Latih Otak dengan Main ”Puzzle”
Teka-teki atau puzzle menjadi permainan yang tidak hanya diminati anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Permainan ini terus berkembang dalam bentuk, jenis, dan jenis medianya.
Saat ini bahkan sudah hadir dalam bentuk daring yang bisa dimainkan tidak hanya di layar komputer, tetapi juga telepon seluler. Publik kian mengakui manfaat dari bermain teka-teki bagi anak-anak dan orang dewasa.
Kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang dalam Kamus Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia diartikan sebagai tebak-tebakan, teka teki, kesukaran.
Jigsaw puzzle merupakan teka-teki pertama yang diperkenalkan kepada masyarakat tahun 1766 oleh John Spilsbury, ahli pembuat peta.
Jigsaw puzzle tercipta bermula dari idenya menggambar sebuah peta pada lembaran kayu dan dipotong-potong berdasarkan garis batas negaranya. Teka-teki ini dibuat untuk membantu anak-anak sekolah dalam pelajaran geografi.
Dengan menyusun kepingan-kepingan peta tersebut, murid akan belajar tentang lokasi, posisi, dan hubungan geografis di antara setiap negara.
John Spilsbury kemudian melihat adanya peluang bisnis dan mulai memproduksi serta menjual teka-teki peta.
Ragam teka-teki jigsaw terus berkembang mengikuti zaman. Selain mesin jigsaw, ada mesin pon, mesin scroll saw, atau menggunakan sinar laser untuk memotong kepingan-kepingan puzzle. Pola yang dibuat kini bukan hanya peta, ada banyak sekali puzzle dengan pola dan gambar menarik.
Selain teka-teki jigsaw, ada juga bentuk puzzle lain, seperti tangram. Tangram adalah teka-teki yang berasal dari China pada tahun 1815. Permainan ini berisi bentuk-bentuk sebanyak 700 buah. Puzzle untuk orang dewasa muncul sekitar tahun 1900 di Amerika Serikat. Sejak itu mulai banyak bermunculan jenis puzzle terbaru.
Permainan puzzle dalam berbagai bentuk juga kian dinikmati oleh kelompok usia dewasa di Indonesia. Hasil jajak pendapat Kompas menunjukkan ada sekitar 35 persen yang menyukai permainan ini.
Separuh dari kelompok yang menyukainya memilih menikmati puzzle pilihan mereka secara sendirian. Sementara sepertiga lainnya memilih memainkannya bersama keluarga. Ada pula 13 persen lainnya memilih menyelesaikannya bersama-sama dengan teman.
Meski publik mengetahui manfaat dari bermain puzzle, masih ada 61 persen yang tidak menyukai permainan ini. Mereka menyatakan tidak tertarik dan tidak punya waktu untuk bermain puzzle atau teka-teki.
Pilihan ”puzzle”
Bermain puzzle tidak hanya aktivitas yang dapat mereka lakukan pada saat akhir pekan. Sebanyak 22 persen responden mengaku memainkan puzzle lebih dari empat kali dalam seminggu. Ada 22 persen lainnya yang memiliki waktu luang dua kali dalam seminggu, sementara 43 persen lainnya hanya sekali dalam seminggu.
Dari lima jenis puzzle yang ada, ternyata sebagian besar responden (67 persen) lebih menyukai logic puzzle. Logic puzzle adalah puzzle yang pemecahan masalah/teka-teki yang menuntut kemampuan berpikir dengan logika, seperti permainan teka-teki silang, grid puzzle, tic toc, dan sudoku.
Pilihan kedua yang juga banyak dipilih adalah jenis jigsaw yang berupa kepingan gambar. Jenis puzzle yang paling lazim diketahui masyarakat umum ini bisa tangram, kepingan huruf, angka, binatang, buah, sayur, ataupun yang menonjolkan perhitungan matematika.
Salah satu contoh puzzle matematika yang dapat dinikmati di layar telepon seluler adalah Candy Crush Saga.
Selain dua jenis yang paling digemari ini, masih ada combination puzzle, mechanical puzzle, dan contruction puzzle. Combination puzzle adalah puzzle yang dapat diselesaikan melalui beberapa kombinasi yang berbeda, contohnya rubik cube dan chungky puzzle.
Sementara mechanical puzzle adalah puzzle yang kepingnya saling berhubungan dan dapat membentuk suatu formasi, seperti mainan lego dan tetris kubus.
Sementara itu, puzzle konstruksi merupakan kumpulan potongan-potongan yang terpisah yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model, seperti city block dan mainan kayu rainbow block.
Manfaat
Lebih dari separuh responden sepakat bermain puzzle perlu bagi orang dewasa karena ragam manfaat yang bisa didapat. Manfaat yang paling banyak disebutkan adalah melatih kemampuan memecahkan masalah.
Bagi pemainnya, proses memainkan puzzle akan menantang otak untuk mencari dan menemukan cara menyelesaikan teka-teki dalam waktu yang cepat. Setiap strategi yang digunakan akan melatih pikiran untuk bekerja efisien dengan cara baru dan berbeda.
Manfaat kedua yang juga disebut-sebut responden adalah memperkuat ingatan. Saat bermain puzzle sangat diperlukan ingatan yang kuat akan bentuk dan warna serta imajinasi gambaran yang lebih besar dalam menentukan potongan yang cocok.
Selain itu, bermain puzzle juga dinilai meningkatkan konsentrasi dan meningkatkan keterampilan spasial di otak. Hasilnya, bermain puzzle bisa merangsang otak sehingga dapat menunda terjadinya demensia atau pikun.
Kesimpulan ini diperkuat oleh temuan penelitian The National Center for Biotechnology Information, Amerika Serikat, (2011) yang menjelaskan permainan puzzle mampu melatih saraf otak untuk bekerja dengan baik meskipun seseorang sudah berusia dewasa ataupun lanjut usia.
Hal ini dibuktikan dalam laporan dari ”Bronx Aging Study, Department of Neurology, Albert Einstein College of Medicine” yang melibatkan 488 orang yang berusia antara 75 tahun dan 85 tahun.
Pada awal penelitian, para peserta belum menunjukkan tanda-tanda demensia. Peserta lantas melaporkan seberapa sering mereka melakukan aktivitas yang merangsang fungsi otak, salah satunya bermain puzzle.
Semakin sering bermain puzzle, semakin lambat juga timbulnya penurunan ingatan dalam otak. Jadi, ayo merangsang otak dengan bermain puzzle. (SUSANTI AGUSTINA/LITBANG KOMPAS)