Kondisi perekonomian nasional dan dukungan kebijakan makroprudensial dinilai berpeluang mendorong pertumbuhan sektor properti tahun ini. Namun, pengembang dituntut jeli membidik pasar.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sektor properti dalam negeri tetap berpeluang tumbuh tahun ini. Kondisi perekonomian nasional serta kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dinilai dapat mendorong pertumbuhan sektor tersebut.
Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) Widi Agustin dalam ”Property Outlook 2020: Melihat Pergerakan dan Tantangan Pasca-tahun Politik” di Jakarta, Kamis (6/2/2020), menyatakan, indikator makro menunjukkan perekonomian Indonesia memiliki daya tahan yang cukup kuat.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2019 mencapai 5,02 persen, sementara konsumsi rumah tangga tumbuh 5,04 persen. Investasi juga tumbuh 4,45 persen meski lebih rendah dibandingkan tahun 2018 yang 6,64 persen. Kredit properti juga tumbuh mesti cenderung melambat, yakni dari 13,71 persen pada November 2018 menjadi 6,6 persen pada November 2019. ”Bagi kami, sektor properti sangat penting karena terkait erat dengan sektor lain,” ujarnya.
Ketika pertumbuhan ekonomi cenderung melambat, kata Widi, BI merelaksasi fasilitas kredit atau pembiayaan properti. Penurunan suku bunga acuan juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor properti.
Menurut Sekretaris Jenderal Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia (REI) Arman Nukman, para pengembang tetap optimistis meski target pertumbuhan properti relatif tidak tinggi. Pasar tetap terbuka meski pengembang harus cermat membuat produk yang sesuai keinginan pasar.
Penurunan besaran uang muka dan suku bunga acuan memang memudahkan calon pembeli. Namun, properti yang mampu dibeli oleh kebanyakan konsumen pengguna akhir (end user) harganya di bawah Rp 500 juta.
Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Lukas Bong menyatakan, pada tahun 2019, unit apartemen dengan harga di bawah Rp 500 juta laku terjual. Namun, tidak demikian untuk unit dengan harga lebih dari Rp 1 miliar.
CEO AKR Land Thomas Go menyatakan, saat ini merupakan momentum yang baik untuk berinvestasi properti. Jenis investasi ini dinilai lebih aman. Menurut Country Manager Rumah123.com Maria Herawati Manik, pencarian informasi tentang penjualan rumah makin banyak melalui internet. Cara ini memudahkan pembeli membandingkan rumah yang satu dengan lain, baik dari sisi desain, spesifikasi, maupun harga.
Lahan industri
Sementara itu, penyerapan lahan industri terus meningkat lima tahun terakhir. Menurut laporan Cushman and Wakefield, perusahaan layanan real estat komersial global, pasar di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat cenderung aktif selama 2019.
Permintaan lahan tak hanya datang dari industri otomotif, tetapi juga dari kelompok industri lain, seperti makanan dan minuman, tekstil, kimia, dan logistik. Director Strategic Consulting Cushman and Wakefield Indonesia Arief Rahardjo menyatakan, perusahaan asal Korea Selatan, Hyundai, menjadi investor yang menyerap lahan cukup besar tahun lalu.
Secara tahunan, total permintaan lahan di wilayah itu mencapai 321 hektar tahun lalu, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang 130 hektar. Selama triwulan IV-2019, total permintaan lahan mencapai 113 hektar, meliputi wilayah Tangerang, Serang, Jakarta, Bogor, Bekasi, Purwakarta, dan Tangerang. Permintaan didominasi investor asing, terutama dari Korea Selatan, China, dan Jepang. (ERK)