Ajang Pertarungan Antardinasti
Meski Pilkada Kabupaten Sinjai 2018 hanya diikuti tiga pasang calon, jauh menyusut dibandingkan pilkada lima tahun lalu yang menghadirkan sembilan pasang calon, nuansa pertarungan orang-orang lama dari trah keluarga berpengaruh terasa sangat kental. Semuanya berlomba untuk mengembalikan kejayaan dinasti keluarga, sekaligus cita-cita meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sinjai.
Ketiga pasangan calon yang maju pada Pilkada Sinjai 2018 ini berangkat dari jalur partai politik, tak satu pun dari jalur perseorangan. Ini berbeda dari 9 pasangan yang maju saat Pilkada 2013 dengan 4 pasangan calon maju dari jalur perseorangan dan 5 pasangan diusung partai politik.
Ketiga pasangan tersebut adalah Andi Seto Gadhista Asapa-A Kartini yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa, Gerindra, dan Golkar, koalisi yang menguasai kursi terbanyak di DPRD Kabupaten Sinjai, yaitu 11 kursi. Pasangan ini mendapat nomor urut 1.
Nomor urut 2 adalah pasangan Sabirin Yahya-A Mahyanto Massarappi yang diusung PDI-P, PAN, dan Partai Demokrat. Koalisi ini memiliki tujuh kursi di DPRD. Pasangan calon nomor urut 3 adalah Takyuddin Masse-Mizar Roem yang diusung PPP, PKS, PBB, dan Nasdem dengan delapan kursi di DPRD.
Ketiga pasangan ini menggambarkan Pilkada Kabupaten Sinjai 2018 menjadi ajang pertarungan antara bupati petahana, dinasti Rudiyanto Asapa (Bupati Sinjai 2003-2013), dan Moh Roem (Bupati Sinjai 1993-2003).
Menyusutnya jumlah pasangan calon di Sinjai kali ini sedikit banyak dipengaruhi oleh mengerucutnya kekuatan politik di tiga poros bupati sehingga tidak memberikan ruang munculnya pesaing potensial, termasuk dari jalur perseorangan. Persaingan di wilayah bekas kerajaan federasi Tellulimpoe ini kini sangat kental menunjukkan kekuatan patron-klien yang sudah mengakar lama.
Kekuatan politik mengerucut di tiga poros bupati sehingga tidak memberikan ruang munculnya pesaing potensial
Patron-klien
Sistem patron-klien tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Sinjai yang mayoritas beretnis Bugis. Sistem kesetiakawanan antara pemimpin dan pengikutnya telah menyebabkan mobilisasi, persaingan, integrasi kelompok, serta kerja sama antarstrata sosial.
Masyarakat Bugis, menurut Christian Pelras dalam buku Manusia Bugis, mempunyai hasrat berkompetisi untuk mencapai kedudukan sosial tinggi, baik melalui jabatan maupun kekayaan. Keinginan berkompetisi inilah yang juga menjadi dasar beberapa tokoh masyarakat ikut bertarung dalam pilkada. Apalagi jika ia merasa mempunyai modal sosial dukungan warga, modal finansial, serta kepemimpinan.
Menjadi seorang pemimpin dalam masyarakat Bugis jadi hal yang diharapkan. Pengikut-pengikutnya otomatis akan tunduk pada perintah pimpinan, membantu pimpinan, hingga mengabdikan diri. Semakin tinggi derajat atau kedudukan seorang pemimpin, semakin besar peluang mendapat pengikut.
Persaingan ini tak hanya diperebutkan ”patron-patron” baru, tetapi juga patron lama yang telah mempunyai banyak ”klien”. Meski Bupati Rudiyanto Asapa tak bisa lagi menjabat, ia masih ingin menancapkan kekuasaan klan Asapa di Sinjai. Alhasil, adiknya, Andi Jefrianto Asapa, dan anaknya, Andi Seto Gadhista Asapa, berebut kursi Sinjai Satu di Pilkada 2013.
