Wisatawan Mancanegara, Momentum Pemulihan Ekonomi
Di tengah tren penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir, dari kisaran 6 persen menjadi 5 persen pada 2016, sektor pariwisata tumbuh menjadi primadona baru yang menjanjikan. Perubahan konsumsi dan gaya hidup diprediksi menciptakan target baru kunjungan wisatawan.
TAHUN 2019, diharapkan terwujud kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara ke Indonesia. Target yang sebenarnya tidak sulit asal pandai memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi global. Perekonomian dunia sudah mulai pulih, ditandai dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi banyak negara.
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2017 ini lebih tinggi dibandingkan 2016, yaitu menjadi 2,7 persen dari sebelumnya 2,4 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun-tahun selanjutnya juga diperkirakan lebih tinggi. Sejumlah negara di Eropa dan Asia Selatan menyumbang pada pertumbuhan yang tinggi tersebut.
Meskipun tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan dunia, jika dibandingkan dengan sejumlah negara Asia Tenggara lain (Vietnam, Kamboja, Filipina, Myanmar, dan Laos), Indonesia tergolong lambat dalam pemulihan karena perekonomian kita masih bergantung pada komoditas yang harganya di tingkat dunia masih rendah.
Berharap pada produk manufaktur pun sulit karena laju pertumbuhannya yang masih melambat, di bawah rata-rata nasional. Pengadaan energi (listrik dan gas) untuk mendorong industri pun tersendat, bahkan pertumbuhannya di triwulan II tahun 2017 ini malah minus.
Diperkirakan, perekonomian Indonesia baru mulai pulih dengan pertumbuhan yang signifikan tahun 2018. Salah satu kegiatan yang mendorong pertumbuhan adalah pariwisata. Jumlah wisatawan domestik meningkat seiring dengan pergeseran pola konsumsi masyarakat dari makanan dan minuman (kebutuhan dasar) ke perjalanan dan liburan (kebutuhan akan eksistensi dan penghargaan). Dana masyarakat (tabungan) pun dialokasikan tidak semata untuk investasi, tetapi juga untuk melakukan perjalanan dan liburan.
Dilihat dari laporan tamu yang menginap di hotel, baik hotel berbintang maupun nonbintang, jumlah wisatawan domestik meningkat rata-rata 12 persen per tahun dalam kurun 10 tahun (2005-2015). Angka pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan wisatawan mancanegara yang hanya meningkat sekitar 9 persen dalam kurun waktu yang sama.
Wisatawan mancanegara menjadi target pemerintah untuk meningkatkan geliat pariwisata Tanah Air. Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah secara bertahap telah membuka pintu seluas-luasnya terhadap turis asing dengan membebaskan visa kunjungan. Hingga sekarang, pemerintah sudah membebaskan visa kunjungan terhadap 169 negara untuk masuk ke Indonesia.
Tidak cukup itu saja, pemerintah pun akan menggenjot infrastruktur pendukung pariwisata, termasuk pelabuhan bagi wisatawan mancanegara berkantong tebal yang hobi berlayar. Belum lama ini, Presiden Joko Widodo dalam Rapat Koordinasi Nasional Kamar Dagang dan Industri 2017 di Jakarta memerintahkan kementerian dan lembaga terkait membangun 10 dermaga (pelabuhan) kapal pesiar dalam dua tahun ke depan (Setkab.go.id, 4/10).
Indonesia sebagai negara maritim dengan jumlah pulau mencapai 17.000 tidak memiliki dermaga yang layak untuk disinggahi wisatawan yang menggunakan kapal pesiar. Keberadaan dermaga ini diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan mancanegara. Namun, belum diketahui di mana lokasi pelabuhan kapal pesiar tersebut akan dibangun.
Tren meningkat
Jumlah wisatawan mancanegara dalam 10 tahun terakhir meningkat 136 persen, dari 4,8 juta orang pada 2006 menjadi 11,5 juta orang pada 2016. Tahun 2017, target 15 juta wisatawan mancanegara mungkin bisa tercapai karena sejak Januari hingga Agustus sudah datang 9,2 juta wisatawan asing.
Dikatakan ”mungkin” karena ada potensi target meleset akibat aktivitas Gunung Agung di Bali yang sudah ditetapkan berstatus Awas sejak 22 September. Erupsi Gunung Agung bisa terjadi sewaktu-waktu. Pemerintah Provinsi Bali pun menyatakan potensi penurunan kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mencapai 70.000 orang selama Oktober-November 2017 (Kompas, 4/10).
