada kertas suara yang telah disediakan. Pada kertas suara itu tercantum nama Yahya dan Said. Satu per satu pemilik hak suara dipanggil ke atas panggung untuk memberikan suaranya.
Menanggapi pemilihan ini, Said mengatakan, dalam mekanisme pemilihan itu pasti ada yang menang dan kalah. ”Apa pun hasilnya harus kita terima dengan ikhlas dan legowo. Ridho dengan masing-masing,” katanya.
Menurut Said, pilihan muktamirin sudah tepat dan benar. Ia juga mensyukuri muktamar yang berlangsung dengan damai. ”Kita lupakan apa yang terjadi kemarin, kita bergandengan tangan. Walau tidak menjadi pengurus besar, saya akan tetap mendakwahkan aswaja, Islam wasathiyah, moderat dan toleran. Jadi pengurus ataukah tidak, saya akan melakukan itu semampu saya,” ujarnya.
Sementara itu, Yahya mengatakan, visinya dalam memimpin NU ke depan ialah dengan ”menghidupkan Gus Dur”. ”Visi saya dalam lima tahun ke depan adalah menghidupkan Gus Dur. Saya ingin bahwa NU sebagai organisasi sungguh-sungguh bisa berfungsi dan dirasakan kehadirannya sebagaimana dulu kita semua menikmati fungsi dan merasakan kehadiran Gus Dur,” katanya.
Yahya mengatakan, Gus Dur masih relevan sekarang dan akan sangat relevan dengan visi besarnya. ”Tidak mungkin menemukan pengganti personal dari keberadaan Gus Dur, mustahil. Tetapi, apa yang dibawakan Gus Dur, visinya, idealismenya, kinerjanya, saya bisa yakinkan bahwa itu semua harus dan bisa diproyeksikan menjadi satu konstruksi organisasi,” katanya.
Yahya mengucapkan terima kasih kepada KH Said Aqil Siroj yang disebutnya sebagai guru yang telah menggembleng dan mendidiknya selama ini.
Lebih lanjut, Yahya mengucapkan terima kasih kepada KH Said Aqil Siroj yang disebutnya sebagai guru yang telah menggembleng dan mendidiknya selama ini. Ia menyebut keberhasilannya sesungguhnya adalah keberhasilan Kiai Said. Ia pun mengajak semua pihak untuk bersama-sama memajukan NU.
”Saya tidak tahu apakah cukup umur saya untuk membalas jasa-jasa beliau. Kalau ini disebut keberhasilan, sesungguhnya ini adalah milik beliau. Kalau ada yang patut dipuji dari semua ini, pujian ini milik beliau,” katanya sembari terisak.