Kabupaten Katingan, Merintis Semangat Keterbukaan
Dari 514 kabupaten dan kota yang ada di Indonesia, nama Kabupaten Katingan relatif asing terdengar. Untuk menunjuk lokasi persisnya hampir bisa dipastikan sebagian besar orang memerlukan telepon pintar untuk googling (melacak) posisi Katingan.
Kabupaten yang berjarak sekitar 90 kilometer dari Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, ini jarang muncul dalam pemberitaan media massa nasional (baca: Jakarta). Namun, daerah pemekaran dari Kotawaringin Timur (2002) ini mendadak berubah ramai di perbincangan nasional pada awal Januari 2017. Berbagai media massa dan media sosial memberitakan kasus perselingkuhan yang melibatkan kepala daerah.
Ahmad Yantenglie, Bupati Katingan Periode 2013-2018, diberitakan berselingkuh dengan seorang wanita istri seorang anggota kepolisian setempat. Berita ini tentu saja menghebohkan warga Katingan sehingga mendorong DPRD setempat mengajukan upaya hukum pemakzulan Ahmad Yantenglie ke Mahkamah Agung.
Pada akhir Maret 2017, MA mengabulkan pemakzulan karena sang bupati terbukti melakukan tindakan tercela, melanggar etika, dan perundang-undangan. Sakariyas yang menjabat wakil bupati akhirnya ditunjuk menjadi Plt bupati untuk sementara waktu. Pada 11 Agustus 2017, Sakariyas akhirnya resmi menjabat bupati definitif Katingan setelah terbitnya surat keputusan dari Menteri Dalam Negeri.
Perjalanan karier
Ironis karena ketenaran bukan karena prestasi, melainkan karena perbuatan amoral pemimpin daerah. Padahal, apabila merunut pada sejarah politiknya, tak mudah bagi Ahmad Yantenglie untuk memenangi kursi bupati 2013-2018.
Kala itu ia bersama Sakariyas, yang diusung Partai Gerindra, PDP, dan PBB, harus bertanding dengan lima pasangan lainnya saat pilkada. Meski mengumpulkan suara terbanyak hingga 24,79 persen, ternyata belum cukup untuk menduduki kursi bupati pada satu putaran. Pilkada digelar ulang dua putaran dan bersaing dengan pasangan Cristantwo Tatel Ladju-Surya yang diusung PDI-P yang sebelumnya mengantongi suara hingga 23,80 persen.
Berebut suara dengan Cristantwo-Surya pasti tidaklah mudah mengingat Katingan merupakan salah satu basis massa PDI-P di wilayah Kalimantan Tengah. Apalagi Surya adalah petahana wakil bupati periode sebelumnya. Dalam pemilu DPRD Katingan sejak reformasi, perolehan suara PDI-P melejit paling tinggi di antara partai lainnya sehingga perolehan kursinya terbanyak. Pada 2004 enam kursi, 2009 enam kursi, dan 2014 lima kursi.
Jumlah itu berbeda dengan kursi partai pendukung Yantenglie-Sakariyas. Perolehan kursi secara parsial pada 2009 terdiri dari Gerindra 3 kursi, PDP 2 kursi, dan PBB 1 kursi. Gerindra dan PDP adalah partai yang baru berlaga pada Pemilu 2009, sedangkan PBB sudah sejak 2004. Artinya, kedua partai baru tersebut belum terbukti sepak terjang dan kerja samanya dalam berkoalisi memenangi kandidat kepala daerah.
Di sisi lain sang pesaing yang didukung PDI-P relatif lebih solid dalam menggalang massa. Penguatan suara massa PDI-P hingga ke akar rumput cenderung lebih stabil sehingga tim pemenangan Cristantwo-Surya tinggal fokus menggalang suara dari masyarakat, partai, atau koalisi yang kalah pada putaran pertama. Ini berbeda dengan Ahmad Yantenglie-Sakariyas yang harus tetap menjaga kekompakan koalisi ketiga partai pendukungnya sambil meyakinkan simpatisan lainnya untuk menyumbangkan suara di pilkada putaran kedua.
