Menentukan Nasib Kota Parepare
Terkenal sebagai kota transit, kini Parepare mulai mengubah citranya. Kerja keras wali kota dan wakilnya, Taufan Pawe dan Faisal Andi Sapada, berhasil membawa kota kecil di Sulawesi Selatan ini terus berkembang. Namun, di Pilkada 2018 ini, kedua pemimpin ini akan berebut kursi nomor satu di Parepare.
Siapa tidak tahu Kota Parepare? Kota kecil ini merupakan tempat kelahiran BJ Habibie, Presiden RI ke-3, BJ Habibie, juga dikenal sebagai orang yang sangat cerdas di Indonesia. Sejumlah pesawat ia ciptakan, seperti pesawat CN-235, CN-250, dan R-80 serta N-245 yang tahun lalu masuk dalam Proyek Stategis Nasional (PSN).
Terlepas dari sosok hebat BJ Habibie, Kota Parepare merupakan salah satu pusat perkembangan ekonomi baru di Sulawesi. Kota yang berjarak sekitar 155 km dari Kota Makassar ini telah menorehkan beberapa prestasi. Di antaranya tahun 2017, pemerintah pusat menobatkan Parepare sebagai kota terbaik di Sulsel dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD). Bahkan dari semula berada di peringkat ke-14 besar nasional, tahun ini Parepare merangkak naik hingga ke 10 besar.
Kota yang tercatat paling sempit di Sulsel ini, hanya 99,33 km persegi, terus berbenah. Lokasinya yang dilintasi jalur utama Trans-Sulawesi, membuat Parepare sebagai tempat persinggahan para pelancong. Sebagian besar mereka datang dari Makassar menuju ke Tana Toraja atau Polewali Mandar dan sebaliknya.
Kini Parepare berusaha mengubah citranya tidak hanya sebagai kota transit, tetapi sebagai kota tujuan wisata. Sejumlah wahana dan obyek wisata diciptakan pemerintah kota agar kian menarik pelancong menikmati Parepare lebih lama.
Selain pembangunan Monumen Cinta Sejati Habibie Ainun dan renovasi Pasar Senggol di tahun 2015, ada juga penataan kembali Kebun Raya Jompie tahun 2016. Upaya ini berhasil mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan, baik Nusantara maupun mancanegara. Semula tahun 2012 jumlah pengunjung hotel di Parepare hanya sebanyak 83.316 orang, tahun 2015 bertambah menjadi 122.565 orang.
Pecah kongsi
Perubahan Kota Parepare ini tidak lepas dari koordinasi apik pemimpinnya lima tahun terakhir, Taufan Pawe dan Faisal Andi Sapada. Keduanya telah memiliki perjalanan hubungan politik yang cukup panjang dan berliku. Diawali Pilkada 2008, bersama tiga pasangan calon (paslon) lainnya, Taufan dan Faisal sama-sama mencalonkan diri sebagai wali kota Parepare.
Taufan Pawe-Arvanita Andi Dengkeng diusung oleh PBB dan Partai Penegak Demokrasi Indoensia (PPDI) sementara Faisal Andi Sapada-Paseng Modong diusung oleh PPP dan Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK). Namun, keduanya kalah oleh petahana, Mohammad Zain Katoe-Syamsu Alam dengan Partai Golkar sebagai pendukung tunggal. Tahun 2010 masa jabatan Zain Katoe terhenti dan digantikan wakilnya, Syamsu Alam, karena terlibat kasus korupsi.
Pada Pilkada 2013, Taufan Pawe-Faisal Andi Sapada bertemu sebagai paslon Parepare 1 yang diusung oleh Golkar, PAN, PKB, dan Partai Pemuda Indonesia (PPI). Melawan empat paslon lainnya, Taufan-Faisal mampu mengumpulkan 40,3 persen suara. Mereka berhasil mengalahkan paslon petahana, Syamsu Alam-Andi Darmawangsa. Paslon yang diusung dua koalisi partai, yaitu Demokrat dan PDI-P, hanya berhasil mengumpulkan 23,3 persen suara.
Popularitas Syamsu Alam sebagai petahana tampaknya belum mampu mendongkrak perolehan suara, bahkan masih kalah dibandingkan paslon putera Zain Katoe, yaitu Taqyuddin Sjabbar-Herman Zain Katoe. Didukung Partai Hanura, PPP, PKPI, dan PBB, paslon ini tercatat mengumpulkan 30,5 persen suara.
