Menimbang Calon Pemimpin Muda
Terpilihnya pemimpin muda seperti Emil Elestianto Dardak (32 tahun) di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Mirna Anissa (34 tahun) di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, dan Zumi Zola (35 tahun) di Provinsi Jambi merupakan fenomena baru dalam pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015. Akankah fenonena kemenangan tokoh muda terulang di pilkada serentak pada Februar 2017 mendatang?
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah disebutkan bahwa persyaratan batas usia calon gubernur/wakil gubernur minimal 30 tahun, sedangkan calon bupati/wakil bupati minimal 25 tahun. Dengan persyaratan itu, kesempatan bagi generasi muda usia untuk mengikuti ajang pilkada di berbagai wilayah terbuka lebar.
Pada pilkada 2017, tercatat sejumlah generasi muda usia di bawah 40 tahun tertarik berpartisipasi menjadi calon pemimpin di daerahnya masing-masing. Pilkada serentak yang digelar pada 15 Februari 2017 di 101 daerah di tanah air, bakal diikuti 337 pasangan calon atau 674 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 17 persen (112 orang) di antaranya berasal dari kalangan muda usia di bawah 40 tahun.
Sebanyak sembilan persen (10 orang) dari kalangan muda itu berusia di bawah 30 tahun, sementara mayoritas (91 persen atau 102 orang) berusia antara 31 tahun hingga 40 tahun. Sebagian besar kaum muda itu mencalonkan diri sebagai wakil kepala daerah. Hanya sekitar 25 persen dari mereka yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah.
[kompas-highchart id="muda-1" /]
Yang menarik, calon pemimpin muda yang terlibat dalam pilkada itu sebagian besar berpendidikan sarjana atau S-1. Bahkan sepertiga di antaranya berpendidikan setidaknya pascasarjana. Adapun yang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) kurang dari 20 persen.
Jika dicermati lebih jauh, tidak ada kalangan muda yang mencalonkan diri sebagai gubernur pada pilkada serentak 2017, tetapi ada yang mencalonkan sebagai wakil gubernur. Setidaknya ada tiga calon pemimpin muda yang mengincar jabatan wakil gubernur yakni Andhika Hazrumi (32 tahun) di Provinsi Banten, Abdullah Manaray (35 tahun) di Provinsi Papua Barat, dan Muhammad Irwansyah (33 tahun) di Provinsi Bangka Belitung.
Sebaliknya, terdapat 42 calon pemimpin muda yang mengajukan diri di tingkat kabupaten/kota sebagai calon bupati atau wali kota di daerahnya masing-masing. Sementara yang mencalonkan diri sebagai wakil bupati atau wakil wali kota sebanyak 67 orang.
Aceh dan Papua merupakan provinsi yang memiliki calon pemimpin muda terbanyak. Hal ini terkait dengan fakta bahwa pilkada serentak yang digelar di kedua provinsi tersebut terbilang paling banyak pada Februari mendatang. Di Aceh, misalnya, sebanyak 20 kabupaten/kota akan menggelar pesta demokrasi, diimbuhi pemilihan kepala daerah di tingkat provinsi. Sementara di Papua terdapat 11 daerah yang akan menggelar pilkada serentak.
Aceh tercatat sebagai provinsi dengan penyelenggaraan pilkada serentak terbanyak pada Februari 2017. Pilkada serentak di provinsi itu diikuti oleh 93 pasangan calon atau 186 orang, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Dari jumlah itu terdapat 27 orang calon yang usianya di bawah 40 tahun. Mereka tersebar di Kota Banda Aceh dan sejumlah kabupaten yakni Aceh Jaya, Bener Meriah, Aceh Barat, Lhokseumawe, dan Aceh Barat Daya.
Adapun di Papua terdapat 28 orang calon pemimpin muda yang bertarung di sejumlah daerah di provinsi tersebut. Mereka tersebar di Kota Jayapura, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Kepulauan Yapen, dan Kabupaten Intan Jaya.
