Isu Pilpres Dominan Selama Maret
Memasuki bulan ketiga tahun 2018, sejumlah surat kabar nasional tidak hanya diramaikan oleh perhelatan pilkada pada Juni 2018. Pemberitaan jelang Pilpres 2019 juga mulai ramai muncul di media massa.
Sejumlah partai politik mulai memperlihatkan kecenderungan arah dukungan, baik terang-terangan maupun tertutup.
Secara umum, dua nama yang masih mendominasi bakal calon presiden adalah petahana Joko Widodo dan penantangnya, Prabowo Subianto.
Lima dari tujuh pendukung pemerintah telah mendeklarasikan dukungan terhadap Jokowi. Lima partai politik tersebut adalah PDI-P, Partai Golkar, PPP, Hanura, dan Nasdem.
Belakangan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga telah menyatakan dukungan. Namun, dengan syarat Jokowi memilih Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya. Sementara Partai Perindo sebelumnya juga telah menyatakan dukungan kepada Jokowi.
Keriuhan jelang Pilpres 2019 sudah mulai terasa sejak awal Maret 2018. Pada edisi 8 Maret 2018, koran Indopos mengangkat soal pentingnya kehadiran poros ketiga.
Poros ketiga, yaitu di luar poros Jokowi dan poros Prabowo, dinilai masih akan terbuka dengan lolosnya Partai Bulan Bintang sebagai peserta Pemilu 2019.
Sementara itu, Koran Tempo menilai peluang poros ketiga hadir karena Partai Demokrat mengklaim dua partai pendukung pemerintah, yakni Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat Nasional, menyambut gagasan calon presiden selain Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Pada edisi 9 Maret 2018, halaman utama Koran Tempo menampilkan judul ”Gerindra Rayu Poros Ke-3”. Rencana Partai Demokrat, PAN, dan PKB membangun poros ketiga mendapat respons dari Partai Gerindra yang melakukan pendekatan agar mau bergabung dengan Partai Gerindra dan PKS.
Tema yang sama menjadi fokus surat kabar Media Indonesia pada hari yang sama. Media Indonesia menilai demokrasi di Indonesia mendorong munculnya figur capres dan cawapres dari berbagai kalangan.
Oleh karena itu, wajar apabila tiga partai politik, yakni Partai Demokrat, PAN, dan PKB, membuka wacana kehadiran poros ketiga dalam Pemilu 2019.
Kondisi politik selama Maret terlihat masih penuh dengan teka-teki. Calon pendamping Jokowi masih terus digodok. Di luar Gerindra dan PKS, capres-cawapres yang akan diusung tiga partai, yaitu Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat Nasional, juga masih teka-teki.
Partai Demokrat menunggu keputusan Majelis Tinggi Demokrat yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono. Adapun PKB menanti keputusan Musyawarah Pimpinan Nasional PKB, Juni 2018.
PAN menunggu keputusan Rapat Kerja Nasional PAN yang mungkin digelar pada Juni mendatang. Masih teka-teki pula apakah ketiga partai itu menjadi berkoalisi untuk mengusung sendiri pasangan capres-cawapres.
Calon wapres
Selain diramaikan soal kehadiran poros ketiga dalam Pemilu 2019, sejumlah surat kabar nasional juga ramai dengan pemberitaan terkait pencarian para calon wakil presiden. Berbagai nama muncul ke permukaan.
Koran Tempo edisi 12 Maret menampilkan judul ”Pratikno Pimpin Tim Cari Wakil Jokowi”. Menteri Sekretaris Negara Pratikno menjadi ketua yang memimpin tim internal menggodok kriteria kandidat calon wakil presiden. Sejumlah partai politik telah menyerahkan kriteria cawapres.
Koran Tempo bahkan menyebut beberapa nama yang telah masuk dalam bursa calon cawapres seperti beberapa nama dari partai politik, yakni Agus Harimurti Yudhoyono, Muhaimin Iskandar, Wiranto, Surya Paloh, Zulkifli Hasan, Puan Maharani, dan Airlangga Hartarto.
Ada pula nama-nama dari lingkaran istana yang muncul di bursa, seperti Sri Mulyani Indrawati, Susi Pudjiastuti, dan Moeldoko. Adapun nama lain adalah Gatot Nurmantyo, Anies Rasyid Baswedan, dan Muhammad Mahfud MD.
Minggu berikutnya, di edisi 21 Maret, halaman muka koran Indopos masih membahas soal figur yang tepat untuk menjadi calon cawapres yang memiliki keterpilihan kuat.
Saling serang
Keriuhan jelang Pilpres 2019 juga mulai diwarnai berbagai aksi saling serang para elite politik.
Halaman muka koran Indopos edisi 12 Maret 2018 menjadi salah satu contoh, dengan judul ”Otoriter Jangan Diukur dari Wajah”, yang menyindir pemimpin nasional saat ini.
PKS-Gerindra mengkritik pernyataan Jokowi di Rakernas Demokrat yang menyatakan dirinya bukan pemimpin yang otoriter karena murah senyum dan tidak sangar.
Sikap para elite politik masih banyak yang tidak menunjukkan sikap berpolitik secara santun dan baik. Padahal, mereka merupakan tokoh publik yang sikapnya akan ditiru para konstituen.
Elite politik masih harus belajar menjaga ucapan dan tulisan di sejumlah media, terlebih media sosial, demi menjaga suasana jelang perhelatan politik 2019 tetap damai. (SUSANTI AGUSTINA S/LITBANG KOMPAS)