Buku kumpulan puisi berjudul “Laila Kau Biarkan Aku Majnun” karya Kambali Zutas diluncurkan di Bentara Budaya Bali, Gianyar, Bali, Rabu (3/4/3019) malam. Peluncuran antologi puisi itu juga menandai perayaan ulang tahun ke-5 Harian Pagi Tribun Bali, grup Kompas Gramedia.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·2 menit baca
GIANYAR, KOMPAS — Buku kumpulan puisi berjudul Laila Kau Biarkan Aku Majnun” karya Kambali Zutas diluncurkan di Bentara Budaya Bali, Gianyar, Bali, Rabu (3/4/3019) malam. Peluncuran antologi puisi itu juga menandai perayaan ulang tahun kelima harian pagi Tribun Bali, grup Kompas Gramedia.
Kambali adalah alumnus Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember. Semasa kuliah, Kambali aktif di Dewan Kesenian Kampus Fakultas Sastra. Setelah menyelesaikan studinya, Kambali bekerja sebagai jurnalis di harian umum Nusa Bali sejak 2007. Kambali melanjutkan kiprah jurnalistiknya di harian pagi Tribun Bali sampai saat ini. Antologi puisi itu dibuat dalam rentang waktu 2015-2018.
Wakil Pemimpin Redaksi Tribun Bali Dion DB Putra menyampaikan apresiasi kepada penulis, sastrawan, dan budayawan yang selama ini mengirimkan karya-karya mereka untuk dimuat di Tribun Bali. Bersama Pemimpin Redaksi Tribun Bali Sunarko, Dion juga mengungkapkan, Tribun Bali memiliki sumber daya manusia yang luar biasa, di antaranya Kambali, Ni Ketut Sudiani, dan I Putu Supartika. Mereka tidak hanya menjadi jurnalis, tetapi juga penulis sastra.
Koordinator Bentara Budaya Bali, Warih Wisatsana, mengatakan, jurnalis ataupun penyair adalah sosok setia pada bahasa dan rajin menggali kebenaran. Warih mengungkapkan, dirinya dekat dengan Kambali karena sama-sama bertolak dari dunia jurnalistik, bahkan pernah bekerja pada media massa yang sama.
”Malam ini sebentuk perayaan persaudaraan sesama wartawan dan sebagai penyair,” kata Warih.
Malam peluncuran buku antologi puisi ini juga dimeriahkan pergelaran musik akustik Gia and Friends, pembacaan puisi karya Kambali oleh kelompok Pu.I.See, dan Komunitas Teratai. Puisi karya Kambali juga dibacakan pada malam peluncuran itu, antara lain oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana, penyair I Wayan ”Jengki” Sunarta, dan Ketua Aliansi Jurnalis Independen Denpasar Nandang Astika.
Tak lupa, diskusi ringan membahas sosok Kambali dan puisinya pun digelar. Diskusi menghadirkan dua pembahas, yakni jurnalis dan penyair I Made Adnyana Ole dan Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Badung, yang juga penyair, Imam Muhayat.
Muhayat mengatakan, Kambali lekat dengan metafora agama karena pengaruh pendidikannya di sejumlah pondok pesantren. Selain itu, dia juga peduli terhadap situasi kekinian. Muhayat menyebutkan puisi berjudul Kita adalah Indonesia. Hal itu jadi refleksi kepedulian penyair terhadap kondisi bangsa dan negara.
Adnyana mengatakan, sejumlah puisi karya Kambali adalah perenungan dan refleksi dari pemberitaan sehari-hari. Beberapa di antaranya puisi Camar-camar di Teluk Benoa dan puisi berjudul Bocah Kecil Itu Bernama Engeline.