Wajah Lama di Pilkada Sukamara
Kabupaten Sukamara, yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Kotawaringin Barat, baru berdiri otonom sejak 10 Juli 2003. Sama seperti daerah lain, Kabupaten Sukamara sudah dua kali memilih kepala daerah secara langsung.
Dalam pilkada kali ini, sejumlah wajah lama yang bertarung dalam dua pilkada sebelumnya kembali muncul. Tampaknya kontestan ini “geregetan” persoalan klasik daerah belum terbenahi dan ingin berkontribusi nyata.
Kabupaten Sukamara terletak di bagian paling selatan di Kalimantan Tengah (Kalteng). Menurut sejarahnya, Sukamara adalah kota tua yang berdiri sejak awal abad ke-18. Salah satu kawasan kota tua yang masih lestari hingga kini berada di Kelurahan Padang.
Kawasan itu terletak di tepian Sungai Jelai yang menjadi saksi kejayaan perdagangan masyarakat Borneo (Kalimantan) kala itu. Hasil kekayaan alam saat itu berupa kayu ulin, karet, lada, karet, dan gaharu.
Sumber daya alam masih menjadi tulang punggung perekonomian daerah berjuluk “Bumi Gawi Barinjam” ini hingga kini. Secara umum, aktivitas ekonomi di Sukamara sebagian besar digerakkan oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, yakni sebesar 32,42 persen.
Selanjutnya, sektor perkebunan berkontribusi sebesar 23,88 persen terhadap total perekonomian Kabupaten Sukamara.
Komoditas pertanian unggulan daerah ini antara lain padi, palawija dan hortikultura. Sementara untuk usaha perkebunan, kelapa sawit dan karet juga menjadi unggulan. Dengan luas sekitar 17.418 hektar, produksi kelapa sawit 2016 mencapai 402.179 ton.
Setidaknya terdapat lima perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dalam skala besar di Sukamara. Untuk komoditas karet, produksi di tahun 2016 sebesar 4.389 ton dengan luas panen seluas 9.244 hektar.
Peranan industri pengolahan merupakan terbesar kedua dalam perekonomian. Pada tahun 2016, kontribusi industri pengolahan sebesar 22,7 persen terhadap total PDRB Kabupaten Sukamara. Pertumbuhan sektor ini di tahun yang sama mencapai 6,83 persen.
Potensi lain adalah usaha budidaya perikanan dan tambak udang bandeng. Di sektor pertambangan ada batu kecubung dan pasir kuarsa yang berkadar 98 persen sebagai bahan baku industri gelas dan kaca.
Dengan jumlah penduduk terkecil di antara kota/kabupaten lain di Kalteng, hampir separuh penduduk Sukamara bekerja di sektor pertanian, disusul sektor jasa, perdagangan, dan konstruksi.
Persoalan klasik
Di balik potensi alam yang cukup berlimpah, Sukamara masih menghadapi sejumlah persoalan sosial ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sukamara tahun 2017 sebesar 66,98, terendah kedua di Kalteng setelah Kabupaten Seruyan.
Rata-rata lama sekolah masih 7,83 tahun, berada di bawah angka provinsi (7,95 tahun) dan angka nasional (8,13 tahun). Angka melek huruf (AMH) Sukamara masih terkecil di Kalteng yaitu sebesar 95,41. Angka kemiskinan sebesar 3,7 persen di tahun 2016.
Secara absolut, penduduk miskin di Sukamara mencapai 2.120 jiwa. Tingkat pengangguran terbuka naik dari 1,83 persen tahun 2013 menjadi 4,68 persen pada 2015.
Kondisi jalan di Sukamara masih didominasi oleh jalan yang tidak layak. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sukamara, sekitar 64 persen dari total jalan kabupaten sepanjang 512,9 kilometer masih berpermukaan kerikil, tanah, dan lainnya.
Panjang permukaan jalan berupa kerikil 77,29 kilometer dan panjang permukaan tanah 222,49 kilometer. Sedangkan jalan dengan permukaan aspal sekitar 183 kilometer.
Infrastruktur yang tidak memadai itu menjadi kendala bagi masuknya investasi untuk meningkatkan kegiatan ekonomi serta kesejahteraan sosial.
Kontestasi 2018
Di tengah persoalan yang masih membelit Sukamara itu, tokoh yang nantinya terpilih dalam pemilihan kepala daerah akan menghadapi tantangan yang tidak mudah. Tantangan itu tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat tapi juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama pendidikan.
Pemilihan kepala daerah Sukamara Juni nanti diperebutkan oleh tiga pasangan calon, yaitu Ahmad Darsoni-Mohamad Yamin (Adi Daya), Mugeni-Daman Huri (Mudah), dan Windu Subagio-Ahmadi (WiDi). Pasangan Adi Daya diusung oleh Partai Gerindra dan PKB dengan lima kursi di DPRD dan partai baru Partai Perindo.
Pasangan Mudah diusung koalisi tiga partai politik, yakni Nasdem, PDI-P, dan PPP dengan lima kursi DPRD. Adapun pasangan WiDi didukung PAN, Hanura, PBB, PKPI, dan Golkar dengan 10 kursi DPRD.
Menilik sosok calon, Ahmad Darsoni dikenal sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Terakhir Darsoni menjabat sebagai Sekretaris Dinas Kesehatan Sukamara. Adapun Mohamad Yamin dikenal sebagai politisi.