Salah satu andalan yang dapat diunggulkan pasangan ini adalah tingkat pengenalan masyarakat terhadap Ahmad Yantenglie yang relatif tinggi. Yantenglie pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Katingan 2003-2008 mendampingi Bupati Duwel Rawing. Apalagi, ia juga pernah menjabat sebagai anggota DPRD Katingan masa bakti 2008-2013 sehingga merupakan orang lama di birokrasi dan relatif sudah dikenal masyarakat.
Tingginya tingkat pengenalan itu terbukti mampu memuluskan jalannya untuk mendapatkan posisi sebagai kepala daerah. Pasangan Ahmad Yantenglie-Sakariyas mengumpulkan suara hingga 60,47 persen pada putaran kedua, jauh mengungguli pasangan Cristantwo-Surya yang hanya mengantongi 37,67 persen. Sayangnya, perjuangan Ahmad Yantenglie menjadi petinggi daerah harus berakhir oleh sebuah aib.
Petahana dan kemenangan
Petahana memang berpeluang besar unggul dalam Pilkada Katingan. Merunut dari sejarahnya, kepala daerah yang terpilih biasanya merupakan tokoh yang menjabat sebelumnya. Sejak pemekaran Katingan dari Kabupaten Kotawaringin Timur pada 2002, Katingan sudah menggelar tiga kali pilkada.
Pilkada 2003 dan 2008 dimenangkan Duwel Rawing, tokoh Dayak dan Kalimantan Tengah. Pilkada 2013-2018 dimenangkan Ahmad Yantenglie yang sebelumnya pernah menjabat wakil bupati dan anggota DPRD Katingan. Akibat pemakzulan, Ahmad Yantenglie diganti oleh wakilnya, Sakariyas, hingga akhir periode tahun ini.
Menariknya, Sakariyas yang notabene petahana turut mendaftar dalam bursa pencalonan bupati Katingan 2018-2022 kali ini. Langkah tersebut didukung partai terkuat di Katingan, yakni PDI-P. Kolaborasi demikian berpeluang besar memenangi pilkada kali ini. Seperti halnya kemenangan Duwel Rawing dua periode berturut-turut, 2003-2008 dan 2008-2013.
Namun, potensi kalah juga tetap ada. Meskipun kans Sakariyas relatif besar, bukan tidak mungkin dugaan itu meleset. Buktinya di Pilkada 2013-2018, pasangan Cristantwo-Surya yang diusung PDI-P akhirnya tumbang juga walaupun Surya merupakan wakil bupati era sebelumnya. Artinya, dukungan mesin partai terkuat belum tentu pula akan menjamin perolehan suara terbesar di pilkada.
Sebaliknya, di pilkada kali ini kubu Surya justru bisa menjadi kuda hitam. Berpasangan dengan Winda Natalia yang diusung Golkar dan Nasdem bukan tidak mungkin akan menjadi rival terberat bagi pasangan Sakariyas. Surya berpengalaman sebagai wakil bupati 2008-2013 dan pada Pilkada 2013-2018 bersama pasangannya menjadi rival terkuat bupati terpilih, Yantenglie. Pengalaman berpolitik inilah yang kemungkinan akan kian mematangkan rumus kemenangan bagi pasangan Surya-Winda Natalia.
Walaupun di atas kertas mengerucut pada dua pasangan, tidak menutup kemungkinan bagi pasangan lain untuk menang. Dengan berbekal basis massa yang kuat, dukungan partai, atau program rencana kerja yang sesuai kebutuhan rakyat Katingan, bukan tidak mungkin pilkada kali ini menjadi ajang pesta demokrasi yang semarak dan penuh kejutan.
”Saat ini, para pemilih di Katingan relatif sudah pintar. Sepengetahuan saya, masyarakat di sini lebih cenderung melihat visi-misi dan rencana programnya meskipun tidak menutup kemungkinan sosoknya juga menjadi perhatian. Siapa pun yang terpilih, masyarakat akan menerima karena apabila dihubung-hubungkan, para calon yang maju pilkada ada hubungan kekerabatan dalam keluarga besar,” kata Ketua KPU Katingan Sapta Tjita (49).
Makin maju
Satu hal yang dilihat publik setelah pemekaran wilayah adalah berbagai kemajuan di Katingan. Daerah yang dahulu kala relatif sepi kini lambat laun mulai menampakkan diri menuju peradaban kota modern. Ibu kota Katingan, Kasongan, dahulu kala hanya kecamatan kecil tempat persinggahan perjalanan Palangkaraya-Sampit.