Tahun ini, Taufan dan Faisal bertemu lagi di Pilkada 2018. Mengulangi masa pemilihan 10 tahun lampau, mereka kembali sama-sama memperebutkan kursi nomor satu Kota Parepare. Kali ini Taufan menggandeng anggota DPRD Provinsi Sulsel, Pangerang Rahim, yang didukung lima partai besar, yaitu Golkar, PDI-P, Gerindra, Demokrat, dan PAN. Sementara Faisal didampingi mantan anggota DPRD Kota Makassar, Asriady Samad, yang didukung Partai Nasdem, PKB, PKS, PBB, dan PPP.
Di atas kertas, paslon Taufan-Pangerang lebih unggul. Berdasarkan hasil perolehan kursi pemilihan legislatif Kota Parepare tahun 2013, jumlah kursi DPRD partai pendukung paslon ini lebih mumpuni. Paslon ini didukung oleh lima partai dengan 16 kursi DPRD atau sebesar 64 persen dari total kursi.
Sementara paslon Faisal-Asriady walau sama didukung lima partai, tetapi hanya berisi tujuh kursi atau 28 persen. Walau demikian, dukungan partai ini belum tentu menjamin kemenangan paslon.
Menurut Kaharuddin Kadir, Ketua DPRD Parepare 2014-2019, modal utama menjadi wakil rakyat di Parepare adalah popularitas, modal yang sama-sama sudah dimiliki kedua paslon ini. Berangkat dari latar belakang akademisi dan advokat, Taufan Pawe kian populer setelah menjabat wali kota. Bersama wakilnya, Taufan cukup mengesankan hati warganya melalui berbagai programnya.
Sementara Faisal Andi dikenal sebagai birokrat sejati. Sebelum menjadi wakil wali kota, Faisal pernah menjabat Kepala Dinas Tata Kota dan Pekerjaan Umum di Kabupaten Sidrap serta Kota Parepare. Anak mantan bupati pertama Kabupaten Sidrap ini juga sempat menjabat Sekretaris Daerah Kota Parepare 2012-2013.
Popularitas ini nyatanya turut menjadi pertimbangan partai-partai kuat di Parepare untuk meminang para calon. Sejumlah partai bahkan melakukan survei terlebih dahulu sebelum menjatuhkan dukungan pada paslon tertentu. Setelah terpilih paslon dukungannya, peran partai lebih mempertahankan dan meningkatkan popularitas paslon yang sudah mereka dukung. Fenomena ini terlihat dari dukungan partai yang tidak menetap di satu sosok dari pilkada 2008 hingga 2018 ini.
Perkembangan ekonomi
Pemerintah Kota Parepare selama ini fokus terhadap sektor jasa dan niaga, sektor andalan kota ini. Pada 2016, setidaknya ada tiga proyek besar yang dibangun untuk menunjang sektor tersebut. Pertama, pelebaran Jalan Jenderal Sudirman sepanjang 3,7 km. Kedua, pembangunan rumah sakit tipe B plus pendidikan di kawasan Tonrangeng, Kelurahan Lumpue, Kecamatan Bacukiki Barat.
Ketiga, pembangunan jembatan layang Tonrangeng yang melintasi Sungai Karajae. Selain sebagai akses utama menuju RS Tipe B, jembatan ini juga menjadi obyek wisata baru karena turut dilengkapi ruang terbuka hijau dan lampu hias.
Proyek-proyek semacam itu membuat perkembangan ekonomi Kota Parepare lima tahun terakhir mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pendapatan asli daerah (PAD) tahun 2016 sudah mencapai Rp 136,3 miliar, padahal tahun 2012 baru Rp 51,2 miliar. Hanya dalam selisih empat tahun, PAD di Parepare meningkat hingga 166 persen. Angka ini mengalahkan Kota Makassar, ibu kota Sulsel. Dalam selisih waktu yang sama, Kota Makassar juga mengalami peningkatan PAD, tetapi hanya sebesar 99,4 persen.
Kerja keras pasangan Taufan Pawe dan Faisal Sapada hingga masa akhir jabatannya sudah sangat apik membangun Kota Parepare. Sejumlah program jitu sudah digalakkan, seperti program sejuta cahaya, call centre 112 yang memungkinkan ambulans dan dokter segera datang, hingga program bus sekolah gratis.
Walau belum sempurna dan masih ada celah untuk inovasi, sejumlah program ini cukup diapresiasi warganya. Kini tiba saatnya warga Parepare menentukan paslon yang tepat, hingga pembangunan di kota mereka ini tetap berlanjut. (Albertus Krisna/Litbang Kompas)