Pandu Laut Nusantara, Membirukan Laut Indonesia Lagi
›
Pandu Laut Nusantara,...
Iklan
Pandu Laut Nusantara, Membirukan Laut Indonesia Lagi
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
Sejak dulu kala, kekayaan laut Indonesia, terutama ikan, menjadi incaran banyak negara. Tak heran, banyak kapal asing mencuri ikan di perairan Nusantara. Namun, ancaman ternyata tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam negeri. Laut Indonesia saat ini tercemar oleh sampah plastik.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam sambutannya pada acara Hearing Program Pandu Laut Nusantara di Jakarta, Kamis (19/7/2018), menyampaikan, Indonesia penyumbang sampah laut terbesar kedua di dunia. ”Kanal atau got di kota-kota penuh sampah. Sampah itu akan ke sungai dan berakhir di laut,” ucapnya.
Menurut Menteri Susi, jika kebiasaan memakai dan membuang plastik sembarangan tidak diubah, akan lebih banyak sampah dibandingkan ikan di laut pada 2030-2040. Hal itu dapat terjadi karena plastik bisa membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk terurai. Dengan demikian, ikan sebagai salah satu sumber ketahanan pangan Indonesia pun terancam hilang.
Sikap tak acuh kepada laut yang terus dipelihara dapat menimbulkan efek domino yang mematikan. Ikan, kata Menteri Susi, adalah sumber protein yang paling murah bagi bangsa Indonesia. Ikan memberi asupan pada otak karena mengandung Omega 3 dan Omega 6.
”No brain, no quality,” kata Susi. Kurangnya jumlah pasokan ikan akan mengganggu pasokan gizi anak Indonesia. Kepintaran anak akan terganggu sehingga Indonesia dapat kalah bersaing secara global.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau memulai gerakan kecil untuk mengurangi sampah plastik, misalnya dengan meninggalkan penggunaan botol plastik sekali pakai, sedotan, dan kantong plastik. Plastik yang ingin digunakan pun sebaiknya terbuat dari bahan yang dapat digunakan berkali-kali dan dapat diuraikan dengan mudah.
Menurut Menteri Susi, laut sehat berarti tidak tercemar, yang terbukti dari banyaknya ikan di lautan. Sementara laut lestari dibuktikan dari ketersediaan ikan yang berkelanjutan bagi generasi bangsa saat ini dan generasi mendatang.
Menjaga laut adalah kewajiban seluruh masyarakat mengingat 71 persen wilayah Indonesia adalah lautan dan hanya 29 persen daratan. Panjang garis pantai laut Indonesia adalah nomor kedua terpanjang di dunia, mencapai 97 kilometer. Adapun luas laut Indonesia mencapai 5,8 juta kilometer persegi.
Lautanlah yang telah menyatukan pulau-pulau menjadi satu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Presiden Joko Widodo pun memiliki misi menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
”Sebetulnya Indonesia bisa lebih kaya lagi kalau kita jaga,” ujarnya. Susi meyakini, cadangan minyak bumi akan habis, begitu pula batubara. Hutan pun terus terkikis. Kini, laut menjadi harapan terakhir untuk menopang Indonesia.
Ajak pesohor
Agar upaya menjaga laut semakin efektif, Menteri Susi melalui Pandu Laut Nusantara mengajak pesohor Indonesia yang peduli pada laut untuk terlibat. Pandu Laut Nusantara adalah komunitas yang bergerak di bidang penjagaan dan pengelolaan laut.
Beberapa pesohor yang ikut dalam komunitas itu adalah Sarah Sechan, Davina Veronica, Kirana Larasati, Yuni Shara, Hamish Daud, Dominique Diyose, Cathy Sharon, Andien Aisyah, Monita Tahalea, Kaka, dan Ridho Hafiedz. Sejumlah komunitas dan organisasi nonpemerintah pun ikut menyatakan dukungan, seperti Diet Kantong Plastik, Jaringan Masyarakat Adat Pesisir, Greenpeace Indonesia, dan EcoNusa.
”Saya harap teman-teman membantu melalui media sosial,” ujar Susi. Kampanye menjaga laut akan efektif ketika para pesohor membagikan ide tersebut melalui media sosial mereka yang biasanya diikuti ribuan pengikut.
Pembina Pandu Laut Nusantara, Ridwan Hafiedz atau yang lebih dikenal sebagai Ridho ”Slank”, mengatakan, masalah sampah plastik telah sedemikian buruknya. Kondisi itu terlihat ketika menyelam hingga kedalaman 40 meter, penyelam masih menemukan sampah plastik.
Ketua Bidang Advokasi Pandu Laut Nusantara Marcell Siahaan yang juga penyanyi menambahkan, menjaga laut laksana menjaga warisan bagi anak dan cucu bangsa.
Konferensi
Indonesia akan menjadi tuan rumah Our Ocean Conference (OOC) Ke-5 pada 29-30 Oktober 2018. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan, acara tersebut akan dijadikan momentum untuk unjuk kemampuan memimpin Indonesia di bidang kelautan di mata internasional.
”Melalui konferensi ini, kami akan mendorong pemimpin dunia berkomitmen menjaga lautan karena laut juga memiliki hak untuk dilindungi (ocean right),” ucapnya.
Laut Indonesia merupakan masa depan bangsa. Hanya masyarakat Indonesia sendirilah yang dapat mencintai, menjaga, dan merawat lautan milik Nusantara. Ayo, saatnya membirukan laut Indonesia lagi!