Pemimpin muda
Calon pemimpin muda akan bersaing dengan calon pemimpin daerah yang berusia 41 tahun ke atas. Dengan bekal pengalaman yang belum sebanyak calon senior, mereka harus mampu menarik simpati publik dalam memperebutkan posisi kepala daerah atau wakil kepala daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Meski demikian, belum tentu para calon pemimpin muda kalah bersaing.
Di atas kertas, terdapat beberapa calon pemimpin muda yang potensial memenangi pilkada serentak 2017. Salah satunya adalah Adriatma Dwi Putra yang maju sebagai calon Wali Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Saat berlaga nanti, Adriatma masih berusia 28 tahun dan tercatat sebagai salah satu calon kepala daerah termuda dalam pilkada serentak Februari 2017.
Sejumlah Paslon Usia Muda pada Pilkada 2017
Daerah Pemilihan | Calon Kada | Calon Wakada | Jalur | Pengusung |
Aceh Barat, Aceh | Fuad Hadi, S.H., M.H. 07/12/1985 | drh. Muhammad Arif 08/07/1986 | perseorangan | - |
Aceh Singkil, Aceh | Putra Ariyanto 07/03/1978 | Hendri Syahputra 07/08/1984 | parpol | Hanura, Partai Damai Aceh, PBB |
Aceh Barat Daya, Aceh | Muhammad Qudusi 14/01/1983 | Hamdani 08/07/1981 | perseorangan | - |
Aceh Jaya. Aceh | Nasri Saputra 14/10/1986 | Ifendi 16/11/1982 | perseorangan | - |
Pringsewu, Lampung | Siti Rahma, SE 24/04/1978 | Edi Agus Yanto, S.IP 17/07/1981 | parpol | PAN, Nasdem |
Kota Kendari, Sultra | Adriatma Dwi Putra, ST 28/05/1989 | Sulkarnain Kadir, SE 04/03/1978 | parpol | PAN, PKS, PKB, PBB, dan PKPI |
Jayapura, Papua | Siska Yoku, SH 01/02/1983 | Marselino Waromi 14/03/1979 | perseorangan | - |
Kepulauan Yapen, Papua | Melkianus Laviano Doom, A.Md. 10/08/1976 | Saul Ayomi, SH 08/11/1980 | perseorangan | - |
Dogiyai, Papua | Apedius Mote 25/08/1988 | Frenny Anou 07/12/1989 | parpol | Demokrat, PPP, dan PKPI |
Dogiyai, Papua | Yakobus Dumupa 12/05/1982 | Oskar Makai 17/08/1985 | parpol | PDIP, Gerindra, dan PKB |
Dogiyai, Papua | Markus Waine 06/07/1977 | Angkian Goo 27/10/1982 | parpol | Hanura |
Anak Wali Kota Kendari ini sebelumnya menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara dari daerah pemilihan Kota Kendari. Adriatma berpasangan dengan Sulkarnain Kadir dan diusung oleh Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Saat pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Kendari, pasangan itu diiringi ribuan pendukung dari partai pengusung dan partai pendukung.
Calon kepala daerah muda lain yang juga berpotensi menang adalah Rahmad Jeveri Yuniardo yang bertarung di pilkada Kabupaten Kampar, Riau. Saat mencalonkan diri, Rahmad–dikenal dengan panggilan Ardo–masih berusia 26 tahun atau termuda dibandingkan kandidat lainnya.
Putra kedua Bupati Kampar Jefri Noer ini sebelum mencalonkan diri tercatat sebagai anggota DPRD Kampar dari Partai Demokrat. Bersama pasangannya Khairuddin Siregar, Ardo maju di Pilkada Kampar melalui jalur perseorangan.
Jika Ardo kelak terpilih sebagai Bupati Kampar mengalahkan empat pasangan calon lainnya, ia akan mencatatkan rekor sebagai bupati termuda dalam sejarah pilkada negeri ini. Saat ini rekor bupati termuda dipegang oleh Sutan Riska Tuanku Kerajaan yang memenangi pilkada Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat (Desember 2015) pada usia 27 tahun.