Yamin menjabat sebagai Wakil Ketua II DPRD Kabupaten Sukamara. Yamin juga menjabat Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kabupaten Sukamara.
Pada pilkada Sukamara 2013, Mohamad Yamin ikut bertarung sebagai calon bupati, berpasangan dengan Nurmadani. Pasangan ini didukung oleh koalisi parpol PKB, PMB, Demokrat.
Sayangnya, Mohammad Yamin-Nurmadani hanya meraih 6.584 suara (24,2 persen), kalah dari Bupati petahana Ahmad Dirman - Windu Subagio yang meraih 13.276 suara (48,9 persen).
Mugeni dikenal luas sebagai sosok birokrat di Kalteng. Terakhir Mugeni menjabat sebagai Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Tengah dan mengajukan pensiun dini.
Sebelumnya, Mugeni pernah menjabat sebagai staf ahli gubernur, pelaksana tugas asisten I, Kepala Badan Diklat, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Kalteng.
Mugeni pernah ikut bertarung dalam Pilkada Sukamara 10 tahun lalu (2008). Saat itu ia berpasangan dengan Nurmadani dan hanya meraih 3.995 suara (18,8 persen). Pemilihan kepala daerah 2008 dimenangkan oleh pasangan Ahmad Dirman-Karyadi dengan meraih 7.653 suara (36,1 persen).
Adapun wakilnya, Daman Huri berlatarbelakang politisi. Di DPRD Kabupaten Sukamara, Daman Huri menjabat Wakil Ketua I. Sebagai kader partai, Daman Huri pernah menjabat Ketua DPC PDI Perjuangan Sukamara 2003-2009.
Namun, sejak 2009 Daman Huri pindah ke Partai Nasdem. Saat ini, Daman Huri tercatat masih menjabat Ketua Partai Nasdem Kabupaten Sukamara.
Windu Subagio adalah wakil bupati Sukamara saat ini. Sebelum terpilih sebagai wakil bupati, Subagio dikenal sebagai wiraswasta. Windu juga pernah menjadi Manager Umum di PT KSK dan menjabat Ketua Partai Golongan Karya Sukamara (2009-2014).
Sementara wakilnya Ahmadi lama berkiprah sebagai ASN. Terakhir ia menjabat sebagai Sekretaris Satpol PP dan Ketua Harian KONI Kabupaten Sukamara. Pada pilkada 2008, berpasangan dengan Yuspansyah, Ahmadi ikut berkompetisi memperebutkan kursi wakil bupati.
Saat itu Yuspansyah-Ahmadi hanya mampu meraih 6.069 suara (28,6 persen) dan kalah dari pasangan Ahmad Dirman – Karyadi yang berhasil meraih 7.653 suara atau 36,1 persen suara.
Menilik latar belakang calon tersebut, pilkada Sukamara diperkirakan akan berlangsung ketat. Dari tiga pasangan calon yang bertarung, sebanyak empat calon, yaitu Mugeni, Ahmadi, Mohamad Yamin, dan Windu Subagio pernah berkompetisi di pilkada sebelumnya.
Ahmadi dan Mugeni pernah mengikuti pilkada Sukamara pada 2008 sedangkan Mohammad Yamin dan Windu Subagio pernah saling berhadapan di pilkada 2013. Selain mendapat dukungan parpol, masing-masing calon relatif sudah dikenal oleh warga Sukamara dan memiliki basis massa kuat di akar rumput.
Pilkada sebelumnya
Ahmad Dirman - Karyadi adalah Bupati dan Wakil Bupati Sukamara pertama yang terpilih melalui pilkada pada 2008. Pasangan yang diusung oleh partai Golkar itu berhasil meraup 36 persen suara mengalahkan empat pasangan calon lainnya.
Sebelum terpilih sebagai bupati dalam pilkada langsung, Ahmad Dirman adalah Wakil Bupati Sukamara 2003-2008. Lima tahun kemudian, bupati petahana Ahmad Dirman kembali ikut bertarung untuk mempertahankan kursi Bupati.
Ahmad Dirman tidak lagi berpasangan dengan wakilnya Karyadi yang juga ikut bertarung memperebutkan kursi bupati. Ahmad Dirman kemudian menggaet Windu Subagio sebagai wakilnya.
Pasangan ini diusung oleh Golkar bersama dengan PKPB, Hanura, dan Gerindra. Hasil pemungutan suara menempatkan Ahmad Dirman – Windu Subagio sebagai pemenang pilkada dengan meraih 13.276 suara (48 persen), mengalahkan empat pasangan calon lainnya.
Namun, hasil pemungutan suara itu tidak diterima oleh pasangan Mohamad Yamin - Nurmadani yang meraih suara 24,2 persen suara. Mohammad Yamin – Nurmadani kemudian menggugat hasil pemungutan suara itu ke Mahkamah Konstitusi.
Alasannya mereka menemukan sejumlah pelanggaran berupa praktik pembagian uang baik secara tersembunyi maupun terang-terangan yang dilakukan menjelang pemungutan suara.
Namun, gugatan itu akhirnya kandas dan Ahmad Dirman dan Windu Subagio tetap terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sukamara. (ANTONIUS PURWANTO/LITBANG KOMPAS)