Ketika semakin sulit mendapatkan penumpang, sejumlah perusahaan otobus atau PO mencoba membuat gebrakan. Bus-bus baru dengan berbagai fasilitas menarik coba mereka jajakan. Pemerintah pun ikut mendorong perbaikan kualitas dan sarana pendukung moda transportasi ini.
Bepergian sudah menjadi tradisi masyarakat, khususnya di perkotaan. Menjelang hari raya keagamaan, seperti Idul Fitri, Natal, ataupun libur nasional, warga bepergian ke kampung halaman mereka masing-masing. Begitu juga saat masa liburan, sejumlah obyek wisata diserbu para pelancong dari berbagai penjuru daerah.
Kementerian Pariwisata mencatat, sepanjang 2011 jumlah wisatawan nasional 6,75 juta orang dan pada 2015 jumlahnya meningkat menjadi 7,91 juta orang. Begitu juga dengan Kementerian Perhubungan yang merekap jumlah pemudik saat Lebaran. Pada 2011, jumlah pemudik 16,74 juta orang dan pada 2015 mencapai 17,69 juta orang. Ini menandakan tren orang bepergian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Penumpang berkurang
Meskipun jumlah wisatawan dan pemudik terus bertambah, tren jumlah orang yang bepergian menggunakan bus justru terus menurun. Pada 2013, jumlah penumpang bus tercatat 5,54 juta orang. Namun, jumlah itu menyusut menjadi 4,33 juta orang pada 2016.
Sementara itu, pada periode yang sama transportasi kereta api, kapal, dan pesawat justru menunjukkan tren peningkatan jumlah penumpang. Jumlah penumpang kapal laut meningkat 56.000 orang, jumlah penumpang kereta api naik hingga 777.000 orang, dan jumlah penumpang pesawat naik paling banyak 966.000 orang.
Penurunan jumlah penumpang bus menjadi ironi di tengah jumlah bus yang terus bertambah. Pada 2011 terdapat 833 PO antarprovinsi dengan jumlah bus 21.157 unit dan pada 2015 meningkat menjadi 934 PO dengan 23.464 unit.
Kualitas bus
Penyebab semakin banyaknya pemudik dan wisatawan meninggalkan bus bisa disebabkan beragam faktor, antara lain kualitas dan pelayanan bus. Pengusaha PO bus kemudian berupaya membenahi persoalan buruknya kualitas bus.
Tercatat sejumlah PO juga sengaja memperbarui armada yang mereka miliki dengan tawaran fasilitas yang sangat mewah. Salah satu contoh PO bus antarprovinsi yang sudah melakukan hal itu adalah PO Putera Mulya. Akhir 2016, PO ini meluncurkan dua bus baru yang lain dari biasanya. Bus itu terdiri atas dua lantai dan merupakan bus tingkat pertama di Pulau Jawa yang melayani rute lebih dari 500 kilometer. Bus tingkat ini memiliki rute perjalanan Jakarta-Wonogiri. Di Jakarta, bus ini memulai perjalanannya dari Terminal Pulo Gebang di Jakarta Timur, melewati Semarang, Solo, dan berakhir di Terminal Giri Adiputra di Wonogiri, Jawa Tengah.
Terdapat dua kelas yang tersedia di bus Putera Mulya ini. Sebanyak 38 kursi first executive class berada di lantai atas dengan fasilitas layar LCD, kursi yang dilengkapi sandaran untuk kaki dan kemiringannya bisa diatur. Sementara kelas lebih mewah, yaitu elegant class, sebanyak enam kursi, berada di lantai bawah. Kelas ini menyediakan kursi yang lebih tebal dan dapat diatur secara elektrik, layar LCD, dan alat pembuat kopi. Tarif yang ditawarkan Rp 225.000 untuk lantai atas dan Rp 325.000 untuk lantai bawah.
Selain bus tingkat, PO Brilian dari Purwokerto bahkan menyediakan bus tanpa kursi. Setiap penumpang yang naik bus ini justru disediakan tempat tidur seluas dua meter persegi. Dalam satu bus terdapat 20 kasur yang disusun bertingkat, 10 di sisi kanan dan sisanya di sisi kiri. Konsep sleeper bus ini sengaja dibuat PO ini untuk menarik minat penumpang, khususnya di trayek perjalanan Purbalingga-Jakarta. Tidak hanya tempat tidur, fasilitas lain juga disediakan, seperti televisi di masing-masing kasur, bantal, selimut, sandal hotel, loker sepatu, serta dispenser untuk membuat teh dan kopi. Penumpang dikenai tarif Rp 200.000 untuk dapat menikmati fasilitas ini.
