Pertarungan Putra Daerah dan Militansi Kader Partai
Berjalan di sepanjang Pantai Padang kini terasa nyaman dengan trotoar yang lebar. Tak tampak lagi tumpukan sampah, membuat Pantai Padang lebih indah untuk dinikmati. Pedagang ikan berjualan di los khusus sehingga lebih tertata. Sedangkan pedagang kaki lima yang menjual aneka kuliner dan suvenir, yang dulu berjualan di tepi pantai, dipindahkan ke sisi seberang jalan menempati bangunan yang dinamakan Lapau Panjang Cimpago (LPC). Deretan pedagang dengan lampu warna-warni di malam hari membuat kawasan wisata Pantai Padang lebih semarak.
Perubahan serta perbaikan Pantai Padang terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang. Sejumlah fasilitas dibangun, seperti jogging track, taman kota, landmark, panggung terbuka, fasilitas wisata bahari, dan lapangan parkir yang nyaman. Tujuannya tidak lain menjadikan Padang sebagai destinasi wisata bagi wisatawan domestik dan mancanegara.
Semenjak pasangan Mahyeldi-Emzalmi terpilih menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Padang 2014-2019, sejumlah perubahan tata kota sudah dirasakan oleh masyarakat. Salah satunya adalah penataan dan perbaikan Pantai Padang. Kesan kumuh dan kotor pantai kini sudah hilang.
Perubahan lain yang tampak di kota dengan penduduk terbanyak di Provinsi Sumatera Barat ini adalah pembangunan Pasar Raya. Sebelumnya bangunan pasar rusak parah akibat gempa bumi. Gempa pada tahun 2009 berkekuatan 8 SR tidak hanya melumpuhkan kegiatan pasar, tetapi juga menimbulkan kesemrawutan di beberapa lokasi. Pedagang menjadi tidak teratur, sampah sisa dagangan bertebaran, dan lalu lalang angkutan kota bersliweran, menjadikan kondisi pasar semakin semrawut.
Sebenarnya sejak Tahun 2011, Fauzi Bahar wali kota saat itu, dan Mahyeldi wakil wali kota, mulai membenahi pasar. Namun, sampai akhir masa jabatan mereka pembangunan Pasar Raya cenderung stagnan. Baru pada tahun 2014, pasangan Mahyeldi-Emzalmi kembali melakukan revitalisasi kondisi Pasar Raya.
Pasar Raya dirombak menjadi kawasan wisata belanja yang nyaman bagi masyarakat dan wisatawan. Mahyeldi-Emzalmi juga menata kota dengan memperbaiki trotoar di sepanjang pertokoan Permindo ataupun jalan lain, seperti di jalan Bundo Kanduang hingga ke depan Museum Adityawarman.
Sedikit merunut sejarah, sejak didirikan pada abad ke-19 sebenarnya Pasar Raya sudah menjadi magnet perdagangan hingga Riau, Jambi, dan Bengkulu. Dengan desain menarik seperti mal, kejayaan Pasar Raya masa lalu ingin dikembalikan dan dikembangkan sebagai salah satu ikon destinasi belanja di Padang, bahkan Sumatera Barat dan sekitarnya.
Kekuatan calon
Keberhasilan yang sudah ditorehkan selama lebih kurang lima tahun tidak membuat kedua ”sejoli” pemimpin kota ini Mahyeldi-Emzalmi, maju bersama kembali untuk membangun Kota Padang di periode kedua. Mereka memilih pecah kongsi dalam laga pilkada serentak Juni mendatang. Kontestasi politik di kota yang punya julukan Ranah Bingkuang ini akan menghadapkan pasangan Mahyeldi-Hendri Septa dan Emzalmi-Desri Ayunda.
Penetapan dua paslon tahun ini oleh KPU Kota Padang membuat dinamika politik di ibu kota Sumatera Barat ini tak sepanas pilkada lima tahun silam, di mana ada 10 paslon yang maju berlaga bahkan tujuh di antaranya calon perseorangan. Sementara pada Pilkada 2008 dari lima paslon, dua di antaranya juga calon perseorangan.
Mahyeldi Ansharullah meminang Hendri Septa, tokoh muda dan Ketua DPD PAN Kota Padang menjadi calon wakilnya. Pasangan ini diusung koalisi PKS dan PAN. Bak berbalas pantun, 10 tahun lalu dalam Pilkada 2008, Mahyeldi yang kader PKS dipinang Fauzi Bahar dari PAN untuk menjadi pasangannya. Kini PKS yang menggandeng PAN untuk maju bersama dalam kontestasi politik 2018.
Hendri Septa adalah seorang politisi yang pernah menjadi anggota DPRD Kota Padang periode 2009-2014. Calon asal Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang ini adalah putra tokoh terkenal di Sumatera Barat yang menjadi anggota DPR, Asri Chaidir. Ketokohan ayahnya diperhitungkan bisa mendulang suara yang cukup signifikan untuk menutup kekurangan Mahyeldi yang bukan putra asli Padang karena berasal dari Kabupaten Agam.