Namun, dua orang dari klan Asapa tersebut belum berhasil meraih kembali posisi Bupati Sinjai. Perolehan suara tertinggi (31,8 persen) diraih Sabirin Yahya, pensiunan PNS yang baru setahun purnatugas dari Kepala Dinas Perindustrian dan Penanaman Modal Sinjai. Saat itu, warga Sinjai jenuh dengan calon pemimpin dari dinasti keluarga dan cenderung memilih pemimpin baru.
Kemenangan Sabirin tersebut juga membuktikan bahwa partai politik hanya berfungsi administratif, secara kelembagaan hanya kendaraan. Sabirin mendapat dukungan dari Partai Demokrat, PKB, dan Partai Barisan Nasional yang menguasai lebih sedikit kursi di DPRD (4 kursi).
Partai politik hanya berfungsi administratif, secara kelembagaan hanya kendaraan
Adapun pemenang kedua, Andi Ghadista Asapa, yang meraih perolehan suara 28,6 persen, didukung oleh PAN, Gerindra, dan PPRN dengan 6 kursi. Gagal merebut pada tahun 2013, klan Asapa kembali bertarung pada Pilkada 2018. Kali ini, keluarga Asapa hanya mengutus anaknya, Andi Seto Gadhista Asapa.
Tak hanya Asapa, klan Roem juga ikut mencoba peruntungan yang diwakili oleh anaknya, Mizar Roem, yang maju sebagai calon wakil bupati berpasangan dengan H Takyuddin Masse. Kakak dari Rudi Masse, Bupati Sidenreng Rappang (Sidrap), ini melakukan ekspansi kekuasaan dari Sidrap ke Sinjai.
Sementara Sabirin Yahya, bupati petahana, berusaha untuk melanjutkan kekuasaan di Sinjai dengan alasan untuk melanjutkan pekerjaan yang telah dirintisnya. Wakilnya, Andi Mahyanto, juga merupakan wajah lama, dari Pilkada 2013.
Sosial ekonomi
Sesama ”patron” yang berebut kekuasaan ini tentunya harus mampu menyelesaikan persoalan sosial ekonomi yang tersisa dan memajukan perekonomian yang ujungnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perekonomian di Sinjai dalam tiga tahun terakhir tumbuh tidak stabil, bahkan cenderung melemah.
Pada 2014, laju pertumbuhan ekonomi Sinjai 6,98 persen, turun dari tahun sebelumnya (7,79 persen). Tahun 2015, pertumbuhan naik menjadi 7,54 persen, tetapi pada 2016 kembali turun menjadi 7,16 persen.
Patahillah Asba, Kepala BPS Sinjai, melalui laman KabarSinjai menyatakan, perlambatan ekonomi disebabkan musim kemarau panjang yang berdampak pada sektor pertanian. Produksi pertanian, seperti padi pada 2016, menurun 11 persen menjadi 113.762 ton dibandingkan tahun sebelumnya.
Angka kemiskinan di Sinjai yang mencapai 9,41 persen tergolong tinggi (2016). Angka tersebut meningkat 0,15 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selanjutnya, ada masalah menyangkut ketenagakerjaan. Di atas kertas, jumlah penganggur di Sinjai terus menurun. Berdasarkan catatan BPS Sinjai, tahun 2011 masih ada 5.700 penganggur, tapi tahun 2013 menurun drastis menjadi 478. Kondisi ini tidak sesuai dengan realitas di lapangan.
Menurut Aswar Patunruang, aktivis Lembaga Studi Hukum dan Advokasi Rakyat, dalam laman Tribunnews.com, menurunnya angka pengangguran di Sinjai hanya kamuflase karena tenaga kerja produktif memilih untuk bekerja keluar dari Sinjai. Bahkan, banyak juga yang menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.
Dari catatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sinjai, pada 2013, terdapat 2.277 TKI dari Sinjai. Dari jumlah tersebut, hanya 1.226 yang bekerja melalui prosedur resmi, sisanya ilegal.