Gebrakan yang dilakukan PO bus sedikit banyak membuahkan hasil. Sebagai contoh, tiket sleeper bus biasanya sudah habis terjual dari H-3 hingga H+3 setiap kali menjelang libur panjang akhir pekan. Pada masa liburan panjang itu, dua bus dapat berjalan bersama setiap hari dari Jakarta dan sebaliknya.
Peran pemerintah
Tidak hanya pengusaha PO bus yang berbenah diri. Pemerintah pun turut mendorong perbaikan kualitas PO bus, khususnya bus antarkota antarprovinsi. Akhir tahun lalu, pemerintah melakukan analisis terhadap kualitas bus dan memberikan peringkat pada moda transportasi darat ini.
Penilaian terhadap PO bus ditentukan dari konsultan (80 persen) serta melibatkan persepsi dan kepuasan konsumen melalui survei (20 persen). Hasil penilaian tersebut kemudian dipersentasekan (total 100 persen) dengan peringkat (rating) dari bintang satu hingga bintang lima. Ada sembilan PO bus yang memperoleh peringkat bintang tiga hingga lima. Peringkat bintang tiga diperoleh PO Harapan Jaya, Agra Mas, dan Efisiensi. Sementara peringkat bintang empat diraih PO Bus Sang Putra, Maju Lancar, Sempati Star, dan Gunung Harta. PO Damri dan Sinar Jaya meraih peringkat bintang lima.
Pemberian peringkat dilakukan berdasarkan hasil analisis pemerintah atas persoalan yang dihadapi dalam pengelolaan angkutan bagi masyarakat. Persoalan yang dihadapi antara lain menurunnya jumlah pengguna bus umum akibat rendahnya kualitas pelayanan dari PO di Indonesia, lemahnya standardisasi PO bus, dan minimnya ketersediaan informasi tentang PO bus yang nyaman dan aman bagi masyarakat.
Perbaikan sarana
Pemerintah juga berupaya memperbaiki kelemahan pada moda transportasi bus dari sisi kemudahan dan kenyamanan akses ke konsumen. Salah satunya dengan memperbanyak jumlah terminal di Indonesia. Pada 2011, jumlah terminal tipe A sebanyak 123 unit, kemudian pada 2015 bertambah menjadi 143 unit. Begitu juga jumlah terminal tipe B yang bertambah 47 unit dan terminal tipe C sebanyak 93 unit di rentang waktu yang sama. Jika jumlah terminal banyak dan tersebar, akses calon penumpang menggapai bus akan semakin mudah dan aman.
Penambahan tersebut juga diikuti dengan perbaikan kualitas terminal. Contohnya, terminal baru yang telah disiapkan pemerintah adalah Terminal Terpadu Pulo Gebang (TTPG) di Jakarta Timur. Terminal berskala internasional ini dibangun sejak 2009 dan menghabiskan dana Rp 450 miliar.
Fasilitas-fasilitas penunjang kenyamanan calon penumpang tersedia di TTPG, di antaranya ruang tunggu seluas lebih kurang 33.000 meter persegi yang dilengkapi dengan supermarket, masjid, loker dan ruang ganti, gerai makanan, area pertokoan, serta ruang istirahat awak bus. Sistem tiket elektronik untuk TPPG juga sedang dijajaki Dinas Perhubungan dan Transportasi.
Pemerintah juga mengupayakan infrastruktur jalan untuk memperlancar perjalanan darat. Selama April 2017 ini dilakukan uji coba dan uji kelayakan empat jalan baru di Jawa Tengah untuk memastikan keamanan bagi pengguna jalan yang melewatinya. Jalan itu adalah Tol Pejagan (Brebes)-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, dan Tol Bawen-Salatiga. Empat tol ini merupakan bagian dari rencana pemerintah pusat yang akan membangun jalan tol sepanjang 1.060 kilometer selama 2015-2019. Hingga 2015, jumlah jalan tol di Indonesia 37 ruas dengan panjang 984 kilometer.
Menengok upaya pemerintah dan gebrakan yang dilakukan sejumlah pengelola bus, moda transportasi bus diharapkan menggeliat dan kembali bangkit sebagai moda transportasi yang dapat diandalkan dari sisi kecepatan, keamanan, dan kenyamanan.
(ALBERTUS KRISNA PRATAMA, LITBANG KOMPAS)