Kayu Manis, Dari Bahan Mumifikasi hingga Campuran Kopi
Harum kayu manis (cinnamon) menguar saat secangkir Cinnamon Coffee Latte terhidang. Manis alami kayu manis dan pahit kopi berpadu kompak menggoyang lidah, mengantarkan hangat ke seluruh tubuh. Dingin udara di dalam Kafe Koerintji Coffee yang berembus dari lereng pegunungan Kerinci pun luntur.
Selain untuk campuran secangkir kopi seharga Rp 25.000, kayu manis juga dicampur ke dalam cokelat menjadi Chocolate Cinnamon seharga Rp 22.500. Pun ada Cinamon Ice Blend seharga kopi kayu manis.
Musnardi Moenir dari Korintji Heritage menuturkan, selain minuman ala kafe, minuman tradisional seperti jahe jamak dicampur dengan kayu manis menjadi wedang jahe kayu manis. Jika dicampur dalam adonan roti, bisa menjadi cinnamon roll.
Kerap juga dimanfaatkan untuk teman minum kopi, seperti kue kering cokelat kayu manis atau kue kacang kayu manis. Jika beruntung, di toko-toko kue bisa didapatkan puding santan kayu manis atau puding cokelat kayu manis. Bahkan, salah satu oleh-oleh khas Negeri Ginseng, Korea Selatan, Korean Cinnamon Candy, pun ada jejak kayu manis. Rasa sayuran dan sop yang berbumbu kayu manis bakal terasa lebih segar, harum, dan nikmat.
Mumifikasi
Berbeda dengan negara Asia yang memanfaatkan kayu manis untuk campuran minuman dan adonan kue, negara-negara Timur Jauh menggunakannya untuk memberi rasa pada aneka daging, baik unggas maupun ikan.
Di Amerika Serikat, Eropa, dan Singapura, kayu manis yang berasal dari Indonesia dibuat menjadi bentuk bubuk (powder) kayu manis dan sebagian besar (90 %) terserap untuk industri roti. Aroma khas kayu manis tidak hanya menerbitkan selera, tetapi juga bisa menjadi pengganti gula dalam setiap sajian sehingga aman bagi penderita diabetes.
Teh hangat yang diberi campuran kayu manis konon menjadi obat mujarab bagi penderita radang tenggorokan. Riset dari Wheeling Jesuit University mengungkapkan, wangi kayu manis bisa meningkatkan kemampuan otak untuk fokus.
Kayu manis kini merupakan tumbuhan multifungsi, ujar Musnardi Moenir. Meskipun begitu, di zaman baheula, tepatnya tahun 2600-2100 sebelum Masehi, kayu manis dikenal sebagai salah satu rempah yang digunakan untuk mumifikasi.
Mesir menggunakan kayu manis untuk membalsam mayat raja-raja yang akan dijadikan mumi. Salah satu literatur, Kayumanis Budi Daya dan Pengolahan, yang ditulis Rismunandar (2006) menyebutkan, beberapa tahun setelah 2100 sebelum Masehi, Mesir mengimpor kayu manis dari China dan Asia Selatan khusus untuk membalsam mayat-mayat raja.
Rempah yang dimanfaatkan untuk membuat mumi selain kayu manis juga jenis rempah lain yang wangi, misalnya cumin (Cuminum cyminum), anise (Pimpinella anisum L), dan majorana (Origanum vulgaris L). Kayu manis dimanfaatkan dalam mumifikasi raja mesir karena minyak atsiri yang terkandung di dalamnya.
Minyak atsiri memiliki daya bunuh terhadap mikroorganisme. Beberapa penelitian menyebutkan, minyak atsiri dari kayu manis dapat membunuh baksil tipus hanya dalam waktu 12 menit, berbeda dengan minyak cengkeh yang waktunya mencapai 25 menit.
Ramainya perdagangan rempah dunia membuat pemanfaatan rempah bertambah. Apabila sebelumnya untuk pembuatan mumi atau keperluan religius lainnya, sekitar tahun 40 Masehi mulai dimanfaatkan untuk penambah cita rasa masakan.
Salah satu buku tentang seni memasak yang ditulis pada abad I Masehi oleh Marcus Gavius Apicius, ahli masakan berbangsa Romawi, mencantumkan penggunaan rempah dari Asia untuk masakan berselera tinggi.
Ragam kayu manis
Kayu manis merupakan spesies dari Cinnamomum, yang merupakan anggota dari famili Lauraceae. Mengutip tulisan Nanan Nurdjannah dalam ”Pengolahan Kayumanis” di Edisi Khusus Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol VIII No 1 (1992), terdapat 54 jenis tanaman kayu manis, 12 jenis di antaranya terdapat di Indonesia.
