Skandal Imigran Amber Rudd
Amber Rudd mengundurkan diri. Itulah judul lugas berita utama surat kabar The Times yang menyoroti mundurnya Amber Rudd dari jabatannya sebagai Menteri Dalam Negeri Inggris.
Judul ini seperti memberi gambaran akhir polemik skandal imigrasi yang dilakukan Amber Rudd yang telah menyita perhatian masyarakat Inggris dalam dua pekan terakhir.
Rudd dituduh memberikan keterangan yang tidak benar kepada Parlemen Inggris mengenai kuota deportasi imigran.
Dalam dua minggu terakhir, Rudd harus empat kali menjelaskan masalah kebijakan imigrasi kepada parlemen.
Rudd dikritik atas perlakuan terhadap imigran generasi Windrush, warga negara Persemakmuran Inggris, terutama dari negara-negara Karibia yang datang ke Inggris setelah Perang Dunia II.
Mereka terancam dideportasi akibat kebijakan Rudd dan Perdana Menteri May, Menteri Dalam Negeri sebelum Amber Rudd.
Di depan parlemen, Rudd menyatakan bahwa Kementerian Dalam Negeri tidak menetapkan target atas jumlah imigran ilegal yang akan dipindahkan dari Inggris.
Namun, guncangan terhadap Rudd terus bergulir hingga memaksanya mundur. Berawal saat koran The Guardian memuat laporan yang mengungkapkan bahwa Rudd ternyata mengetahui target untuk memindahkan imigran gelap ke luar dari Inggris.
Beredar laporan Rudd melalui sebuah surat berisi empat halaman yang dikirim pada 2017 ke PM Inggris Theresa May, yang menyatakan niatnya untuk meningkatkan deportasi sebesar 10 persen.
Laporan tersebut bertentangan dengan pengakuannya bahwa ia tidak tahu menahu soal target deportasi.
The Guardian mengutip sumber-sumber Kementerian Dalam Negeri Inggris yang menyatakan bahwa Imigrasi telah bekerja keras untuk mencapai target deportasi 2.800 orang pada 2017-2018.
Namun, Imigrasi mengakui tidak mampu melaksanakan target tersebut. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan deportasi 250 orang seminggu, tetapi pihak Imigrasi hanya mampu mengurangi sekitar 225 orang seminggu.
Informasi terbaru menyebutkan bahwa Rudd mengklaim ia tidak sengaja memberi informasi yang menyesatkan kepada parlemen.
Setelahnya, ia menelepon Perdana Menteri May dan mengajukan pengunduran diri.
Sebelumnya, Rudd mengatakan kepada anggota parlemen pada Rabu (25/4) bahwa Pemerintah Inggris tidak memiliki target untuk pemindahan imigran.
Akan tetapi, pada Kamis (26/4) Rudd dicecar untuk memperjelas kata-katanya setelah bocornya dokumen yang menunjukkan beberapa target memang ada.
Aspek kredibilitas dan kejujuran menjadi ukuran kecakapan mutlak bagi pejabat publik. Roh kepemimpinan publik inilah yang digugat media cetak Inggris.
Kasus mundurnya Rudd dapat dimaknai sebagai akibat gugurnya dua aspek tersebut. ”Rudd berhenti karena skandal Windrush” tulis The Guardian dalam berita utamanya.
Surat kabar terkemuka itu menggunakan diksi skandal dan tidak adil untuk menggambarkan peran Rudd terhadap para migran Windrush yang membuatnya dipaksa berhenti dari jabatan publik.
Kata skandal dalam kamus memiliki arti perbuatan yang memalukan atau perbuatan yang menurunkan martabat seseorang.
Reaksi serupa juga diangkat koran The Daily Telegraph yang mengungkap istilah kebocoran data dan ”kebohongan” yang membuat pengunduran diri Rudd.
Persoalan yang menimpa Rudd tidak bisa dilepaskan dari narasi etika dalam politik. Etika politik memiliki tujuan menjelaskan mana tingkah laku politik yang baik dan sebaliknya.
Standar baik dalam konteks politik ialah bagaimana politik diarahkan untuk memajukan kepentingan umum.
Etika politik bisa berjalan kalau ada penghormatan terhadap kemanusiaan dan keadilan. Ini merupakan prasyarat mendasar yang perlu dijadikan acuan dalam merumuskan politik demokratis yang berbasis etika dan moralitas.
Satu kebohongan akan menghancurkan semua reputasi dalam kejujuran. Seorang pemimpin yang tidak jujur akan kehilangan otoritasnya.
Rudd tidak hanya terjebak dalam kebohongan publik, tetapi juga memberikan informasi yang menyesatkan di depan parlemen.
Tentu saja ini menjadi suatu hari dengan tekanan politik yang kuat tulis surat kabar The Times untuk menggambarkan suasana di balik pengunduran diri Rudd. (ANDREAS YOGA PRASETYO/ LITBANG KOMPAS)