Klan Asapa
Andi Seto Gadhista Asapa mewakili klan Asapa berpasangan dengan Andi Kartini, Wakil Ketua DPRD Sinjai. Maju untuk kedua kalinya dalam kontestasi pilkada membuat Andi Asapa berhati-hati melangkah. Ia mencoba mengusung program komoditas unggulan per kecamatan, meningkatkan PAD pariwisata, perbaikan sistem distribusi air bersih, serta Jamkesda Plus. Program ini pernah diterapkan saat ayahnya menjabat.
Modal sosial berupa dukungan, khususnya pengikut-pengikut ayahnya, sudah cukup besar dan membuatnya percaya diri untuk menang. Laman berita lokal menyebutkan, pasangan calon dengan slogan ”Sehati” ini mendapat dukungan dari petani, mantan birokrat Lukman Arsal, pedagang, serta keluarga petahana. Tak hanya itu, pasangan nomor urut 1 ini juga didukung Nurdin Halid, mantan Ketua PSSI yang maju dalam bursa calon gubernur Sulawesi Selatan 2018, yang merupakan bapak mertuanya.
Meski di atas kertas modal sosial Andi Seto Gadhista Asapa cukup kuat, itu saja tidak cukup untuk menarik suara warga Sinjai. Pemilik dua perusahaan ini harus mampu menjawab persoalan daerah. Selain itu, harus juga membuktikan bisa berdiri di atas kaki sendiri, keluar dari bayang-bayang bapaknya.
Pembuktian tersebut harus dilakukan karena selama periode 2003-2013, bapaknya, Rudiyanto Asapa, telah meninggalkan catatan kinerja yang bagus. Di antaranya, memberikan perlindungan terhadap petani dari praktik ijon, berbekal dari profesinya sebagai pengacara dan pernah menjabat Direktur LBH Makassar. Dari sektor pendidikan, ia menyelenggarakan pendidikan gratis dari PAUD sampai SMA, baik di sekolah negeri maupun swasta.
Pembangunan infrastruktur yang cukup menonjol adalah pembangunan jalan dan jembatan yang menghubungkan Kecamatan Sinjai Timur dan Tellulimpoe yang terkenal sulit dibangun karena faktor alam.
Program lain yang cukup membekas di hati rakyat Sinjai adalah Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Semua layanan kesehatan dari puskesmas hingga RSUD gratis dan tidak ada batasan jenis layanan. Jika masyarakat tak mampu dilayani di RSUD Sinjai, harus dirujuk ke RSUD di Makassar, dengan transportasi ke Makassar ditanggung pemerintah daerah. Layanan kesehatan gratis Sinjai ini pun bisa dinikmati warga kabupaten lainnya, asal di wilayah yang tak jauh dari perbatasan, seperti Kabupaten Gowa.
Tak hanya soal program kerja yang berbasis kerakyatan, Bupati Rudiyanto Asapa juga dikenal tidak menumpuk kekayaan selama menjabat 10 tahun. Hal tersebut terlihat dari laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) ke KPK. Soal itu juga menjadi tantangan bagi calon bupati Andi Gadhista Asapa yang tercatat di KPK mempunyai kekayaan tertinggi dibandingkan lima pasangan lainnya.
Modal petahana
Sabirin Yahya sebagai petahana juga mempunyai peluang besar untuk meneruskan kepemimpinannya di Sinjai. Modal dukungan diperoleh dari pengikut-pengikutnya yang telah melihat kerja nyatanya. Pola kepemimpinan di Sinjai selama 20 tahun terakhir, ketika seorang bupati selalu menjabat dua periode, juga bisa menguntungkan posisinya.
Selama lima tahun memimpin, ada sembilan program andalan yang menjadi target pembangunan. Di antaranya peningkatan kualitas keagamaan melalui pembangunan dan renovasi masjid, Sinjai sebagai kota ikan dan sentra penggemukan sapi, serta Sinjai sebagai daerah tujuan wisata dengan agenda tahunan Festival Pulau Sembilan.
