Meneropong Harapan Damai di Korea
Upaya Korea Selatan merajut perdamaian di krisis Korea mendapat perhatian dari beberapa koran Asia. Rangkaian pertemuan yang dilakukan Korea Selatan melalui Kepala Keamanan Nasional Chung Eui-yong dinilai membawa kemajuan berarti bagi perdamaian Korea.
Setelah bertemu Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kemudian menemui Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Chung Eui-yong melakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing pada 12 Maret 2018.
Koran The Korea Times menggunakan diksi ”membuka jalan” untuk mengapresiasi langkah Korea Selatan menggalang kerja sama dari China, Jepang, dan Rusia. Kerja keras Korea Selatan ini lebih lanjut digambarkan The Korea Times sebagai sebuah kesempatan yang tak ternilai untuk membuka jalan menuju denuklirisasi Semenanjung Korea dan perdamaian bersama.
Apresiasi senada juga diungkapkan harian China Daily. Aroma harapan perdamaian menjadi lead yang ditampilkan China Daily. ”China looks forward to the success of the top leaders’ meeting and bilateral dialogue between the Democratic People\'s Republic of Korea and the United States”.
Langkah merajut perdamaian bermula saat delegasi khusus Korea Selatan pergi ke Korea Utara pada 5 Maret 2018. Delegasi yang dipimpin oleh Kepala Keamanan Nasional Korsel Chung Eui-yong itu merupakan utusan khusus Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in.
Mereka membawa pesan Moon yang mengharapkan agar Pyongyang mau mengendurkan ketegangan di kawasan Semenanjung Korea dengan menutup program nuklirnya. Keberangkatan delegasi Korsel ke Korut merupakan kunjungan balasan atas kehadiran Kim Yo Jong yang memimpin tim olahragawan Korut ke Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korsel.
Pencapaian
Sejumlah perubahan besar dicapai dari hasil kunjungan delegasi Korsel. Pertama, saat pertemuan di Pyongyang, Pemimpin Korut Kim Jong Un melakukan pembicaraan dengan Utusan Khusus Presiden Korsel Moon Jae-in. Pertemuan pejabat tinggi Korsel dengan Jong Un ini merupakan yang pertama kali sejak pemimpin Korut itu berkuasa pada 2011. Hasilnya, kedua negara sepakat menggelar konferensi tingkat tinggi antarpemimpin negara.
Kabar lain adalah janji Jong Un kepada Presiden Korsel Moon Jae-in bahwa Korsel tak perlu khawatir lagi dengan rudal-rudal Korut di pagi hari. Untuk diketahui, tahun lalu uji coba peluncuran 20 rudal Korea Utara sebagian besar ditembakkan di pagi hari.
Perubahan besar kedua yang dicapai dari diplomasi perdamaian Korsel adalah kesediaan Jong Un untuk melakukan dialog dengan AS terkait perlucutan nuklir dan sebagai timbal baliknya Korut menuntut jaminan keamanan.
Perubahan selanjutnya adalah kesediaan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk bertatap muka dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Keputusan besar ini merupakan hasil pertemuan Kepala Keamanan Nasional Korea Selatan Chung Eui-yong dan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih.
Skeptis
Namun, selain apresiasi, sejumlah catatan juga ditampilkan mengiringi pemberitaan upaya diplomasi Korea Selatan tersebut. Editorial koran Kompas edisi 13 Maret 2018 menyebutkan, jika bisa mewujud, pertemuan Presiden Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akan menjadi momen bersejarah. Namun di sisi lain, Tajuk Rencana Kompas juga mempertanyakan sejauh mana keseriusan Jong Un menawarkan perdamaian.
Pengalaman sebelumnya menunjukkan, rezim Korut sering berubah pikiran secara tiba-tiba. Harapan perdamaian sering kandas begitu saja dan Korut kembali memulai lagi program rudal dan nuklirnya.
Dalam pandangan Jeffrey Lewis, Direktur Program Nonproliferasi Asia Timur Institut Studi Strategi Middlebury, yang dikutip harian Kompas, Presiden Trump justru sedang mengikuti permainan Jong Un.
Pemimpin Korut itu tidak mengundang Trump agar ia bisa menyerahkan senjata, tetapi hanya untuk menunjukkan ia berhasil memaksa AS memperlakukan Korut sebagai pihak yang setara (Kompas, 10 Maret 2018).
Kekhawatiran yang sama juga disorot surat kabar The Japan Times. Upaya diplomasi tersebut dinilai tidak akan mengubah banyak kebijakan nuklir Korea Utara. Hal ini terlihat dari tulisan analisis yang ditampilkan dengan judul ”Trump rides high, but can he meet talks’s expectations?”.
Lebih lanjut diuraikan, prospek Pyongyang melucuti program nuklirnya adalah nihil, kecuali jika mereka yakin bahwa Korea Utara akan menerima sesuatu dengan nilai yang sama atau lebih besar. Jika ini yang terjadi, harapan perdamaian di Semenanjung Korea masih harus terus dirajut. (Litbang Kompas)