Kekuatan lain dari pasangan ini adalah dukungan PKS yang kuat dan solid di Kota Padang. Meski tidak selalu menjadi partai pemenang, suara PKS di DPRD signifikan karena selalu mendapat banyak kursi. Perlu dicatat pula, dalam dua kali pilkada langsung, pasangan calon yang diusung PKS selalu unggul.
Sementara itu, Emzalmi maju berpasangan dengan Desri Ayunda, profesional PT Semen Padang. Membuka catatan pilkada lima tahun silam, Desri Ayunda adalah rival terberat Emzalmi. Saat itu, Mahyeldi-Emzalmi berhadapan hingga dua putaran dengan pasangan Desri Ayunda-James Hellyward yang merupakan calon perseorangan. Mahyeldi-Emzalmi pun menang tipis dengan perbedaan suara hanya 0,6 persen.
Dari 11 kecamatan di Kota Padang, tujuh kecamatan memenangkan Desri Ayunda-James Hellyward. Pendukung yang fanatik ini disinyalir masih tetap solid di belakang Desri, terutama dari Kecamatan Koto Tangah yang paling besar jumlah penduduknya.
Pasangan Emzalmi-Desri Ayunda yang diusung koalisi tujuh parpol, yaitu Partai Golkar, Nasdem, PPP, Gerindra, PDI-P, PKB, dan Demokrat ini mengangkat tag line ”Duet Ideal Birokrat dan Profesional untuk Kota Padang yang Lebih Baik”. Sepak terjang Emzalmi sebagai birokrat senior dan mumpuni tidak diragukan lagi. Berlatar belakang perencanaan kota dan pernah menjabat Kepala Dinas Tata Kota dan Sekretaris Daerah menunjukkan bahwa hasil pembangunan di Kota Padang tak lepas dari peran Emzalmi.
Kekuatan pasangan ini terletak pada pengalaman sebagai birokrat dan profesional selain juga karena keduanya adalah putra asli daerah yang mempunyai basis massa tradisional yang kuat. Emzalmi kuat di Kecamatan Kuranji dan Pauh dengan jumlah pemilih yang cukup signifikan ditambah dengan basis massa Desri di Koto Tangah. Kemenangan Mahyeldi-Emzalmi pada Pilkada 2013 juga banyak disumbang suara massa Emzalmi.
Akar sosial
Dengan latar belakang kedua paslon tersebut, Asrinaldi, dosen ilmu politik dari Universitas Andalas, menyebutkan, ”Pilkada Kota Padang 2018 ini akan diwarnai pertarungan kekuatan putra daerah melawan militansi kader partai.”
Menurut Guru Besar Antropologi Universitas Andalas Nursyirwan, seorang calon pemimpin daerah harus mempunyai akar sosial yang kuat di masyarakat. ”Orang Minang militan di akar sosial, modal sosial, dan modal budaya sebagai kapital untuk menang,” jelas Nursyirwan. Jika akar sosial tidak kuat, modal sosial menjadi tidak cukup meskipun modal ekonominya kuat.
Oleh karena itu, kekuatan figur, massa pendukung, ataupun partai pengusung harus dibarengi dengan keterkaitan yang kuat secara sosial dengan masyarakat Padang. Keterkaitan tersebut bisa diartikan sebagai kemampuan si pemimpin menerjemahkan kebutuhan riil masyarakat. Sosok yang mampu mewujudkan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat niscaya akan dipilih.
Meskipun primordialisme masih ada, tipikal politik masyarakat perkotaan seperti di Kota Padang yang kelas menengahnya tinggi, menjadikan isu putra asli daerah diperkirakan kurang signifikan mendongkrak suara. Hal ini menjadi tantangan bagi paslon dalam mengatur strategi.
Masyarakat Minang perkotaan juga cenderung rasional dan pragmatis, tidak mudah terprovokasi, apalagi sampai menimbulkan konflik. Oleh karena itu, Indeks Kerawanan Pilkada di Kota Padang masuk kategori sedang. Nilai budaya Badunsanak, suatu konsep yang mengacu kepada semangat kebersamaan dan penuh kekeluargaan masih mengakar di masyarakat.
Pekerjaan rumah
Sebagai kota perdagangan, struktur perekonomian Kota Padang didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran yang menyumbang 16,71 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun, pemerintah Kota Padang masih menghadapi laju pertumbuhan PDRB yang menurun tiga tahun terakhir.
Satu lagi masalah yang menjadi pekerjaan rumah adalah menuntaskan masalah banjir. Hujan beberapa jam saja pasti akan menggenangi kota. Bahkan banjir pada Mei 2017 sempat melumpuhkan kota karena 9 dari 11 kecamatan terendam antara 50-100 sentimeter di beberapa lokasi. Perbaikan drainase yang dilakukan pemerintah beberapa waktu sebelumnya tak efektif mengatasi banjir.
Menghadapi permasalahan tersebut, siapakah yang akan mengubah wajah Kota Padang yang merupakan lanskap politik di Sumatera Barat lima tahun ke depan? Apakah soliditas PKS dan PAN masih menunjukkan tajinya atau akan dikalahkan soliditas massa tradisional? Kita tunggu hasilnya. (MB Dewi Pancawati/Litbang Kompas)