Kini, Kasongan tampak kian ramai dan semarak dengan hadirnya toko-toko yang buka hingga malam hari. Hal itu juga ditemui Kompas saat meliput daerah ini pertengahan Desember 2017. Memang tidak seramai kota-kota di Pulau Jawa, tetapi setidaknya denyut kemajuan kota mulai terasa.
Bangunan pemerintah daerah Katingan dibangun relatif megah di dalam kompleks kantor yang sangat luas. Jalan-jalan utama dibangun berukuran lebar dan tampak menunggu hadirnya para investor untuk menghiasi tepian jalan.
Warung-warung internet menghiasi penjuru kota serta cafe-cafe yang menjajakan makanan dan minuman ala kota besar, tersedia. Sejumlah universitas telah berdiri meskipun pengajarnya harus melaju dari Palangkaraya. Infrastruktur jalan diatur sedemikian rupa berpetak-petak guna menyiapkan tata kota di masa mendatang. Intinya, Kasongan bersiap menjadi kota yang kian berkembang.
Menurut Ketua Kerukunan Umat Beragama Katingan Abdul Aziz (79), saat ini banyak kemajuan dialami Katingan. ”Yang sangat terasa adalah dibangunnya jalan-jalan hingga ke pelosok daerah. Dahulu hampir semua wilayah Katingan hanya dapat diakses melalui sungai. Tapi sekarang tinggal beberapa daerah saja yang masih mengandalkan transportasi air,” kata Abdul Aziz.
Berdasarkan data BPS Katingan, pada kurun 2004-2016 terjadi peningkatan panjang jalan rata-rata 40 km per tahun. Pada tahun 2004 panjang jalan di Katingan masih sekitar 302 km dengan panjang jalan beraspal kurang dari 10 km. Tahun 2016, panjang jalan di Katingan sudah mencapai 784 km dengan kualitas jalan beraspal sepanjang 234 km.
Hadirnya akses transportasi yang kian efisien secara tidak langsung turut menopang kemajuan daerah. Distribusi barang dan jasa kian lancar sehingga menciptakan pemerataan pendapatan. Pada tahun 2015, indeks gini Katingan sebesar 0,252. Angka ini lebih kecil daripada tahun 2010 yang bertengger di posisi 0,304. Artinya, tingkat ketimpangan pendapatan di Katingan kian rendah sehingga taraf kehidupan antarmasyarakat relatif sama baiknya.
Membaiknya kualitas ekonomi masyarakat ini turut menggerus angka kemiskinan. Pada tahun 2003, setelah pemekaran wilayah, tingkat kemiskinan di Katingan mencapai 13,67 persen. Angka itu turun drastis hingga tinggal 6,23 persen pada tahun 2016.
Siapa pun diterima
Kiprah pemimpin pada masa-masa awal pemekaran sangat besar dalam mempercepat potensi yang dimiliki Katingan. Sektor pertanian, industri pengolahan, dan konstruksi terus berkembang dan mampu meningkatkan laju pertumbuhan produk domestik regional bruto hingga kisaran 6,5 persen per tahun. Angka ini jauh di atas rata-rata pertumbuhan nasional yang hanya pada kisaran 5 persen setahun.
Kondisi Katingan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas baik dengan indeks gini yang rendah merupakan modal yang bagus bagi kepala daerah untuk mengakselerasi kemajuan wilayahnya. Siapa pun yang memimpin akan mendapatkan berkah karena memiliki titik awalan perekonomian daerah yang relatif bagus.
”Siapa pun yang terpilih pasti yang terbaik untuk Katingan. Siapa pun mereka. Baik itu Dayak, pendatang, Muslim, Nsrani, maupun kaharingan bukan menjadi persoalan. Sepengetahuan saya, orang-orang yang mencalonkan itu adalah sosok yang bagus kualitasnya di masyarakat. Jadi, siapa pun yang terpilih nanti pasti akan didukung sepenuhnya oleh warga Katingan,” kata Abdul Aziz. (Budiawan Sidik Arifianto/Litbang Kompas)