Indonesia, Rumah Prestasi Pebulu Tangkis Dunia
Sektor ganda putra memiliki jejak prestasi di kejuaraan bulu tangkis tertua di dunia, All England. Tercatat puluhan kali gelar juara berhasil diperoleh Indonesia di ajang ini. Gelar pertama di All England diraih pemain tunggal putra Tan Joe Hok pada tahun 1959.
Khusus untuk ganda putra, catatan prestasinya bahkan lebih mengesankan. Pemain-pemain ganda putra Indonesia tercatat berhasil meraih 20 kali gelar juara. Dibandingkan dengan sektor lainnya, prestasi ganda putra boleh dibilang yang terbaik.
Tahun ini, prestasi tersebut kembali berulang dengan keberhasilan pasangan pebulu tangkis Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon menyabet gelar juara ganda putra di All England 2018. Sebuah kebanggaan mengingat All England adalah turnamen bulu tangkis tertua, sudah digelar sejak tahun 1899.
Bukan hanya di dalam negeri, keperkasaan sektor ganda putra Indonesia meraih gelar All England juga mengalahkan prestasi jawara negara tetangga. Dibandingkan dengan China, Korea Selatan, ataupun Malaysia, prestasi ganda putra Indonesia masih lebih membanggakan. Tercatat, Malaysia baru mengoleksi gelar sebanyak 15 kali, Korea Selatan meraih 10 kali, sedangkan China baru merebut 6 kali gelar juara.
Di nomor tunggal putra, Indonesia juga meraih prestasi juga luar biasa. Menilik sejarah kejayaan pemain Indonesia, para pemain tunggal putra Indonesia berjaya hingga dekade 1990-an. Catatan mengesankan ditorehkan pemain legendaris Rudy Hartono yang berhasil meraih delapan kali gelar juara di ajang ini.
Sayangnya, tradisi prestasi sektor tunggal putra terhenti hampir seperempat abad lalu. Terakhir, Heryanto Arbi meraih gelar juara tunggal putra pada tahun 1994.
Catatan gelar yang diraih tiga nomor lain, yaitu ganda campuran, tunggal putri, dan ganda putri, belum mampu mengimbangi prestasi ganda putra dan tunggal putra. Sektor ganda putri pernah mendominasi dengan keberhasilan Susy Susanti menyabet empat kali gelar juara. Namun, setelah era Susy Susanti, belum ada tunggal putri yang berhasil menggenggam juara All England.
Ganda putra
Bulu tangkis Indonesia memang memiliki banyak jagoan ganda putra. Dekade 1970-an, lahir para juara, seperti Christian Hadinata/Ade Candra dan Tjun Tjun/Wahjudi. Ini menjadi periode terbaik prestasi ganda putra di All England, di mana delapan kali juara dunia direbut.
Kemudian periode 1981-1990 terdapat Heryanto/Kartono, yang dilanjutkan generasi Rudy Gunawan/Eddy Hartono, pasangan Ricky Subagdja/Rexy Mainaky, Candra Wijaya/Sigit Budiarto, dan Tony Gunawan/Chandra Wijaya pada dekade berikutnya.
Keberadaan pasangan Tony Gunawan/Halim Heryanto dan Sigit Budiarto/Candra Wijaya melanjutkan tradisi juara pada periode 2001-2003. Namun, prestasi tersebut sempat terhenti.
Indonesia harus menanti 11 tahun untuk lahirnya juara ganda putra lain, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, pada 2014. Saat ini, pasangan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon menjadi andalan merebut prestasi. Dua tahun terakhir, mereka berhasil merebut gelar All England dua kali berturut-turut.
Prestasi lain yang diraih ganda putra Indonesia adalah keberhasilan mengantongi gelar All England lebih dari satu kali. Selain Kevin/Marcus yang berjaya dua tahun terakhir, prestasi ini pernah diraih oleh Christian Hadinata/Ade Chandra (1972-1973), Tjun Tjun/Johan Wahjudi (1974-1975), serta pasangan Ricky Subagja/Rexy Mainaky (1995-1996). Pasangan Tjun Tjun/Johan Wahyudi bahkan berhasil meraih juara empat kali berurutan (sepanjang 1977-1980).
Kondisi sering menjuarai All England ini dinilai pebulu tangkis era 1970-an, Christian Hadinata, sebagai ujian mental yang harus berhasil dilewati pasangan-pasangan ganda putra Indonesia. Status sebagai juara bertahan lebih banyak menguras energi mental pemain.
Banyak atlet yang setelah juara, penampilan mereka menurun karena tidak kuat mengatasi tekanan. Prestasi pasangan ganda putra Indonesia hanya bisa diraih jika bermental tangguh. Mereka bisa keluar dari tekanan, menguasai pertandingan, dan menang dengan meyakinkan.
Faktor keberhasilan lain adalah kemampuan meramu strategi permainan. Menemukan pasangan ganda, kemudian mengasah kemampuan satu pemain dengan pemain lainnya, juga menjadi catatan positif sistem pembinaan pemain.
Keberadaan pasangan Kevin/Marcus tidak jatuh dari langit, tetapi hasil dari proses panjang kaderisasi pemain yang konsisten dan teliti.