Di tingkat provinsi, Andhika Zahrumi yang menjadi calon Wakil Gubernur Banten mendampingi Wahidin Halim berpotensi pula menjadi wakil gubernur termuda. Anggota DPR dari Partai Golongan Karya (Golkar) yang juga anak sulung mantan Gubernur Banten Atut Chosiyah itu saat ini berusia 32 tahun.
Pewaris dinasti politik Banten ini, meski diterpa badai dahsyat dengan dipenjarakannya ibu dan pamannya terkait kasus korupsi, memiliki modal politik yang solid berupa dinasti politik di Provinsi Banten. Wali Kota Tangerang Selatan, Bupati Kabupaten Serang, Wali Kota Serang, serta Wakil Bupati Pandeglang – semua di Provinsi Banten – merupakan representasi kekuatan politik dinasti tersebut. Jika jaringan dinasti politik itu terkoordinasi secara solid ditambah popularitas Wahidin Halim di wilayah Tangerang, bisa jadi calon wakil gubernur termuda itu melenggang menduduki posisi Banten 2.
Sosok muda lain yang berpotensi memenangi pilkada 2017 yaitu calon Wakil Gubernur Bangka Belitung Muhammad Irwansyah yang saat ini menjabat Wali Kota Pangkalpinang. Bersama petahana Rustam Effendi, pasangan calon yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini kinerja dan popularitasnya banyak dikenal di kalangan masyarakat Bangka Belitung.
Selain empat sosok muda itu, ratusan pemimpin muda yang berlaga di pilkada daerah lainnya juga memiliki peluang terpilih menjadi pemimpin di daerah masing-masing. Gambaran anak muda yang penuh vitalitas, semangat, dan harapan perubahan di masa depan menjadi modal penting yang tak bisa disaingi oleh karakter orang tua. Selain itu, kaum muda memiliki intelektualitas produk akademik yang memberikan harapan besar soal inovasi, pemikiraan progresif, kritis, dan peka terhadap permasalahan masyarakat.
Pilkada serentak 9 Desember 2015 lalu telah membuktikan lahirnya pemimpin muda. Pemimpin muda yang memenangi pilkada itu antara lain pasangan Emil Elestianto Dardak (32)-Muhammad Nur Arifin (26). Mereka memenangi pilkada Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, dengan memperoleh 76 persen suara.
Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Mirna Annisa, dokter berusia 34 tahun yang berpasangan dengan Masrur Masykur, juga berhasil memenangi pilkada dengan memperoleh 62,23 persen suara.
Sementara pasangan Sutan Riska Tuanku Kerajaan (27)-Amrizal Datuk Rajo Medan (43) berhasil menang dalam pilkada di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, dengan memperoleh 63,75 persen suara. Di tingkat provinsi, Zumi Zola (35) memenangi pilkada gubernur Jambi dengan 60 persen suara.
Pilkada langsung sebelumnya, di sejumlah daerah juga lahir pemimpin muda yang dianggap sebagian kalangan masyarakat cukup berkualitas dan kompeten. Sebut saja misalnya Bima Arya yang jadi Wali Kota Bogor, Jawa Barat (terpilih pada usia 41 tahun), Wali Kota Bandung, Jawa Barat, Ridwan Kamil (42), Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, Azwar Anas (41), Wali Kota Semarang, Jawa Tengah, Hendrar Pribadi (42), dan Gubernur Nusa Tenggara Barat Zainul Majdi (41) yang terpilih untuk periode keduanya.
Pilkada 2017 mendatang bisa jadi momentum yang tepat bagi pemimpin muda untuk unjuk gigi menyusul kemenangan tokoh-tokoh muda pada pilkada sebelumnya yang kinerjanya sudah diapresiasi publik. Kehadiran mereka setidaknya akan menjadi alternatif calon pemimpin yang akan dipilih masyarakat setelah sebelumnya hanya dihiasi wajah-wajah lama.