Tidak semuanya memiliki nilai ekonomi alias laku apabila diperdagangkan. Dalam dunia perdagangan internasional dikenal empat spesies tanaman kayu manis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, yakni C zeylanicum, chinese cassia, saigon cassia, dan C burmannii.
C zeylanicum menjadi primadona kayu manis. Jenis ini dikenal sebagai ”true Cinnamomum” dan berasal dari Sri Lanka. Sementara chinese cassia atau Cinnamomum cassia, dan disebut juga chinese cinnamon, berasal dari China. Saigon cassia, sesuai namanya, berasal dari Vietnam. Nama lainnya C loureirii.
Adapun C burmannii atau cassiavera atau padang cassia berasal dari Indonesia. Inilah kayu manis asli yang berasal dari Provinsi Jambi dan Sumatera Barat. Berbeda dengan dunia perdagangan yang menyebut atau menggolongkan kayu manis berdasarkan nama Latin, setiap daerah di Indonesia memiliki sebutan khas.
Di Sumatera, misalnya, disebut kanigar, holim, holim manis, modang siak-siak, atau padang kulik manih. Sementara di Jawa dikenal dengan nama huru mentek, kiamis, atau manis jangan. Orang Madura menyebutnya kanyengar. Bali memberinya nama kesingar, kecingar, atau cingar. Sumba menyebutnya kuninggu, sementara di Flores disebut puu ndinga.
Selain di Sumatera Barat, kayu manis tumbuh pula di Ambon dan Pulau Seram. Jenisnya Cinnamomum cullilawan. Namun, penduduk lokal Ambon menyebutnya dengan nama salakat atau slakar, sedangkan di Pulau Seram dinamakan tejo.
Berbeda dengan kulit batang kayu manis dari Kerinci yang berbau harum, kayu manis dari wilayah ini justru berbau minyak kayu putih. Kayu jenis ini dikenal sebagai kulitlawan atau kulilawan yang digunakan untuk pengobatan gangguan pencernaan dan penyakit peradangan. Di toko-toko obat, minyak kulitlawan dijual dengan nama minyak lawang yang dipromosikan sebagai obat gosok.
Minyak atsiri
Setiap jenis kayu manis hampir memiliki kandungan sama. Yang membedakan adalah kadar kandungan nutrisi di dalamnya. Salah satunya: minyak atsiri. Mengutip Djajeng Sumangat dan Ma’um (Buletin Tanaman Rempah dan Obat, Volume XIV Nomor 1-2003), minyak atsiri dapat diperoleh dari kulit batang, cabang, ranting, dan daun pohon kayu manis dengan cara penyulingan.
Kandungan lainnya, oleoresin, diperoleh dengan cara ekstraksi kulit dengan pelarut organik. Di pasar internasional dikenal tiga jenis minyak kayu manis, yaitu Cassia Chinese Oil, Cinnamon-leaf Srilanka Oil, dan Cinnamon-bark Srilanka Oil.
Di zaman modern seperti sekarang, tak ada produk perawatan tubuh sehari-hari yang tidak dibubuhi minyak atsiri. Minyak atsiri ada dalam obat kumur dan pasta gigi, sabun, deterjen, dan losion. Di ranah kecantikan, minyak atsiri digunakan untuk parfum dan aneka perawatan kecantikan, seperti yang digunakan untuk perawatan putri-putri raja Mesir di zaman dulu.
Bahkan, pada obat tradisional seperti jamu, minyak atsiri dicampur dengan bawang putih dan kencur digunakan untuk kesuburan wanita. Kandungan nutrisi dalam kayu manis terbukti memiliki kemampuan untuk memperkuat rahim wanita sehingga proses pembuahan yang terjadi di dalam rahim akan lebih optimal dengan menguatnya rahim wanita.
Minyak atsiri juga berkhasiat atau memiliki efek mengeluarkan angin (karminatif) dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung (stomakik).
Di sejumlah situs perawatan kecantikan, mudah ditemukan perawatan wajah dengan campuran bubuk kayu manis. Salah satunya, untuk menghilangkan komedo hitam yang kerap nangkring di hidung, bawah bibir, dan dagu. Caranya, dengan mengaplikasikan bubuk kayu manis yang telah diberi perasan lemon pada bagian wajah yang berkomedo.
Dengan beragamnya manfaat langsung atau tak langsung dari minyak atsiri dalam kayu manis, tak heran permintaan dunia terhadap komoditas ini terus berlangsung. Dan, para pelaku usaha kayu manis semakin tersenyum, dengan manis tentunya. (LITBANG KOMPAS)