Era boleh digital, gawai boleh pintar, tetapi minat pada hal-hal mistis tidak bisa dilepaskan dari benak penonton sinema Indonesia. Hasil jajak pendapat Kompas memperlihatkan besarnya minat responden pada film horor Indonesia di bioskop.
Mayoritas responden (82 persen) mengatakan pernah menonton film horor. Besarnya minat ini diungkapkan baik oleh responden yang berusia muda (17-30 tahun), dewasa (31-50 tahun), ataupun tua (di atas 51 tahun). Dari ketiga kategori usia ini, proporsi terbesar yang senang dengan film berbau mistis adalah responden berusia muda (94 persen).
Bukan hanya dari sisi usia, minat publik terhadap tontonan mistis di bioskop juga merata dari sisi jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Dari judul film, Pengabdi Setan (2017) merupakan jenis film horor yang paling berkesan bagi publik jajak pendapat.
Tidak hanya menakutkan, tetapi dari sisi kualitas penggarapan film ini diakui memiliki magnet menarik penonton datang ke bioskop. Penilaian publik ini senada dengan respons masyarakat pencinta film pada umumnya.
Berdasarkan laman filmindonesia.or.id, Pengabdi Setan memecahkan rekor penonton film horor Indonesia sepanjang masa. Hingga 1 November 2017, film ini sudah ditonton oleh 3,8 juta orang.
Film karya sutradara Joko Anwar ini bahkan masuk 5 besar film terlaris Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Dua film horor lain yang diminati banyak penonton adalah Danur: I Can See Ghosts dan Jailangkung.
Besarnya minat publik merupakan ceruk pasar film horor Indonesia. Kemunculan film-film bermuatan horor terus mendapat apresiasi masyarakat. Periode 1980-1990, ketika film nasional berkembang, setidaknya 78 judul film horor diproduksi.
Beberapa film bahkan menjadi film terlaris pada tahun edarnya, seperti Sundel Bolong (1981) dan Nyi Blorong (1982). Sempat menurun produksinya di era 1990-1999, ragam film horor kembali marak sepanjang 2000-2009 dengan 74 judul.
Dua film yang mencuri perhatian penonton saat itu adalah Tali Pocong Perawan (2008) dan Air Terjun Pengantin (2009) yang mampu menembus 1 juta penonton bioskop.
Salah satu penyebab populernya film horor adalah karakteristik masyarakat Indonesia yang lekat dengan hal-hal mistis. Budayawan Mochtar Lubis pernah menyebutkan, salah satu ciri manusia Indonesia adalah percaya takhayul (2001). Tidak heran jika hal-hal yang berhubungan dengan mistis berpotensi besar mendapat sambutan publik, termasuk film horor.
Selain potensi minat penonton yang sudah ada, inovasi dan kualitas pembuatan film untuk memunculkan sensasi rasa takut juga menjadi faktor yang memengaruhi laris tidaknya film horor di masyarakat.
Pemilihan pemain serta pembuatan set dan latar lokasi pengambilan gambar yang mendukung suasana mistis harus diperhatikan agar film horor tetap mendapat apresiasi di masyarakat. (LITBANG KOMPAS)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.