Selain itu, ia juga berupaya meningkatkan hasil pertanian perkebunan dan hortikultura serta menjadikan Sinjai sebagai sentra usaha kecil dan menengah (UKM). Program Jamkesda dari bupati sebelumnya juga tetap dilanjutkan.
Selain modal kinerja lima tahun, pasangannya dalam pilkada, Andi Mahyanto, juga cukup populer di masyarakat Sinjai. Andi Mahyanto pada pilkada lalu maju dan menjadi pemenang ketiga dengan mengumpulkan 20,4 persen suara. Pengusaha sekaligus pengacara ini juga masuk dalam bursa wakil bupati terpopuler dalam survei elektabilitas yang diselenggarakan Lembaga Survei Script Survei Indonesia (SSI).
Mirip seperti Andi Gadhista Asapa, pasangan calon ini juga mendapat dukungan dari salah satu calon gubernur Sulawesi Selatan yang juga maju dalam pilkada tahun ini, yaitu Ichasan Yasin Limpo.
Namun, modal sosial dukungan dan kinerja selama lima tahun terakhir tentu belum cukup. Bisa jadi selama lima tahun terakhir ada sejumlah masyarakat yang tidak puas dengan kinerjanya. Apalagi, selama masa kepemimpinannya, laju ekonomi cenderung melambat, kemiskinan meningkat, kesenjangan ekonomi semakin lebar, disusul dengan menurunnya produksi pertanian yang menjadi pilar utama ekonomi Sinjai.
Pesaing baru
Pasangan calon ketiga dari segi nama merupakan pendatang baru dalam kontestasi Pilkada Sinjai. Calon bupati H Takyuddin Masse yang berasal dari Kabupaten Sidrap ingin menjajal kekuatan di wilayah tetangganya, Sinjai. Sebelumnya, kakak kandung Rusdi Masse (Bupati Sidrap) ini merupakan salah satu anggota DPRD Sidrap. Takyuddin ikut bertarung dalam pilkada kali ini didorong keinginan untuk membangun tanah leluhurnya.
Di atas kertas, modal dukungannya kecil karena popularitasnya yang rendah di Sinjai. Namun, wakilnya, Mizar Roem, mempunyai modal pendukung yang cukup besar. Sejumlah dukungan mulai mengalir, dari asosiasi pedagang Pasar Sinjai, Kerukunan Keluarga Turatea Jeneponto, hingga pengusaha Sinjai S Riyadi.
Mizar Roem merupakan anak dari Bupati Sinjai Mohammad Roem yang memimpin Sinjai periode 1993-2003. Tampaknya, dinasti keluarga Roem ingin menancapkan kembali kuasanya di Sinjai.
Kinerja Bupati Moh Roem juga patut diperhitungkan dalam membawa perubahan di Sinjai. Bupati Roem membangun infrastruktur jalan, pelabuhan laut, irigasi Kalamisu, dan penataan drainase. Selain itu, ia juga mengembangkan sektor pertanian, khususnya tanaman kentang dan vanili, peternakan sapi perah, serta pengembangan perikanan laut dan tawar.
Pengembangan infrastruktur jalan ini cukup dikenang masyarakat karena berhasil melakukan pemekaran ibu kota Kabupaten Sinjai ke wilayah Sinjai Utara yang selama ini aksesnya tertutup. Tak hanya itu, politisi Golkar tersebut juga membuka dan merintis jalur transportasi hingga pelosok desa. Pelabuhan Laut Larea-Rea dibangun sebagai pelabuhan penumpang untuk mempermudah akses transportasi ke wilayah Indonesia timur.
Sistem patron-klien masih kuat di bumi Tellulimpoe. Namun, pesta pilkada tentu saja diharapkan tidak hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan patron tertinggi di Sinjai. Calon pemimpin yang maju harus bisa beradu program pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Para pengikut bisa saja berubah haluan, memindahkan dukungan kepada patron yang menurut mereka lebih memberikan harapan cerah. (M PUTERI ROSALINA/LITBANG KOMPAS)