Upaya Mendobrak Cengkeraman Banteng
Udara sejuk mulai terasa setelah selama hampir tiga jam menempuh perjalanan dari Kota Bandar Lampung yang panas. Hamparan sawah dan perbukitan menggantikan pemandangan jejeran dinding-dinding bangunan rumah penduduk. Lanskap hijau menjadi ciri khas Kabupaten Tanggamus yang terletak di sisi barat bagian selatan Provinsi Lampung.
Kabupaten Tanggamus berada di ketinggian 0-2.115 meter di atas permukaan laut dan sekitar 40 persen wilayahnya berbukit-bukit serta berpegunungan. Kondisi geografis tersebut membuat Tanggamus memiliki area persawahan dan perkebunan yang luas. Pertanian dan perkebunan adalah penyumbang pendapatan terbesar di Tanggamus.
Produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Tanggamus pada 2016 mencapai Rp 9,37 triliun. Dari jumlah tersebut, proprosi terbesar berasal dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, yaitu 43,94 persen dengan nilai Rp 5,42 triliun.
Salah satu penyumbang pendapatan dari sektor ini adalah perkebunan kopi. Tanah Tanggamus sangat cocok ditanami kopi jenis robusta sehingga wilayah ini juga dikenal sebagai penghasil kopi robusta terbesar di Lampung. Provinsi Lampung sendiri merupakan produsen kopi terbesar kedua nasional setelah Sumatera Selatan.
Di samping pertanian, Tanggamus juga memiliki potensi hasil tambang yang besar dan beragam. Laman Pemerintah Kabupaten Tanggamus menyebutkan hampir di setiap kecamatan di Tanggamus memiliki potensi bahan tambang seperti emas, mangan, bijih besi, silika, dan batu kapur.
Meski kontribusi sektor ini terhadap PDRB Tanggamus bukan yang terbesar (6,60 persen), pada tahun 2015 laju pertumbuhan sektor pertambangan paling tinggi (12,06 persen) dibandingkan sektor pertanian (4,90 persen).
Meskipun memiliki potensi sumber daya alam yang besar, Kabupaten Tanggamus masih harus berjuang mengurangi jumlah penduduk miskin yang cukup besar. Walau sejak 2012 angka penduduk miskin terus turun, proporsinya masih tinggi, yakni 14,05 persen pada 2016.
Angka tersebut membuat Tanggamus berada di peringkat kedelapan dari 15 kabupaten/kota di Lampung yang memiliki jumlah penduduk miskin yang besar. Di tengah kondisi tersebut, kontestasi politik Tanggamus akan berlangsung.
Kontestasi
Berbeda dengan dua pilkada sebelumnya, Pilkada Kabupaten Tanggamus tahun ini hanya diikuti oleh dua pasang calon yang tidak asing lagi bagi dunia politik di bumi ”Begawi Jejama” ini. Pasangan nomor urut satu adalah Dewi Handajani-AM Syafi’i yang memperoleh dukungan 22 kursi dari PDI-P, PAN, PKS, dan Nasdem.
Sementara lawannya, pasangan nomor urut dua, adalah pasangan bupati petahana Samsul Hadi dan calon wakilnya, Nuzul Irsan, yang merupakan anggota DPRD Kabupaten Tanggamus. Keduanya diusung oleh Golkar, Demokrat, PKB, Gerindra, PPP, dan Hanura dengan kekuatan 23 kursi.
Selisih kursi yang tipis tersebut memperlihatkan modal politik kedua pasangan calon yang hampir sama kuat. Pasangan Dewi Handajani- AM Syafi’i meskipun bukan petahana, Dewi Handajani adalah istri Bambang Kurniawan, Bupati Tanggamus dua periode sejak 2007.
Dia divonis penjara 2 tahun oleh KPK pada 2017 karena menyuap anggota DPRD Kabupaten Tanggamus untuk meloloskan APBD. Sebelum menjadi bupati, Bambang Kurniawan telah berkiprah di Pemkab Tanggamus sebagai wakil bupati sejak 2002 bersama Fauzan Sya’ie.
Sebagai istri bupati, paling tidak Dewi Handajani memiliki jaringan kuat di dalam birokrasi pemkab. Di samping istri bupati, Dewi sendiri berkarier di Bappeda Tanggamus hingga tahun 2015.
Setelah itu ia aktif di PDI-P di mana Bambang Kurniawan menjadi Ketua DPC PDI-P Tanggamus. Dewi tetap menjadi salah satu pengurus PDI-P meskipun suaminya diberhentikan sebagai ketua DPC pada 2017 menyusul vonis penjaranya.
AM Syafi’i adalah kader PDI-P dan menjadi anggota DPRD Tanggamus dari PDI-P sejak 2014. Sebelumnya ia adalah anggota DPRD Tanggamus dari Partai Golkar. AM Syafi’i juga merupakan peraih suara tertinggi dari 45 anggota DPRD Tanggamus pada Pemilu Legislatif 2014.
Di samping modal politik yang telah digenggam kuat, Syafi’I juga populer di kalangan Nahdlatul Ulama Tanggamus karena ia pernah menjadi Sekretaris NU Tanggamus pada 2012.
Pasangan Samsul Hadi-Nuzul Irsan merupakan pasangan bupati petahana. Samsul menjadi Bupati Tanggamus pada 2017 setelah Bambang Kurniawan masuk jeruji besi.