Bali melalui Bandara Internasional Ngurah Rai menjadi pintu masuk wisatawan mancanegara ke Indonesia yang paling ramai. Tahun 2016, terdapat hampir 5 juta wisatawan asing yang masuk lewat Bandara Ngurah Rai. Jumlah ini sama dengan 42 persen dari total turis asing yang masuk ke Indonesia pada tahun itu. Hingga Agustus tahun ini, jumlah turis asing yang masuk lewat Ngurah Rai sudah mencapai 3,9 juta orang.
Badan Pusat Statistik mencatat ada 19 bandara yang menjadi pintu masuk utama bagi turis asing ke seluruh Indonesia di luar pos lintas batas negara. Dari 19 pintu masuk utama tersebut, 10 besar pintu masuk yang menyumbang porsi sekitar 90 persen terhadap total wisatawan mancanegara adalah Ngurah Rai, Soekarno-Hatta, Batam, Tanjung Uban, Kualanamu, Juanda, Husein Sastranegara, Adi Sucipto, Lombok, dan Tanjung Pinang.
Dilihat dari kebangsaannya, turis asing yang masuk ke Indonesia masih didominasi turis dari negara-negara di kawasan Asia. Turis asing dari kawasan Asia ini menyumbang porsi terbesar terhadap total kunjungan wisatawan mancanegara. Tahun 2016, porsinya mencapai 63 persen. Meski demikian, porsi ini cenderung menurun dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya yang mencapai 73 persen.
Sementara itu, tren kunjungan wisatawan dari kawasan Timur Tengah, Eropa, Amerika, Oceania, dan Afrika ke Indonesia cenderung meningkat meskipun angkanya tidak begitu tinggi. Agaknya, pemulihan ekonomi global, terutama di kawasan-kawasan tersebut, ikut berdampak pada aktivitas perjalanan dan liburan.
China, Singapura, dan Malaysia adalah tiga negara utama di Asia yang terbanyak mendatangkan wisatawan ke Indonesia. Mulai tahun lalu (2016), wisatawan dari China menggeser dominasi wisatawan dari Singapura dan Malaysia. Tren peningkatan jumlah wisatawan dari China ini terlihat sejak 10 tahun lalu.
Jika pada 2006 wisatawan dari China hanya tercatat 182.341 orang, tahun 2016 angkanya meningkat 7,5 kali lipat menjadi 1.556.771 orang. Porsi wisatawan dari China ini pada tahun 2006 hanya menyumbang 3,74 persen terhadap total wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Namun, tahun 2016 porsinya meningkat menjadi 13,51 persen.
Kendati demikian, sejak 2016, rata-rata pengeluaran wisatawan asal China per kunjungan mulai menurun. Padahal, lamanya tinggal saat di Indonesia cenderung meningkat. Untuk urusan pengeluaran, wisatawan dari Eropa mengeluarkan uang lebih banyak selama di Indonesia per sekali kunjungan. Sebut saja seperti wisatawan dari Belanda, Italia, Denmark, Perancis, Swiss, atau Inggris.
Sebagai perbandingan, seorang turis Belanda pada tahun 2016 bisa menghabiskan 1.688 dollar AS untuk sekali kunjungannya ke Indonesia, sementara turis dari China hanya mengeluarkan 1.018 dollar AS. Ini berarti dunia wisata harus mengantisipasi perubahan kelas wisatawan China yang berkunjung ke Indonesia.
Dampak simultan
Kedatangan wisatawan mancanegara ini membawa dampak simultan terhadap aktivitas ekonomi di Indonesia. Selain ada penerimaan dari jasa perjalanan yang didapat pemerintah, pada saat bersamaan juga ada pemasukan untuk masyarakat melalui belanja wisatawan.
Jika dilihat berdasarkan jenis pengeluaran, porsi terbesar biaya yang dikeluarkan wisatawan mancanegara adalah untuk akomodasi. Porsi pengeluaran akomodasi ini mencapai 40 persen dari total pengeluaran. Meskipun pengeluaran akomodasi tetap yang terbesar selama kunjungan, trennya cenderung menurun. Jika pada 2006 biaya pengeluaran akomodasi mencapai 45 persen dari total pengeluaran, tahun 2016 porsinya turun menjadi 43 persen.
Hal ini bisa jadi karena wisatawan asing mencari akomodasi yang lebih murah, terutama bagi kelompok wisatawan yang menamakan dirinya backpacker. Selain itu juga didorong oleh kian menjamurnya penginapan-penginapan murah berupa homestay atau hotel kelas bawah. Pengeluaran yang cenderung naik adalah untuk makanan dan minuman serta transportasi lokal.
Wisatawan mancanegara pun terlihat mengurangi pengeluaran belanja produk lokal dan pembelian cendera mata. Tampaknya, kepuasan mengeksplorasi destinasi wisata dan olahrasa lebih dipentingkan ketimbang belanja barang dan membeli suvenir. (LITBANG KOMPAS)