Perdamaian Mengejutkan Dua Korea
Pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan sepakat menghapus semua senjata nuklir dari Semenanjung Korea.
Kesepakatan tersebut dicapai antara pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden Korsel Moon Jae-in di Panmunjom, desa perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan, pada 27 April 2018 lalu.
Selain sepakat soal nuklir, kedua pemimpin juga berkomitmen melanjutkan pembicaraan dengan Amerika Serikat untuk menyatakan akhir resmi untuk Perang Korea, yang pernah menghancurkan Semenanjung Korea dari tahun 1950 hingga 1953.
Pertemuan tersebut disambut hangat beberapa koran Amerika Serikat. Harian The New York Times menyebut bertemunya kedua pemimpin sebagai pertemuan puncak bersejarah.
Disebut bersejarah karena bukan hanya pertama kalinya seorang pemimpin Korea Utara menginjakkan kaki di selatan.
Namun, juga komitmen untuk merundingkan perjanjian untuk menggantikan gencatan senjata yang telah membuat perdamaian yang tidak nyaman di Semenanjung Korea. Kondisi yang sudah berjalan selama lebih dari enam dekade.
Perjanjian damai telah menjadi salah satu insentif yang diminta Korea Utara sebagai imbalan untuk membongkar program nuklirnya.
Apresiasi juga ditunjukkan oleh koran The Washington Post. Menurunkan judul utama, ”Dua Korea Sepakat Bekerja Bersama”, kehadiran pemimpin baru Korea Utara dan dukungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump turut mengubah dinamika perdamaian di Korea.
Pertemuan antarkedua pemimpin Korea sebelumnya, pada tahun 2000 dan 2007, meningkatkan harapan perdamaian tetapi belum menghasilkan kesepakatan konkret.
Pertemuan bersejarah tersebut yang kini terkenal dengan sebutan ”Deklarasi Panmunjom” juga menyerukan untuk memulai kembali reuni keluarga yang dipisahkan oleh Perang Korea, dan pembentukan kantor penghubung kedua negara.
”Kami akan bekerja untuk mencegah perang mengerikan lainnya,” kata pemimpin muda Korea Utara, Kim Jong Un, sesaat setelah menandatangani deklarasi bersama.
”Dengan satu bahasa, satu budaya, dan satu sejarah, Korea Utara dan Korea Selatan akan bergabung sebagai satu bangsa,” kata Kim Jong Un.
Kedua pemimpin menyatakan dalam deklarasi bersama bahwa mereka berbagi tujuan mewujudkan Semenanjung Korea yang bebas nuklir.
Dari pidato keduanya, The Wall Street Journal mencatat, kata ”damai” disebutkaan sebanyak 11 kali, sedangkan frasa ”nuklir” atau ”denuklirisasi” dimunculkan sebanyak empat kali.
Hal ini memberi makna penekanan pada menurunkan ketegangan dan membangun ikatan yang lebih baik di antara kedua negara.
Koran Asia
Berbeda dengan koran-koran Amerika yang lebih banyak menampilkan narasi teks dan analisis, surat kabar Asia mengangkat momentum kedekatan kedua pemimpin negara Korea.
Koran The Japan Times menampilkan foto Kim Jong Un dan Moon Jae-in saat berjabat tangan tepat di perbatasan kedua negara. Dua koran lain, yaitu The Strait Times Singapura dan Philippine Daily Inquirer, bahkan menurunkan foto saat keduanya berjalan sambil bergandengan tangan.
Kedekatan inilah yang ingin digambarkan sebagai puncak periode penting transformasi sejarah di Semenanjung Korea, yang mencerminkan aspirasi abadi rakyat Korea untuk perdamaian, kemakmuran, dan penyatuan.
Komitmen kedua pemimpin menyatakan dengan sungguh-sungguh kepada sekitar 80 juta warga Korea dan masyarakat seluruh dunia bahwa tidak akan ada lagi perang di Semenanjung Korea dan menjadi bukti lembaran baru era perdamaian.
Pertemuan selama 8 jam 30 menit tersebut menyepakati dialog dan negosiasi di berbagai bidang, termasuk mengambil langkah-langkah aktif untuk pelaksanaan perjanjian yang dicapai di KTT.
Kedua negara juga sepakat membentuk kantor penghubung gabungan di wilayah Gaeseong untuk memfasilitasi kerja sama di antara masyarakat.
Selain itu, juga disepakati pembahasan dan pemecahan berbagai masalah, termasuk melanjutkan program reuni untuk keluarga yang terpisah.
Dua pemimpin Korea juga setuju melanjutkan proyek-proyek yang sebelumnya disepakati dalam Deklarasi 4 Oktober 2007 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan kemakmuran bersama bangsa.
Sebagai langkah awal, kedua pihak sepakat membahas pembangunan perkeretaapian dan jalan di koridor transportasi antara Seoul dan Sinuiju.
Hal menarik ditampilkan harian The Japan Times. Bukan hanya menampilkan momentum jabat tangan kedua pemimpin di tapal batas negara saja, melainkan juga menempatkan poin-poin deklarasi di halaman muka.
Deklarasi kedua pemimpin, berbagi komitmen tegas mengakhiri konfrontasi yang sudah berlangsung lama, seakan-akan mengingatkan bahwa perdamaian antarbangsa adalah sesuatu yang masih bisa diraih manusia zaman ini.
Sebuah kejutan melegakan—paling tidak untuk saat ini—dari konflik militer di Semenanjung Korea. (Andreas Yoga Prasetyo/Litbang Kompas)