Sebelumnya Samsul Hadi menjadi Wakil Bupati Tanggamus sejak memenangi Pilkada 2012. Jaringan Samsul di kalangan birokrasi juga bukan hal baru. Sebelum menjadi Wakil Bupati, ia berkiprah di Dinas Pendidikan Tanggamus. Di samping itu, ia juga pernah menjadi Ketua Nahdlatul Ulama Tanggamus.
Nuzul Irsan, sebelum menjadi calon wakil bupati, merupakan anggota DPRD Taggamus dari PDI-P. Ia dipecat dari partai banteng dengan alasan indisipliner. Meskipun demikian, Nuzul Irsan merupakan peraih suara terbanyak bersama-sama dengan AM Syafi’ie pada Pemilu Legislatif DPRD Tanggamus 2014.
Persaingan ketat
Dengan melihat modal politik dan kekuatan jaringan tiap individu calon ataupun sebagai pasangan, kontestasi kali ini diprediksi berlangsung cukup ketat. Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga survei lokal, Rakata Institute, memperlihatkan bahwa angka elektabilitas dua pasang calon tersebut hanya berbeda tipis.
Pasangan Dewi Handajani-AM Syafi’ie yang disebut DeSa memiliki elektabilitas 31,50 persen, sementara pasangan Samsul Hadi-Nuzul Irsan yang menyebut diri SamNi dipilih oleh 38,25 persen responden. Sementara yang belum menentukan pilihan 30,25 persen.
Adapun survei dilakukan dengan mewawancarai 400 responden yang dipilih dengan metode penarikan sampel secara acak bertingkat di tiap kecamatan di Tanggamus. Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, toleransi kesalahan + 5 persen. Jarak angka elektabilitas kedua paslon tersebut masih berada di dalam rentang toleransi kesalahan.
Dengan angka elektabilitas tersebut, belum bisa ditentukan pasangan mana yang dipastikan akan memenangi kontestasi. Periode pelaksanaan survei sendiri masih di tahap awal kontestasi, yaitu 16-22 Februari 2018. Masih tersedia waktu beberapa bulan sebelum pencoblosan pada 27 Juni nanti sehingga setiap pasangan calon memiliki peluang kuat untuk melaksanakan berbagai strategi meraup suara.
Persaingan ketat di antara dua pasangan calon tersebut bisa jadi juga berhubungan dengan keterkaitan setiap pasangan calon dengan PDI-P ataupun sosok Bambang Kurniawan. Bupati petahana Samsul Hadi misalnya. Ia masuk percaturan kontestasi politik kepala daerah pertama kali di Tanggamus karena berpasangan dengan Bambang Kurniawan.
Saat itu, pasangan ini diusung terutama oleh PDI-P di mana Bambang menjabat sebagai Ketua DPC PDI-P Tanggamus. Pasangan ini kemudian memenangi Pilkada 2012 dengan perolehan suara 45,86 persen. Keterkaitan Samsul Hadi dengan PDI-P juga terekam dalam jabatannya sebagai Ketua Baitul Muslimin Indonesia, yaitu organisasi sayap dari PDI-P.
Demikian pula halnya dengan Nuzul Irsan. Politisi ini awalnya berkiprah sebagai anggota DPRD Tanggamus dari Partai Bintang Reformasi. Ketika Bambang Kurniawan menjadi Ketua DPC PDI-P Tanggamus, Nuzul Irsan masuk PDI-P dan pada Pemilu Legislatif 2014 terpilih sebagai anggota DPRD Tanggamus untuk PDI-P.
Beberapa media lokal daring memberitakan tentang pengaruh Bambang Kurniawan terhadap masuknya Nuzul Irsan ke PDI-P. Kedekatan keduanya bahkan diperlihatkan dengan penunjukkan Nuzul Irsan sebagai ketua tim pemenangan Bambang Kurniawan-Samsul Hadi pada Pilkada 2012. Tim tersebut ikut menghantar Bambang-Samsul sebagai Bupati-Wakil Bupati Tanggamus 2013-2018.
Meskipun demikian, surat kabar lokal daring memberitakan bahwa Nuzul Irsan merupakan salah satu anggota DPRD Tanggamus yang ikut melaporkan Bambang Kurniawan membagikan uang kepada anggota DPRD Tanggamus, termasuk dirinya. Beberapa warga Tanggamus mengaitkan pemecatan dirinya dari PDI-P dengan tindakannya melaporkan Bambang Kurniawan.
Namun, Ketua DPC PDI-P Tanggamus Burhanuddin Nur menyatakan, ”Nuzul Irsan dipecat karena tidak disiplin melaksanakan tugas-tugasnya sebagai wakil rakyat di Tanggamus. Sering tidak hadir rapat dewan ataupun partai. Tidak ada kaitannya dengan kasus Bambang Kurniawan.”
Saling keterkaitan di antara para calon dengan PDI-P dan Bambang Kurniawan memperlihatkan pengaruh kuat partai banteng moncong putih di Tanggamus. PDI-P sendiri telah dua periode memenangi pemilu legislatif Kabupaten Tanggamus.
Tahun 2014 bahkan penguasaan kursi PDI-P bertambah empat kursi, dari tujuh kursi pada 2009 menjadi 11 kursi. Dengan demikian, pertarungan di Pilkada Tanggamus Juni nanti akan diwarnai oleh perebutan pemilih partai banteng moncong putih. (LITBANG KOMPAS)