Sebelum tampil bersama sejak 2015, mereka tampil dengan pasangan berbeda. Marcus pernah berpasangan dengan Markis Kido, Andrei Adistia, Agripinna Prima Rahmanto Putra, Christopher Rusdianto, dan Adrian Lu. Adapun Kevin bersama Selvanus Geh.
Mempertimbangkan sisi keunggulan juga diperlukan untuk memasangkan pemain. Rata-rata pemain ganda putra memiliki keahlian berbeda tetapi saling melengkapi. Dari lintas generasi pasangan ganda, tampaknya ada dua kombinasi yang dipertimbangkan dalam meracik pasangan ganda. Satu pemain lebih jago bermain di depan net, sementara pemain lainnya berperan sebagai ”tukang gebuk” di belakang sebagaimana pasangan Kevin/Marcus.
Kevin memiliki tipe permainan cerdik mengecoh lawan dengan kecepatan tangan dan kaki sehingga bisa menguasai lapangan depan dengan baik. Kevin juga memiliki keahlian mengecoh lawan dengan servis panjang. Itu menjadi kombinasi yang tepat bagi Marcus sebagai ”tukang gebuk” di belakang lapangan. Marcus tak hanya memiliki smes keras, tetapi juga drop shot yang membuat lawan mati langkah.
Komposisi ini mengingatkan kembali peran pasangan Gunawan/Eddy Hartono dan Ricky Subagja/Rexy Mainaki. Gunawan dan Ricky Subagja pandai mengatur permainan dari depan jaring. Sergapan dan antisipasi bolanya di depan net banyak memberikan angka, sedangkan Eddy Hartono dan Rexy Mainaky sangat piawai menjadi penggebuk di belakang.
Strategi permainan yang juga menentukan keberhasilan pasangan ganda putra adalah konsistensi pola permainan menyerang dengan kecepatan. Sejak era Tjun Tjun/Johan Wahyudi hingga Kevin/Marcus, pola menyerang dengan kecepatan menjadi andalan untuk mengalahkan lawan.
Pembinaan pemain
Yang tidak kalah penting juga pola pembinaan yang fokus pada kaderisasi pemain, di mana aspek ini menjadi kunci prestasi pasangan ganda Indonesia. Sistem pembinaan dengan jenjang pemain utama dan pratama layak diapresiasi.
Melalui model pembinaan ini, jumlah pemain pelatnas menjadi lebih banyak dan bisa fokus menjalankan program sesuai jenjang dan targetnya. Ajang kejuaraan dalam negeri dengan dukungan klub-klub bulu tangkis Indonesia, seperti PB Djarum dan PB Jaya Raya, membuat regenerasi pemain pelatnas berjalan baik.
Keberadaan pemain-pemain muda dalam pelatnas menjadi potensi stok pemain Indonesia dalam radar kompetisi bulu tangkis dunia. Saat ini selain Kevin/Marcus yang berada di peringkat satu dunia, terdapat lima pasangan yang masuk posisi 25 besar BWF World Ranking per 22 Maret 2018.
Mereka adalah pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardiyanto, Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro, Berry Angriawan/Hardianto, Angga Pratama/Ricky Karandasuwardi, serta Wahyu Nayaka/Ade Yusuf Santoso.
Munculnya pemain-pemain muda ini menjadi harapan berlanjutnya prestasi ganda putra di turnamen dunia. Fajar/Rian adalah pasangan muda yang diproyeksikan bisa mendekati prestasi ganda putra nomor satu dunia saat ini, Kevin/Marcus.
Tahun ini Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berhasil menjuarai Malaysia Masters 2018 dan menjadi runner up Jerman Terbuka 2018. Sebelumnya, mereka menjadi juara Taiwan Masters 2016.
Tantangan jangka pendek bagi pemain muda adalah menjadi lapisan pemain berikut dari kemampuan seniornya. Sementara tantangan bagi pasangan senior, seperti Hendra/Ahsan dan Kevin/Marcus, adalah meraih prestasi melebihi yang sudah ada.
Sejarah bulu tangkis nasional mencatat, baru Susy Susanti dan pasangan Ricky Subagdja/Rexy Mainaky yang berhasil mencetak hat-trick, memenangi sekaligus All England, Olimpiade, dan menjadi Juara Dunia.
Pasangan Ahsan/Hendra hampir menyamai prestasi itu. Dua kali menjadi juara dunia, yaitu pada 2013 dan 2015. Mereka juga meraih gelar juara All England 2014, namun belum berhasil meraih medali emas Olimpiade.
Tantangan lain yang juga diharapkan dari pemain ganda putra di era milenial adalah memecahkan rekor Tjun Tjun/Johan Wahjudi yang berhasil 6 kali merebut gelar juara All England, kejuaraan dunia yang pamornya setara dengan turnamen tenis Wimbledon.
Melihat taburan prestasi bulu tangkis Indonesia di tingkat dunia itu, tak berlebihan jika Indonesia adalah rumah prestasi bagi para bintang bulu tangkis dunia.(Andreas Yoga Prasetyo/ Litbang Kompas)